Begini Rasanya Punya Anak Perempuan

Kedua anak saya laki-laki. Sering kepikiran kepengen punya anak perempuan. Penasaran, seperti apa rasanya punya anak perempuan.

Setiap kali keinginan itu saya utarakan ke istri, dia menolak untuk punya anak lagi. “Cari istri lagi donk,” salah seorang teman memberi saran. “Bisa terjadi perang Baratayudha,” saya membatin.

Maka, keinginan punya anak perempuan itu, saya pendam.

Untung tak dapat ditolak. Malang tak dapat diraih. Si sulung menikah. Tentu saja dengan seorang perempuan. Ndilalahnya, menantu saya itu cepat akrab dengan kami, bapak dan ibu mertuanya. Setiap kali dia memanggil ‘papa…’ rasanya benar-benar seperti dipanggil oleh anak sendiri.

Ditambah lagi, menantu punya kakak dan adik perempuan. Mereka pun cukup dekat dengan kami. Ikutan memanggil kami dengan ‘papa’ dan ‘mama’. Alhamdulillah, keinginan untuk punya anak perempuan akhirnya terkabul. Tiga sekaligus.

Saking dekatnya dengan saya, menantu sudah berani protes kalau banyak saya atur. Tentu saja dengan nada bercanda. Saling meledek pun sudah kerap kami lakukan. Termasuk dalam momen mudik.

Mudik tahun ini, kami dengan formasi terlengkap. Saya, istri, anak-mantu, plus cucu. Selama dalam perjalanan dan saat berada di kampung halaman saya di Jawa sana, suasana kedekatan di antara kami kian terasa. Saling berbaku canda seperti biasa. Ditambah saat perjalanan pulang dari mudik, kami main tebak-tebakan.

Hingga terlontar sebuah tebakan dari menantu, “Ikan apa yang mirip papa?” Kami bergeming. Tak ada yang mampu menjawab. “Ikan bawal,” menantu saya menjawab sendiri.

Saya yang sudah tahu maksudnya, ngakak. Istri dan kedua anak saya bingung. “Kok ikan bawal?” Istri saya bertanya.

“Kan papa bawel,” menantu menjawab.

Seisi mobil pun terbahak-bahak. Kecuali Musa, cucu saya, yang tengah terlelap dalam gendongan neneknya.

Bojongsoang, 15 April 2024

Tinggalkan komentar