Tag
itiak lado mudo, katupek gulai paku, kawa daun, kuliner ranah Minang, lamang tapai, martabak kubang, sate Padang, soto Padang, teh talua
Pesona Kuliner Ranah Minang
Menikmati akhir pekan paling menyenangkan diisi dengan bersantai, ramah tamah dengan anggota keluarga dan tambah asik dibarengi dengan mamah-mamah alias ngemil. Nah ini sajian mamah-mamah dari ranah Minang. Berkunjung ke daerah lain selalu membangkitkan keinginan untuk mencoba kuliner khasnya.
Mendarat di bandara Minangkabau selepas pukul delapan malam, menunggu jemputan panitia (yang sekaligus menjemput peserta dengan penerbangan berikutnya), kami tim kebun memasuki hotel menjelang pukul 10 pm. Segera setelah check in, kami berarak menembus malam gerimis menuju RM Kubang Hayuda di Jl Prof. M. Yamin. Pilihan makan malam berupa nasi goreng Kubang, martabak biasa dan martabak istimewa sebagai pembanding. Semuanya enak, kuliner khas dengan sebutan martabak Mesir. Nama Hayuda berawal dari Bp. H. Yusri Dawis putra daerah Kubang (daerah Payakumbuh) yang sekarang usaha ini menjamur di banyak kota. Menu andalan martabak dan roti cane (yang sayang malam itu habis). Bila menikmati martabak di daerah lain dipadu dengan acar mentimun, martabak kubang ini disantap bersama saus kecap. Inilah tampilan lezatnya….
Sajian menggoda berikutnya adalah teh talua, di RM Kubang minuman ini disajikan dalam gelas bening sehingga pelapisan eksotiknya nampak jelas, teh merah kecoklatan di lapisan bawah, kocokan telur di lapisan atas. Sukses mengompori sahabat kebun untuk memesannya, saya nebeng mencicipnya dan enak tanpa rasa amis, serasa ada aroma eskrim vanillanya. Menikmati sajian di hotel inilah demo penyiapannya, kuning telur ayam kampung di kocok bersama gula, kemudian krim gula telur ini disajikan dalam cangkir lalu diseduh teh panas sehingga kocokan telur matang, untuk finishing tersedia susu dan jeruk nipis. Minuman sehat lezat penambah stamina aktivitas sehari penuh.
Makanan khas katupek sayur pun dicoba, varian gulai kacang panjang dan gulai daun paku sempat dicicip sehingga sah mencoba katupek gulai paku. [Betapa tidak kuat sarapanpun gulai paku serasa memiliki otot kawat balung wesi] Tampilan soto Padangpun menggoda selera, loh koq tanpa suwiran daging ayam atau sapi, ternyata uniknya berupa cacahan kasar dendeng sapi plus kombinasi kerupuk warna.
Saat acara di Bukit Limau Manis, kami disuguhi lamang tapai dengan penampilan aduhai serba ketan. Uni dan Uda sahabat menjelaskan kekhasan lamang, bagaimana paduan beras ketan dan santan dimasukkan ke dalam buluh bambu beralas daun pisang kemudian dibakar hingga lemang matang. Sebuah perjalanan panjang untuk menyajikan lemang, dengan nikmat syukur paduan lamang tapai putih merah hitam keunguan rasa legit gurih manis segrak ini dipindahkan menghangatkan perut …..
Perjalanan kembali dari Batusangkar di sore gerimis, kami berhenti sejenak di Gugun Batuah, pondok gorengan dan kawa daun. Kawa daun seduhan daun kopi yang disajikan panas mengepul dalam wadah tempurung kelapa yang menghitam beralaskan potongan buluh bambu, rasanya tak terdefinisikan hanya bisa dicoba….. Sebagai teman minum tersedia aneka gorengan, sate dan ayam penyet. Tempat singgah ini unik dan apik, memasang hiasan berupa sarang burung manyar berjajar bergantung, dengan pemandangan sawah berjenjang atau berteras. Terbayar sudah penasaran akan kawa daun dari postingan Uni Evi, minum kopi tanpa kopi melalui melayu kopi daun dan kak Monda dalam cara lain menikmati hujan dan kopi. [bener khan yang Uni Evi tulis, postingan dari sahabat membangkitan rasa ingin tahu pembacanya]
Melintas Pantai Padang dan Danau Singkarak kurang lengkap tanpa mencoba kuliner ikan laut dan danaunya. Ikan karang bakar gurih, plus plus sajian lain, garingnya ikan bilih, lezatnya pepes bilih, putih lembut pangek ikan sasau disajikan dalam postingan dendang randang jariang. Kalau tidak tergoda berarti kekurangan ada pada postingan.
Mengesahkan kunjungan di ngarai Sianok, dengan cara menyantap itiak lado mudo dengan tampilan memukau. Menyingkirkan selimut sambal hijau yang membungkusnyapun masih menghadirkan rasa pedas yang kuat. [eMak LJ sudah mengingatkan bahwa bibir akan terasa kesemutan]. Stempel itiak lado mudopun kami bungkus hingga sampai Salatiga, dikemas beku, sampai di hotel disimpan di kulkas, seraya di reminder plus tulisan agar tidak ketinggalan. Ragilpun sangat menikmatinya semoga penanda untuk menikmati Bukittinggi kembali.
Sebagai penutup dijajal sate Padang Mak Syukur di Padang Panjang Kota Serambi Mekah. Rumah makan di tepi jalan raya Padang Panjang-Padang, bertingkat dua itupun penuh pengunjung. Masing-masing kami memesan 1 porsi yang berisi 7 tusuk sate [khusus porsi saya koq hanya 6 ya] dengan saos khasnya, porsi yang cukup berat masih ditambah penasaran mencoba kerupuk rambaknya. Kenangan kami menikmati sate padang di daerah asalnya, karena untuk menikmati Sate Padang Mak Syukurpun bisa dicicip di ibu kota. Demikian reportase kuliner, masih sangat banyak keindahan ranah Minang yang memikat untuk dinikmati. Salam
Ping-balik: Ngeteh Yook…. | RyNaRi
Minangkabau said:
postingan yg sangat bermanfaat 😀
like this
___
Terima kasih, kuliner Minang memang khas enak
vizon said:
Dari sekian banyak yang Bu Prih sebutkan, ada satu yang belum saya temukan, yakni Soto Simpang Aur.. Apakah si Bundo tidak mengantarkan Bu Prih ke sana? hehehe… 🙂
Asli, ini bikin ngilerrrr…
_____
Perjanjian tak tertulis, belum semua dicicip di kunjungan ini sebagai pemanggil kunjungan berikutnya (semoga)
Semakin banyak sahabat terpikat dengan Ranah Minang.
Bams Triwoko said:
Menyimak postingan bu Prih jadi inget harus segera makan siang.
Matur nuwun sharing kulinernya.. 😀
____
Selamat dhahar siang, kembul bujana bersama brayat. Salam
Idah Ceris said:
Waah, postingan ini semakin meyakinkan saya untuk ke ranah minang.
Semoga kesampaiaaaaaaan, dan bisa berkuliner. . . ^_*
___
Prok prok antusiasme pengunjung Ranah Minang meningkat
Amin Jeng Idah, alam yang indah, urang Minang nan ramah, kuliner lezat ….
Terima kasih ya telah singgah
bintangtimur said:
Wuiiiih, smuanya menggoda nih, mbak!
Saya pengen banget makan martabak kubang, soto padang dan satenya…foto martabak yang keren itu, bener-bener meluluhkan iman…
😉
___
Mengatas namakan wajib menghargai kuliner setempat, walhasil semua jenis yang tersaji dicoba Jeng Irma