SS2 buat Polri

Selamat datang SS2

Senjata dan sistem kesenjataan merupakan tulang punggung dalam penggunaan kekuatan sebuah pasukan, memang tidak semudah peribahasa yang mengatakan : Man behind the gun untuk mengatakan superioritas daya gempur , daya gerak dan daya tembak terletak kepada bagaimana seorang petembak menguasai suatu senapan yang menjadi miliknya.

Sebuah bantahan atau bisa jadi memperkuat pribahasa diatas adalah bagaimana Mao Tze Tung mengatakan bahwa Power is derived from the barrel of the weapon, sehingga dengan demikian kekuatan sebagai superioritas sangat ditentukan oleh ” laras” keunggulan senjata dan sistem kesenjataan itu sendiri.

Kelahiran SS2 Pindad yang sebagai sebuah penyempurnaan teknologi dengan berbagai sentuhan baru di bidang mekanika, ergonomis dan kebijakan negara untuk memberikan ruang lebih lebar kepada penggunaan produksi dalam negeri patut mendapat apresiasi.

Keunggulan SS2 sebagai sebuah produk yang disempurnakan dari SS1 Pindad yang mengambil basis design FNC Belgia dalam beberapa event perlombaan menembak seperti AARM ( asean armies rifle meet )maupun beberapa event lain yang umum dilaksanakan satuan TNI

Kehadiran SS2 dalam inventori senjata Polri dimulai pertama dengan penggunaan SS2 terutama varian V5 yang dijadikan senjata utama bagi pasukan dalam penugasan FPU di Sudan dimana semenjak tahun 2012, SS2 V5 dipilih untuk menggantikan Styer AUG 3 yang telah digunakan oleh beberapa rotasi penugasan FPU Polri ” Garuda Bhayangkara”.

Konsep Modular ( mudah diganti ganti ) merupakan suatu keistimewaan yang ditawarkan SS2, betapa tidak , dengan kehadiran SS2 artinya Brimob dapat meningkatkan daya gempur , daya tembak dan kemampuan manuver dilapangan.

Beberapa fitur tambahan seperti GLM sebagai senjata bantuan lintas lengkung akan dengan mudah didapatkan , baik peluncur GLM itu sendiri maupun munisi GLM tentunya dengan disesuaikan kebutuhan tugas Brimob Polri , bisa jadi mulai dari munisi dummy untuk latihan , munisi pecahan tajam , anti material , dan bisa juga untuk kepentingan penindakan huru hara berupa munisi GLM dengan isian CN atau CS ( gas air mata)

Fitur tambahan lainnya adalah SS2 sudah mengadopsi sistem Rel sehingga akan mudah ditambahkan teleskop , maupun aimpoint sebagai pembidik optik yang selama ini cukup sulit untuk ditambahkan pada AK series 100 yg menjadi inventori Brimob.

SS2 yang diproduksi oleh Pindad sebagai imdustri strategis dalam negeri tentunya akan memberikan kemudahan bilamana terjadi kerusakan sehingga memerlukan penanganan teknisi pindad dengan cepat. Secara berturut turut antara SS2 dari varian 1,2 dan 4 menurut situs resmi Pindad adalah;
Assault Rifle SS2, Specifications, Pindad Code
SS2-V1 SS2-V2 SS2-V4
NSN
– – –
Calibre
5.56 X 45 mm 5.56 X 45 mm 5.56 X 45 mm
Barrel Length
460 403 460
Overall Length

Butt Extended
990 920 990
But Folded
740 670 740
Weight

With Empty Magazine
3.4 kg 3.2 kg 4.2 kg
Cyclic Rate of Fire
675 – 725 rpm 675 – 725 rpm 675 – 725 rpm
Mode Firing
Single, Full Auto, Safe Single, Full Auto, Safe Single, Full Auto, Safe
Sight
Mechanical Sight Mechanical Sight Optical Sight
Max Effective Range
500 m 400 m 600 m
Finishing
Black / Gray Black / Gray Black / Gray

Magasen SS2 juga dibuat dengan mengambil pola Magasen STANAG: SS1 , FNC , dan M16 sebagai magasen standar NATO , akan memberikan kemudahan manakala diperlukan sejumlah magasen dalam jumlah besar , selain dapat diproduksi oleh Pindad sendiri , surplus dari produsen pernak pernik senjata terkenal dapat ditemukan dengan mudah di pasaran internasional.

Pindad telah mengeluarkan beberapa Varian SS2 lainnya, tergantung pilihan dan keinginan konsumen ,Pindad sanggup memenuhi , varian SS2 V1 ditujukan untuk senapan serbu infanteri , dengan panjang laras 460 mm. Diharapkan prajurit dilapangan dapat dengan mudah menggunakan tambahan Tabung Pelontar ( TP ) sebagai pendukung senjata lintas lengkung yang mumpuni .

SS2 V2 dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan para unsur pimpinan maupun pasukan yang dipersiapkan untuk melaksanakan infiltrasi menggunakan metode penerjunan, dengan panjang laras yg lebih pendek dari Varian pertama , SS2 V2 sangat sesuai untuk pertempuran di medan sempit maupun untuk penerjunan.

Varian lainnya adalah V4 dan V5 yang ditujukan untuk kebutuhan senjata dengan tingkat presisi tinggi karena dilengkapi dengan teleskop yang dapat dengan mudah dibongkar pasang , sedangkan V5 yang telah digunakan untuk misi Garuda Bhayangkara FPU Polri di Sudan dibuat menjadi sedemikian ringkas dalam format karaben yang sangat cocok untuk senjata utama awak kendaraan taktis , maupun lapis baja serta untuk aksi serbuan ruangan dalam pertempuran jarak dekat.

Selain Keunggulan yang ditawarkan oleh SS2 , terdapat beberapa kondisi yang perlu dicermati bersama menjadi suatu kajian, adalah penggunaan amunisi itu sendiri dalam konteks logistical matters ,ketika logistik sebagai sebuat unit pendukung diyakini tidak akan memenangkan sebuah pertempuran , namun adalah sebuah keniscayaan bahwa tidak sebuah peperangan pun yang akan dapat dimenangkan oleh logistik.

Kebutuhan munisi khususnya kaliber 5,56mm merupakan sebuah keharusan manakala pengadaan senjata dilakukan , sebagai informasi pembanding bahwa sampai saat ini Polri secara faktual masih menggunakan berbagai jenis munisi yang sangat beragam untuk mendukung inventori senjata yang dimiliki.

Kelas senjata gengam saja , setidaknya polri membutuhkan 2 jenis munisi : mulai 9X19 mm untuk pistol Glock dan beberapa varian lainnya , dan kaliber 38 mm untuk revolver yg digunakan.
Tidak kalah rumitnya adalah senjata pinggang dari kelompok scorpion buatan ceko yang juga mengisi gudang arsenal polri khususnya Brimob , selain kalibernya yang 7,65 mm cukup imut untuk ukuran senjata serbuan ditambah kenyataan bahwa industri dalam negeri seperti pindad belum memproduksi munisi yang dimaksud , apalagi ditambah inventori arsenal lawas namun mumpuni seperti M10 Ingram yang membutuhkan caliber 45 ACP.

Sebagai sebuah pertimbangan kedepan adalah , urusan amunisi untuk ukuran Mako Korpbrimob Polri sebagai unsur pelaksana utama tingkat Mabes yang memiliki kekuatan 4 satuan setingkat resimen , bisa jadi urusan logistik munisi nantinya diyakini akan menjadi sandungan dalam giat operasional maupun pembinaan Brimob itu sendiri.

Ketika Resimen 1 Gegana menggunakan Styer AUG dan M4 sebagai senapan serbu , maka kebutuhan mutlak munisi berkaliber 5,56mm dengan rifling twist 1/9 menjadi suatu keharusan , Pindad dalam hal ini mampu memenuhi kebutuhan munisi 223 ( rifling twist 1/9) tadi dengan memproduksi munisi 5,56mm dari jenis 4 TJ demikian juga dengan Resimen 2 , 3 dan Puslat Korpbrimob sendiri sampai saat ini masih menggunakan senjata serbu berjenis AK series 100 , mulai varian 101 dan 102 , yang membutuhkan munisi 223 sama seperti 5,56mm ( 4 TJ ) pindad namun aka berubah manakala dengan kehadiran SS2 yang membutuhkan munisi kaliber 5,56mm dengan Rifling twist sedikit berbeda ( 1/7 ) secara otomatis membutuhkan pengadaan munisi 5 TJ dari produksi Pindad maupun produsen lainnya,masih menurut situs resmi pindad, terhadap perbandingan antara munisi 4 tj dan 5 tj dapat dilihat dalam tabel berikut :
Specifications
Pindad Code
MU4-TJ MU5-TJ MU5-M
Name
5.56 x 45 mm M193 5.56 x 45 mm NATO 5.56 x 45 mm NATO
Type
Ball. FMJ Ball. FMJ Steel Core Match, FMJ
NSN
1305-45-000-1781 1305-45-000-1784 1305-45-000-1787
Synonym
0.223 Armalite 0.223 Rem. Special – –
Armamament
M16-A1 Rifles, Steyr SS1, M16-A2 Rifles SS1, M16-A2 Rifles
Cartridge Length
57.40 mm 57.40 mm 57.40 mm
Case Length
44.70 mm 44.70 mm 44.70 mm
Rim Diameter
9.60 mm 9.60 mm 9.60 mm
Bullet Diameter
5.70 mm 5.70 mm 5.70 mm
Extractor Diameter
8.44 mm 8.44 mm 8.44 mm
Bullet Weight
3.62 g 4.00 g 4.00 g
Characteristics (Barel Test)

Velocity
V10 = 989 m/s V25 = 915 m/s V25 = 915 m/s
Chamber Pressure
-Ma. 4,070 kg/cm2 Max. 4,200 kg/cm2 Max. 4,200 kg/cm2
Accuracy
At 100 m = Max. Dia 14 cm Extreme Spread At 100 m = 20 cm H + L At 100 m = Max. dia 13 cm Extreme Spread
Tracer Performance
– – –

Logistical Nightmare terjadi manakala, dalam suatu misi tidak ditemukan senjata dan munisi yang dapat saling menutup dan melengkapi/ dipertukar pakaikan , ketika satuan Gegana dan satuan Pelopor saling melibatkan anggotanya dalam suatu aksi gabungan yang mengharuskan adanya fleksibilitas logistik (khususnya munisi ) , maka tinggal menunggu waktu saja terjadi kerusakan secara massal senjata milik polri dimasa depan , persis seperti yang pernah dilakukan oleh TNI pada masa operasi Seroja di Timor Timur, ( ABRI saat itu ), memaksakan penggunaan munisi kaliber 223 mm milik M16 A1. Kedalam laras SS1 versi awal , atau sebaliknya memaksakan 5,56mm ( 5TJ) milik SS1 ke laras M16 milik satuan teritorial TNI AD kala itu.

Sebagai sebuah diskusi untuk menemukan solusi yang paling memungkinkan ketika SS2 sudah datang dan menjelma menjadi senjata serbu utama Brimob adalah dengan alternatif : mengelompokkan pengguna , mengalihkan , merubah sesuaikan kaliber pesanan Polri .

secara praktis dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

1. Mengadakan clustering user atau pengelompokkan pemakai akhir, bisa jadi dengan pertimbangan kemudahan pengiriman material logistik untuk jajaran brimob di sumatera , kalimantan , Jawa dan sebagainya , maka seluruh sumatera diberikan AK series 100 bekas pakai Mako Korpbrimob atau daerah- daerah lain yang saling berdekatan untuk menggunakan jenis senpi dan kaliber munisi yang sama.

2. Levelling user ! Apabila SS2 dan SS1 dirasakan mencukupi untuk seluruh pasukan Brimob di tingkat Mabes dan satuan wilayah , maka adalah suatu pilihan yang paling mudah untuk menghibahkan inventori AK series 100 dan Series 2000 China kepada satuan selain Brimob , bisa jadi Sabhara ataupun Polair dan Udara yang masih menggunakan varian SS Sabhara. , Ruger Mini dan SKS termasuk warisan perang Dunia II seperti LE dan Mouser terutama di polsek polsek terjauh.

3. Mengajukan perubahan design laras SS2 khusus Polri untuk beralih menggunakan munisi dengan rifling twist 1/9 seperti yang telah dipakai untuk M16A1, M4, AK series 100, Styer AUG selama ini.

Ketiga alternatif solusi tadi pastilah membutuhkan waktu , tenaga, metode dan anggaran yang tidak saja rumit ,tetapi juga mahal, dan tidak bisa dalam sekejap, namun adalah suatu keharusan dalam menangkal logistical Nightmare saat logistik dibutuhkan dalam memenangkan sebuah “pertempuran “, yang artinya juga , bahwa logistik bisa berarti memberikan kontribusi atas kekalahan dan kegagalan sebuah pertempuran maupun missi yang harus dijalankan.

Selamat datang SS2 ,adi karya anak bangsa , kami bangga memilikimu.
Saya menulis, maka saya ada.

20130729-141443.jpg

20130729-141534.jpg

20130729-194205.jpg

Tinggalkan komentar

Situs Web WordPress.com.

Atas ↑