Cara Pandang & Cara Kerja Allah vs Cara Pandang & Cara Kerja Manusia

Renungan Harian Misioner
Selasa, 19 Januari 2021
P. S. Marius

Ibr. 6:10-20; Mzm. 111:1-2,4-5,9,10c; Mrk. 2:23-28

Renungan Misioner dari Yung-Fo, Pangkalpinang

Para sahabat misioner yang terkasih: Shalom!
Kita masih berada dalam Bulan Januari 2021. Kalender Liturgi kita menunjukkan bahwa kita berada pada Pekan II Masa Biasa Tahun B/I, yang sekaligus merupakan hari kedua untuk Pekan Doa Sedunia bagi kesatuan orang Kristen. Firman Tuhan, baik dalam Bacaan Pertama maupun dalam Mazmur dan Bacaan Injil, membuka mata kita untuk melihat sesuatu peristiwa atau perkara dalam terang Firman Tuhan atau dalam Cara Pandang Allah. Tantangan kita, ialah bahwa ada cara pandang dan cara kerja manusia ikut menjadi semacam point of reference dalam berbagai peristiwa. Maka sebagai orang beriman, kita harus tahu aneka cara pandang ini, untuk kemudian memutuskan mengikuti cara pandang yang mana: Cara Pandang Allah atau Cara Pandang Manusia?

1. Hukum Sabat
Dalam Bacaan Injil, kita dihadapkan pada kasus “murid-murid memetik gandum pada hari Sabat”. Tindakan itu kemudian ditempatkan dalam tata nilai dan cara pandang dengan pertanyaan “Boleh” atau “Tidak boleh” (Markus 2:23-24).

Pertanyaan ini langsung membawa kita kepada Kelompok orang Farisi dan kepada Yesus Kristus sendiri. Bagi orang-orang Farisi, tindakan itu adalah melawan hukum Sabat, karena itu semestinya tidak boleh dilakukan oleh para murid Yesus.

Menerima komplain yang diajukan oleh orang Farisi itu, Yesus lalu mengajak para pendengarnya untuk melihat tindakan para murid itu dengan cara pandang yang lain, yang berbeda dari cara pandang orang-orang Farisi, yang menegaskan bahwa memetik gandum pada Hari Sabat itu adalah hal yang dilarang.

Yesus malah mengangkat contoh kasus, yang dilakukan Daud, yang bersama pengikutnya masuk ke dalam rumah Allah, lalu memakan roti sajian, yang seharusnya hanya boleh dimakan oleh para imam (Markus 2:25-26). Dengan mengangkat contoh kasus yang dilakukan Daud tersebut, Yesus mengajak para pendengarnya untuk melihat apa sesungguhnya makna dan tujuan sebuah ketentuan hukum bagi manusia?

Dua hal ditegaskan Yesus kepada saudara dan saya melalui “kasus hukum Sabat” ini. Pertama, tujuan hukum adalah untuk kepentingan hidup manusia. Kata-Nya, “Hari Sabat diadakan untuk manusia, dan bukan manusia untuk hari Sabat” (Markus 2:27).

Kedua, setelah menegaskan tentang maksud dan ketentuan hukum bagi manusia, yang adalah “hukum Sabat” Yesus kemudian memperkenalkan diri-Nya sebagai “Anak Manusia,” sekaligus sebagai “tuan atas Hari Sabat.” Pada bacaan Injil yang lain, Yesus menegaskan juga, bahwa sekalipun ada ketentuan-ketentuan tentang Hukum Sabat yang harus diperhatikan, namun jikalau pada hari itu nyawa seseorang atau bahkan nyawa binatang peliharaan manusia, jika terancam “kehilangan nyawa” maka tindakan penyelamatan harus diambil (Lihat: Matius 12:11-13). Hidup dan keselamatan manusia jauh melampaui sebuah ketentuan hukum! Dan bahwa hukum harus mengabdi kepada hidup dan keselamatan manusia!

2. Perjanjian dan Hukum Allah
Dalam Mazmur Tanggapan, Sang Pemazmur mengangung-agungkan Allah dan bersyukur kepada-Nya, karena dirinya tergolong sebagai “orang yang benar di dalam jemaat.” Bagi Pemazmur ini, Allah telah melakukan hal-hal yang besar. Selain memberikan hukum dan peringatan, Tuhan Allah juga memberikan kebebasan kepada manusia. Inilah cara kerja Allah yang harus diketahui oleh manusia, sehingga dengan pengetahuannya itu, manusia dapat memahami tindakan dan karya-karya Allah secara tepat.

Tentang sikap dan perilaku yang tepat terhadap perjanjian dan hukum-hukum Allah ini, Firman Tuhan menghadirkan tokoh iman, yakni “Abraham.” Abraham menerima banyak janji Tuhan, dan Abraham menantikan terwujudnya janji itu dengan kesabaran, yang pada gilirannya membawa Abraham kepada kebahagiaan ketika janji-janji Allah kepadanya itu terpenuhi.

Demikian, ketika manusia mengikuti cara pandang dan cara kerja manusiawinya, ia dapat saja “salah” seperti orang-orang Farisi dalam Injil hari ini. Hati mereka penuh curiga dan gampang menghakimi orang lain. Bahkan sikap dan cara pandang seperti itu mereka aplikasikan kepada Yesus sendiri. Namun, ketika manusia bersikap kooperatif dan taat kepada hukum dan ketentuan Allah, seperti halnya Abraham, maka berkat dan kasih-setia Tuhanlah yang memenuhi hidupnya.

Ya Tuhan, berilah kami iman dan pengharapan seperti Abraham, orang pilihan-Mu itu, sehingga kamipun boleh menjadi pewaris janji-janji yang Engkau sediakan lewat Abraham ini. Amin (RMG)

(RD. Marcel Gabriel – Imam Keuskupan Pangkalpinang)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Evangelisasi:

Persaudaraan antarsesama manusia: Semoga Tuhan menganugerahi kita rasa persaudaraan yang kuat agar kita bisa hidup berdampingan bersama saudara-saudara kita yang berlainan agama dengan saling terbuka dan mendoakan. Kami mohon…

Ujud Gereja Indonesia:

Solidaritas masyarakat: Semoga, kita sebagai bangsa, dapat melanjutkan dan makin mengembangkan solidaritas, terlebih bagi mereka yang miskin dan menderita oleh karena wabah Covid-19. Kami mohon…

Ujud Khusus Tahun Santo Yoseph:

Perkenankanlah kami mempercayakan seluruh tahun ini dalam cinta-Mu, sebagaimana nampak dalam persembahan diri Santo Yoseph, yang menyertai Bunda Maria dalam memelihara Sang Putera, dalam pelbagai duka derita maupun sukacita di Nasaret. Kami mohon…

Amin

Tinggalkan komentar