Akhir Sejarah Patung Zainal Abidin Pagaralam
Posted 03/07/2012
on:- In: Berita
- Komentar Dinonaktifkan pada Akhir Sejarah Patung Zainal Abidin Pagaralam
Massa warga kalianda yang berjumlah ratusan orang berjuang keras menolak berdirinya patung Zainal Abidin Pagaralam serta proyek pergantian nama-nama jalan. Sudah lama masyarakat menolak proyek pembuatan patung tersebut, nampaknya terjadi penyimpangan proyek. Awalnya adalah proyek pembuatan tugu selamat datang, malah yang berdiri patung Zainal Abidin Pagaralam.
Pasalnya, pembangunan patung yang sudah berdiri di simpang tiga Kalianda kota itu menelan biaya Rp1,7 miliar dinilai hanya pemborosan angggaran. Masyarakat mempertanyakan fungsi patung tersebut bagi masyarakat lampung khususnya Kalianda. Zainal Abidin Pagaralam adalah tokoh lampung yang terkenal, namun perlukah dibuatkan patung?
Tentunya masyarakat Lampung sudah kenal dengan nama Zainal Abidin Pagaralam, namun demikian jika patung tersebut dilihat orang lewat, tentu akan bertanya “Patung siapakah itu?”
Masyarakat lampung khususnya Kalianda akan setuju dan berterima kasih jika dibuatkan proyek penanggulangan kemiskinan. Dengan dana Rp. 1,7 M tentu akan lebih bermakna bagi orang-orang miskin di Lampung.
Seandainya patung tersebut akan dipindahkan di tempat lain di Lampung, daerah manakah yang setuju menerima patung tersebut? Tentu akan terajadi penolakan yang sama.
Untuk itu lebih baik patung diamankan di museum Lampung, patung Zainal Abidin Pagaralam lebih bersejarah jika diletakkan di dalam museum. Tentu jangan dipajang di halaman museum, karena akan menimbulkan pro dan kontra.
Akhir Sejarah Patung
Setelah massa berusaha sepanjang hari berdemo akhirnya berhasil merobohkan patung Zainal Abidin Pagaralam pada sekitar pukul 18.30 wib, Senin (30/4/2012). Massa menarik patung dengan sebuah mobil fuso setelah sebelumnya mengikatkan tali di bagian kepala.
Rubuhnya patung Zainal Abidin Pagaralam menjadi akhir dari drama aksi demo penolakan atas keberadaannya. Inilah sejarah yang akan dikenang masyarakat kalianda dikemudian hari.