Gubernur Sumbar ke Jerman. Menkominfo Bersalaman dengan Michelle Obama. So What?

Media-media telah menjadikan berita tersebut sebagai sorotan yang dibahas berkali-kali. Gubernur Sumbar yang mengunjungi Mentawai selama tiga hari di saat-saat awal setelah bencana terjadi, disebut tidak peduli pada penderitaan di Mentawai karena berangkat ke Jerman demi kemajuan Sumbar. Menkominfo yang berusaha menjaga hijabnya, namun tetap mendapat musibah bersentuhan tangannya dengan Mrs. Obama, dihujat dan dianggap telah runtuh pertahanannya.

Tidak apa. Hujatan dari lawan apalagi Amerika adalah hal yang amat wajar. Selama ini tentu mereka (orang-orang kafir dan orang-orang yang tidak suka Islam –dalam hal ini terkhusus PKS- jaya) telah berusaha mencari hingga menciptakan celah yang bisa menjatuhkan, karena begitu minimnya kesalahan yang ada dibandingkan kesalahan mereka dan kelompoknya. Dan saat celah itu ada, dengan semangat membara mereka akan berkoar-koar di media massa dengan redaksi khas media, di mana A bisa dimaknai sebagai Z.

Biar saja. Toh Rasulullah saw dan para sahabat telah mengalami hujatan, hinaan, rintangan dan siksaan yang beratnya tidak terbayangkan. Memang begitulah dakwah. Hujatan-hujatan itu justru akan menambah tabungan kita di akhirat nanti, insya Allah. Jadi saat hujatan itu datang, hadapi saja dengan sabar dan syukur. Tentu dengan tetap memberi klarifikasi, tapi secukupnya saja, tidak perlu terpancing emosi.

Itu kalau hujatan datang dari luar. Nah, kalau yang menghujat kader, bagaimana? Sungguh, saat mengetahui ada kader yang ikut menganggap jelek ustadz-ustadz tersebut, ana merasa heran sekali. Apa sih maunya akh, ukh? Merasa lebih hebat dan bersihkah daripada ustadz-ustadz kita? Mengapa bukannya berpikir positif, malah ikut-ikutan menghujat? “Bagaimana sih ustadz ini, harusnya mereka jaga dong izzahnya… Kan kita yang kena dampaknya, nama kader jadi jelek kan…!” Na’udzubillahi min dzalik… Akhi, ukhti, di saat seperti ini yang diharapkan adalah ketsiqohan kita, bukannya komentar-komentar yang negatif…

Sebuah ucapan dari seorang ummahat mungkin bisa menyadarkan kita :

“Loyalitas kita pada Allah, Rasul dan jamaah sampai akhir hayat kita. Ana sangat tsiqoh dengan petinggi-petinggi kita. Kalau pun ia melakukan sesuatu yang menurut kita tidak pas, ana yakin itu salah satu pengorbanan yang harus dilakukan demi cita-cita besar, yakni Islam menjadi penguasa bumi untuk rahmatan lil ‘alamin. Dan bersabarlah dengan kondisi-kondisi yang tidak kita suka. Ingatlah kisah Nabi Musa menuntut ilmu dengan Nabi Khidir. Banyak hal yang dilakukan Nabi Khidir melanggar syar’i tapi itu demi keselamatan yang lebih besar. Mari kita pelihara jama’ah ini, karena ia dibentuk dengan pengorbanan yang luar biasa. Dan yakinlah jama’ah ini tidak seburuk yang kita duga. Apapun yang terjadi, janganlah sampai ketsiqohan kita berkurang. Karena itu awal kehancuran sebuah jama’ah.”

“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah : 105)

Wallahu a’lam bishshawwab.

Categories: Dakwah, Indonesia, Opini | Tags: , | 2 Comments

Post navigation

2 thoughts on “Gubernur Sumbar ke Jerman. Menkominfo Bersalaman dengan Michelle Obama. So What?

  1. Abi

    tetap harus berhati-hati..karena kelemahan dan kelalaian menjadi senjata bagi orang lain…

Leave a comment