Masih Sama

Sekali lagi, namamu menyeruak di setiap jeda dalam napasku. Lebih lagi, bayang tentangmu mengombak mencipta gejolak di dada. Dunia serta-merta benderang, bahkan langit sore menjatuhkan bintang-bintang.

Sementara kau tersisip menjelma rindu dalam spasi-spasi rangkai kata yang kucipta. Aku kini memiliki hobi baru, mereka-reka setiap waktu apa yang sedang ada dalam pikirmu. Adakah aku terbersit di dalamnya?

Pertemuan denganmu menjadi ritual yang paling kutunggu, sering kali membuat resah dan gelisah, namun aneh terasa semua berlalu begitu cepat tatkala kita tengah berjumpa. Kemudian yang bisa aku lakukan hanya bersabar untuk pertemuan berikutnya.

Kita serupa aktor melodrama, dan aku benci mengakuinya. Melakoninya adalah satu-satunya cara yang kubisa, meski sering kali bahagiaku diputar-balik praduga. Aku ternyata menginginkanmu sebanyak yang tak kuduga, tanpa kusadari doa-doaku menjadi lebih panjang dari biasanya. Namamu berulang kali dipantulkan benakku sendiri, terpantul berkali-kali di telinga dan di hati. Hanya saja pada hati, tertinggal juga debar yang tak kumengerti.

Aku tak ingin bermain judi. Maka dari itu, ada kah buku petunjuk yang akan mengantarkanku ke mana seharusnya aku melabuhkan diri? Jika salah jalan kutempuh, akankah kita berjumpa di persimpangan jalan dan pulang bersama?

Segala yang pernah terasa tak mungkin kini menjadi ingin. Melihatmu berjuang keras membuatku ingin menjadi pendukung paling utama. Segala mimpi yang kau cita-citakan seperti ingin kubantu untuk wujudkan, karena mimpi kita selaras nyatanya.

Aku melihat masa depan pada kedua mata yang kaupunya. Bagian ini tak akan bosan kusampaikan, karena memang ia satu-satunya petunjuk yang kudapatkan dengan tanpa kuminta. Segalanya tergambar jelas di sana. Tentang mimpi-mimpimu dan keinginanmu untuk melibatkan aku di dalamnya, namun ada urung di sisi lainnya.

Untuk pertama kalinya, begitu sulit merajut kata kala hati sedang berbunga. Entah karena terlalu bahagia, atau pula karena telah habis daya karenamu. Yang ingin kulakukan hanya melihatmu terus-terusan dari kejauhan, kemudian diam-diam menyimpan senyum  dan menabung rindu satu per satu.

Semestaku mengatakan kita akan dipersatukan masa depan. Notifikasi darimu mungkin akan menjadi satu-satunya pengobat rindu bila hariku tak berhadiahkan temu. Aku tahu semua tak akan melulu berujung kecewa, aku tahu trauma tak selamanya menyisakan duka dan cerita yang hampir sama. Kau — kuyakin — akan menjadi cerita paling sukacita dalam sejarah panjang hidupku nantinya. Dan semua tak hanya tentangmu, melainkan tentang kita dan hal-hal menarik lainnya.

Leave a comment