Syair untuk Tineke
June 18, 2012 4 Comments
Cinta tanpa kepercayaan adalah suatu bualan terbesar di dunia ini
Gara-gara masih penasaran dengan puisi-puisi untuk Putri Tineke, saya antusias menyambut ajakan untuk kembali mengunjungi Museum Ullen Sentalu. Kali ini ajakan datang dari sahabat lama yang sedang berlibur di Jogja.
Seperti pada kunjungan pertama sekitar tiga pekan sebelumnya, kami juga didampingi seorang guide. Mbak Rini namanya. Seolah sudah hapal di luar kepala, dia menceritakan dengan detail koleksi di Museum Ullen Sentalu plus sejarah di baliknya.
Nah, setelah melewati berbagai ruang, akhirnya sampai juga di target utama saya. Ruang syair Puteri Tineke. Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, Tineke adalah putri Pakubuwono XI alias raja Solo. Nama aslinya GRAj Koes Sapariyam.
Puisi-puisi yang dipajang tersebut ditulis teman dan saudara Puteri Tineke sepanjang periode 1939-1947. Tujuannya menghibur sang puteri yang sedang patah hati karena hubungan cintanya ditentang oleh keluarganya sendiri. Sang putri bermuram durja hampir selama 10 tahun, meski akhirnya kisah cintanya berujung bahagia setelah dia menemukan belahan jiwanya.
Jumlah puisi yang dipajang di Ullen Sentalu sebanyak 29 buah. Ada yang ditulis dalam bahasa Indonesia, Inggris maupun Belanda. Dalam waktu yang terbatas, saya hanya bisa menyalin dua puisi. Lumayah deh….
Asrikanto, 6 Juni 1940
Yth sepupu
Ada baiknya melihat ke dalam hati
Sejenak sebelum tidur
Apakah dari pagi hingga malam
Tidak menyakiti sebuah hatipun
Apakah kamu tidak membuat mata orang menangis
Atau apakah kamu
Telah mengatakan kata-kata penuh kasih
Kepada orang-orang yang tidak punya kasih sayang
Kenangan dari Koesdarmilah
Puisi lain yang tak kalah menarik :
Kota Kasunanan
Gusti sayang
Kupu tanpa sayap
Tak ada di dunia ini
Mawar tanpa duri
Jarang ada atau boleh dikata tak ada
Persahabatan tanpa cacat
Juga jarang terjadi
Tetapi cinta tanpa kepercayaan
Adalah suatu bualan terbesar di dunia ini
Puisi yang kedua ini, saya juga sempat mencatat versi Inggrisnya…
Kasunanan City
Dear Gusti
There is no wingless butterfly in this world
There can hardly be any rose
Without thorns
Untained friendship is rare
But love without trust
Is the greatest lie in this world
Karena keterbatasan waktu, hanya dua puisi itu yang sempat saya salin. Kami berpikir alangkah asiknya kalau puisi-puisi indah tersebut dibukukan. Menurut Mbak Rini rencana tersebut sudah terbersit di benak pengelola museum. Namun, perlu proses panjang karena perlu mendapat izin dari pemilik koleksi tersebut. Yang jelas melalui syair-syair tersebut terungkap bahwa sastra ternyata berkembang baik di balik tembok istana. Sang puteri maupun kerabat keraton lainnya memiliki kemampuan sastra yang cukup mumpuni.
Sembari menunggu buku syair Tineke terbit, silahkan berkunjung ke Ullen Sentalu jika ingin menikmati puisi-puisi indah ala keraton Solo. Lain waktu kalau berkunjung ke Ullen Sentalu lagi, saya pasti menyalin puisi-puisi lainnya deh.
Jogja, Juni 2012
Cieeeeee
Mana catetan puisimuuu….kirimin, biar bisa ditulis di sini 🙂
Pingback: ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku | specialpaketelor2
bookmarked!!, I like your web site!