Citrus

citrus-ssh

A fiction dedicated only for Ninda. Thanks to loyalslatte at Indo FanFictions Art for the cover. Sung Soo Hee presents a fiction titled;

Citrus

Rating: PG-13 // Length: One-shot // Genre: School Life, Fluff, and Romance // Casts: EXO‘s Se Hun and OC‘s Ah Young, supported with other casts.

Summary: Kau tahu? Ini semua karena baumu seperti jeruk di musim panas. Segar dan menenangkan.

.

.

“Sehun?”

Hm?”

Ahyoung mengulas senyum kecil saat menatap pria yang berdiri di depannya. Tangan sosok di depan Ahyoung itu sibuk mengabsen beberapa deret buku komik yang tersusun rapi di rak dengan dagu sedikit naik sebagai respon ke gadis itu.

“Aku akan pergi ke bagian masakan. Kau tak apa kan sendirian?” tanya gadis itu.

Sehun, nama pria yang bersama Ahyoung, hanya menganggukan kepalanya. “Aku sudah bukan bocah lagi, Park Ahyoung. Sana pergilah,” jawabnya tanpa menoleh menatap Ahyoung.

Ahyoung tersenyum menatap Sehun. Gadis itu memutar tubuhnya cepat dan melangkah menjauh dari Sehun. Kakinya bergegas menuju deretan rak yang cukup jauh dari tempatnya berada tadi.

Sehun menegakkan tubuhnya sejenak. Manik matanya mengikuti punggung Ahyoung yang menjauh dari penglihatannya. Lantas pria itu kembali menunduk, berkutat mencari beberapa buku komik yang menarik baginya.

Ahyoung tersenyum setibanya di deretan rak buku masakan. Kedua iris matanya mencermati beberapa judul di sisi samping buku dan mengabsennya dengan gerakan jari telunjuk. Jarinya kadang berhenti di beberapa buku dan menariknya cepat, mencermati sinopsis di sisi belakang cover buku.

“Pasta? Tidak, terdengar membosankan. Olahan daging? Kurasa itu hanya akan membuat adikku yang rakus itu senang karena aku memasak ayam. Short cake?”

Ahyoung mengerutkan keningnya sejenak, lantas sudut bibir gadis itu naik. Membentuk sebuah lengkungan bulan sabit dan ahunya lantas naik.

“Kurasa ide yang bagus,” ucapnya dan menarik buku itu. Kedua iris mata Ahyoung lantas mencermati buku dari dari sampul depan dan belakang.

Ahyoung tersenyum setelah membaca ulasan singkat buku yang ia pilih itu. Tubuhnya lalu membalik, hendak kembali ke tempat Sehun berada. Gadis itu lantas berjalan beberapa langkah, sebelum langkahnya kembali terhenti.

Ahyoung mengerutkan keningnya dan menoleh ke arah belakang. Manik matanya menyipit menatap seorang gadis cilik tengah berjongkok dengan kepala menunduk. Tubuh kecilnya bergetar beberapa kali. Ahyoung mengurungkan langkahnya kembali ke tempat Sehun, justru melangkah mendekati gadis cilik itu.

“Hei, kau kenapa?” tanya Ahyoung seraya berjongkok. Mensejajarkan posisi tubuhnya dengan tubuh gadis cilik yang berada di samping rak buku.

Gadis cilik itu mendongak. Menunjukkan manik matanya yang berkaca dan berwarna merah. Ahyoung dapat melihat bekas air mata di pipinya.

Huks, eomma hilang,” sahutnya lirih disela isakan tangisnya.

Ahyoung menghela napas panjang sebelum ia menarik sudut bibirnya naik. Lantas tangan Ahyoung mengusap kepala gadis cilik itu. Menenangkan isakan yang masih terdengar lirih itu.

Eonie akanbantu menjadi eomma-mu, oke? Siapa namamu dan nama eomma-mu?” tanya Ahyoung pelan.

Gadis cilik itu mendongak. Manik mata yang berkaca itu menatap Ahyoung tak yakin. “Eomma Kim Aerin, a—aku Kim Hana,” sahutnya pelan dan ragu. “Eonie tak akan menculikku kan?”

Ahyoung tertawa pelan mendengar ucapan Hana. Tangannya lantas mengusap kepala Hana lembut. “Eonie tak akan menculikmu, Hana-ie. Cha, ayo kita cari eomma-mu,” sahut Ahyoung seraya berdiri. Tangannya lalu terulur berusaha mengajak Hana berdiri.

Hana menatap Ahyoung sepintas. Tangan mungilnya lalu mengusap bekas air mata di pipinya. Dengan cepat tangannya menautat tangan Ahyoung.

“Ah—hei! Siapa dia?”

Ahyoung menoleh dan tersenyum mendapati siapa yang bertanya itu. Sehun kini berdiri di depan Hana dengan beberapa komik di tangannya. Manik mata pria itu menatap Hana yang tengah berdiri di samping Ahyoung penuh selidik.

“Namanya Hana, Sehun. Ia terpisah dari eomma-nya. Aku ingin menolongnya dan kau harus membantuku, mengerti?”

Sehun menghela napas panjang mendengarnya. Ucapan Ahyoung seperti nada final yang harus dipatuhi. Lantas Sehun menganggukan kepalanya, menuruti keinginan Ahyoung.

“Hei, Hana. Oppa akan menolongmu mencari eomma-mu, hm?”

Hana hanya mengulas senyum kecil dan menganggukan kepala saat mendengar ucapan Sehun. Sehun lantas menegakkan tubuhnya karena tadi sedikit menunduk karena berbicara dengan Hana. Manik mata Sehun lantas melirik Ahyoung yang tengah sibuk berpikir.

“Jangan katakan, jika kau belum memikirkan apa yang harus dilakukan, huh?” tanya Sehun datar dan dibalas Ahyoung dengan kepala yang menunduk malu.

Sehun menghela napas panjang. Tangannya lantas menarik tangan kiri Ahyoung. “Kau ini memang payah. Ayo kita cari petugas di toko buku ini dan bertanya dimana ruang informasi untuk melaporkan ini,” ucapnya seraya menarik Ahyoung dan Hana.

.

.

Ahyoung membuka lokernya yang berjejer diantara deretan panang loker di koridor. Manik matanya lantas terpaku dengan hal yang tak biasa di lokernya.

“Jeruk?”

Ahyoung mengerutkan keningnya mendapati sebuah jeruk dengan pita merah muda yang menyatu dengan secarik kertas. Gadis itu menarik jeruk itu lantas mengendusnya. Baunya memang jeruk, gumamnya pelan.

Ahyoung diam mengendikan bahunya. Mengabaikan sebuah pemikiran di kepalanya yang mengatakan jika itu hanya gurauan yang mungkin diberikan temannya. Gadis itu tersenyum dan membuka simpul pita yang menali jeruk dan menarik secarik kertas yang dilipat dengan rapi.


Jeruk ini rasanya manis, aku sudah mencobanya jika jeruk ini manis. Semanis perbuatan yang kau lakukan untuk menolong gadis cilik itu walau kau tak terlalu memikirkan apa yang harus dilakukan. Semoga harimu manis seperti jeruk ini.

Unknown.


Ahyoung merasa rahangnya mengeras membaca deretan kata di kertas itu. Tak tahu apa yang harus diucapkan dan—hei! Bagaimana pengirim pesan ini tahu jika ia menolong seorang gadis cilik kemarin? Gadis itu lalu menarik kepalanya dan melongokan ke seluruh penjuru koridor. Keadaan cukup sepi dan itu hanya membuat dahinya kian berkerut.

“Penggemar lagi?”

Ahyoung menoleh saat menatap Jieun sudah berdiri di belakangnya dan menatap lekat apa yang ada di tangannya. Gadis itu lantas menghela napas panjang dan menganggukan kepalanya.

“Ini sudah yang ke berapa, huh? Satu, dua, tiga—ah! Ini yang kesepuluh bukan?” tanya Jieun yang lagi-lagi dibalas Ahyoung dengan anggukan kepala.

Jieun tersenyum. Ia lantas menggeser posisi tubuhnya dan menyandar pada loker yang adad di samping loker Ahyoung. “Kurasa itu melebihi kata penggemar. Mungkin pengirim jeruk itu menyukaimu,” celetuk Jieun disertai senyum yang kian menggoda.

Ahyoung menggelengkan kepalanya mendengar celetukan Jieun. “Jangan mengada-ada!” serunya seraya segera menutup pintu loker dan menguncinya. Lantas tubuh gadis itu menatap Jieun yang kian tersenyum menggoda padanya.

Jieun terkekeh pelan menatap wajah Ahyoung. Merah padam karena malu. Gadis itu lantas menaikkan bahunya dan memasukan tangannya di saku roknya.

“Jika bukan suka lalu apa, huh? Oh! Mungkin kau akan segera memiliki kekasih, Ahyoung-ah!”

Ahyoung memalingkan wajahnya. Menghindari tatapan Jieun yang akan membuat tawa gadis itu meledak saat melihat wajah Ahyoung yang semakin memerah. Memiliki kekasih? Ahyoung merasa pipinya semakin panas memikirkan hal itu.

“Hei, Ahyoung-ah. Tapi aku tak yakin dia menyukaimu atau tidak. Mengingat orang seharusnya memberi gadis yang ia sukai dengan bunga, bukan jeruk. Dan apa kau bisa menduga orangnya, huh?”

Ahyoung menoleh menatap Jieun yang akhirnya menghentikan tawanya. Ia lantas menghela napas panjang dan menatap jeruk yang ada di tangannya sekilas.

Menduga siapa yang memberinya jeruk ini? Ahyoung mendogak yang menyisir langit-langit koridor. Dari semua kemungkinan yang ada Ahyoung tak yakin. Tapi, apa mungkin itu Sehun? Bukannya hanya ia dan Sehun yang mengetahui kejadian berkaitan dengan menolong anak kecil di toko buku kemarin?

Ahyoung mengigit bawahnya. Manik matanya terpejam sejenak sebelum kembali terbuka. Ia lalu menarik napas panjang dan menatap Jieun.

“Ada satu kemungkinan menang. Tapi e—eum entahlah, aku tak yakin Jieun-ah,” balasnya lirih.

Jieun mengerutkan keningnya sebelum menarik sudut bibirnya. Tertarik dengan mengetahui siapa yang menjadi pengirim jeruk misteriusnya menurut pendapat sahabatnya itu.

“Katakan padaku siapa menurutmu? Mungkin aku bisa menilai apa orang itu benar-benar menyukaimu,” sahut Jieun antusias.

Ahyoung menghela napas panjang. Ia menyandar pada lokernya dan menghela napas kian panjang. “Aku tak yakin pasti mengenai ini,” balasnya.

Jieun kian merapat ke arah Ahyoung. Manik matanya menatap antusias sahabatnya itu. Ahyoung menarik napas panjang melihat tingkah Jieun. Ia memejamkan matanya erat.

“Kurasa itu Sehun, Jieun-ah.”

.

.

“Sehun?”

Hm?”

“Apa kau tak memiliki ucapan lain selain kata hm?” cibir Ahyoung pelan.

Sehun mendongak melepaskan tatapannya dari soal kimia yang tengah ia garap. Ia hanya bisa menghela napas panjang menatap Ahyoung yang tengah menatapnya.

“Baiklah, aku akan menggantinya,” ucap Sehun lalu mengulas senyum kecil. “Ada apa, Park Ahyoung?”

Ahyoung membalik tubuhnya penuh menghadap Sehun yang mejanya ada di belakangnya. Bibir bawahnya lantas ia gigit. Kepala Ahyoung mulai berpikir bagaimana cara menanyakan apa yang ingin ia tanyakan ke Sehun.

Jika menurutmu ia memang yang memberi jeruk itu, coba kau tanya Sehun saja.”

Hal yang Jieun ucapkan tadi pagi itu menghantui kepalanya sejak pelajaran pertama dimulai. Ahyoung lantas memejamkan matanya erat dan menarik napas panjang. Ia memperhatikan Sehun yang ia kenal sejak tingkat pertama ia bersekolah di sekolah ini.

“Apa kau meletakkan jeruk di lokerku dan menjadi sosok misterius yang menyukaiku?” tanya Ahyoung lalu memejamkan matanya erat. Mencoba tak menatap ekspresi Sehun yang menatapnya mungkin dengan tatapan yang urgh, Ahyoung tak dapat menjelaskannya.

“Y—ye?”

Ahyoung lantas membuka matanya dan menatap Sehun. Dahi pria itu berkerut mendengar ucapannya. Ahyoung lantas menghela napas panjang.

“Apa aku harus mengulangi ucapanku, huh?” tanya Ahyoung.

Sehun menggelengkan kepalanya. Ia lantas mengibaskan tangan di depan wajahnya. “Bukan begitu. Hanya saja urgh, darimana kau berpikiran seperti itu huh?” tanyanya dan tertawa. “Atau apa jangan-jangan kau berharap aku menyukaimu, huh?”

Ahyoung segera menarik wajahnya saat wajah Sehun condong ke arahnya. Mengikis jarak yang cukup jauh menjadi dekat. Ahyoung merasa wajahnya memanas karena aksi Sehun. Gadis itu lalu memalingkan wajahnya menatap jendela yang ada di sampingnya.

“Ten—tentu saja tidak!” bantahnya cepat tanpa menatap Sehun.

Sehun hanya terkekeh. Menarik mundur tubuhnya hingga menyender bangku kursi dan kembali berkutat mengerjakan soal kimia. “Baiklah, jika seperti itu,” sahutnya.

Ahyoung diam dan enarik wajahnya kembali menatap Sehun. Ia mengenal Sehun jika berada di tingkat pertama ia memasuki sekolah ini dan dekat dengan pria di depannya ini. Menyukai Sehun? Ahyoung membalik tubuhnya menghadap depan kelas yang sepi karena Jang Seonsaengnim tengah rapat. Lantas gadis itu mulai berpikir lagi.

“Ahyoung?”

Ahyoung menoleh menatap orang yang mengacaukan pikirannya itu. Manik mata gadis itu mendapati sosok Baekhyun berdiri di sampingnya dan tengah tersenyum.

“Apa kau tengah sibuk? Aku sedang kesulitan mengerjakan soal ini. Apa kau bisa menjelaskannya padaku? Kau tahu kan, tugas ini nanti dikumpulkan dan kurasa kau sudah selesai mengerjakannya,” tanya pria itu.

Ahyoung diam menatap buku yang disodorkan Baekhyun dan mencermati soal yang ditunjuk Baekhyun. Gadis itu lantas mendongak ke arah Baekhyun dan mengangguk pelan.

Um, kurasa aku bisa menjelaskannya padamu,” sahut Ahyoung disertai kedua sudut bibirnya naik.

Baekhyun tersenyum. Meletakan buku tugasnya di meja Ahyoung lantas menarik kursi kosong di samping meja Ahyoung. Ia merapatkan tubunya ke arah Ahyoung yang mulai sibuk mengerjakan soal yang ditanyakannya.

“Harusnya yang mengerjakan ini dan ini dulu baru beralih ke sini hingga kau bisa mengerjakannya.”

“Tapi aku tak tahu cara mengerjakan yang ini.”

“Maksudmu yang ini? Oh, ini soal yang mudah. Akan kutunjukan caranya padamu, Baekhyun-ah.”

Jika Baekhyun dan Ahyoung tengah sibuk mengerjakan soal kimia, ada seseorang yang tengah sibuk mendengus dan bergumam kesal. Dengan wajah ditekuk sosok mengerjakan soalnya seraya mengamati dua orang di depannya.

.

.

Ahyoung menyangga wajahnya dan menghela napas panjang. Manik matanya kadang melirik sebuah jeruk yang berada di sudut mejanya. Itu adalah jeruk baru yang ia dapat pagi ini.

Ia masih menemukan jeruk itu di tempat yang sama. Masih dengan pita merah muda yang menghubungkannya dengan secarik kertas. Ahyoung lantas mendongak menyisir langit-langit kelasnya.


Hari ini jeruk beraroma wangi tapi berasa sedikit asam. Kuharap kau tak terlalu berdekatan dengan pria lain seperti saat kau berdekatan dengan Baekhyun. Jaga jarak dengan pria lain agar aku tak kesal.

Unknown.


Ahyoung menghela napas berat setelah menatap secarik kertas yang ia baca dengan mendogak. Gadis itu lantas melipat kertas itu dan menyelipkannya ke saku blazer seragamnya. Siapa sebenarnya pengirim jeruk ini? Pikiran Ahyoung mulai berkelana dengan berbagai dugaan.

Ahyoung mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Keadaan kelasnya sepi. Hanya ada ia seorang karena banyak yang lebih memilih menghabiskan jam kosong kali ini dengan pergi keluar kelas. Ahyoung lantas menunduk dan mengusap kepalanya kesal.

Ahyoung mengetahui satu hal, jika orang pengirim jeruk misteriusnya itu berasal dari kelasnya. Jika tidak, bagaimana mungkin ia bisa tahu kemarin Ahyoung berdekatan dengan Baekhyun? Ahyoung kembali melirik bangku di belakangnya, bangku Sehun, dan mencermatinya.

Apa mungkin itu Sehun? Ahyoung mengigit bibir bawahnya saat kepalanya mulai memikirkan sosok itu. Jika iya itu Sehun, Ahyoung tak keberatan. Sehun baik, walau kadang menyebalkan. Tapi, urgh, apa Ahyoung mulai menyukai Sehun?

Gadis itu menggeleng mencoba menepis pikirannya. Ia lantas menyandar pada punggung kursi dan menghela napas panjang—frustasi. Tapi, Sehun seperti tidak tahu apa-apa mengenai jeruk di lokernya. Atau mungkin, Sehun berpura-pura tak mengetahuinya.

“Kau di sini rupanya.”

Ahyoung menoleh ke pintu kelas yang terbuka. Lidahnya kelu melihat siapa yang masuk ke kelasnya dan menganggu apa yang tengah ia pikirkan. Sehun segera melangkah ke meja Ahyoung.

“Kau mau ikut denganku? Ada sandwich ikan tuna dengan keju kesukaanmu di kantin,” ucap Sehun saat berhenti di depan Ahyoung.

Ahyoung diam menatap Sehun. Manik matanya mencermati tubuh pria itu dari atas sampai bawah. Apa benar pengirim jeruk itu Sehun? Kepala Ahyoung dipenuhi pertanyaan seperti itu.

“Hei, Ahyoung? Kau baik-baik saja, huh?” ucap Sehun membuyarkan pikiran gadis itu.

“H—huh?” kata Ahyoung spontan dengan kepala miring.

Sehun terkekeh pelan melihatnya. “Ada sandwich tuna dengan keju di kantin. Itu makanan kesukaanmu, bukan? Ayo ke kantin dan membelinya,” ajak Sehun.

Ahyoung tersenyum dengan mata berbinar mendengarnya. Kepalanya lantas mengangguk mengiyakan ucapan Sehun. Gadis itu mendorong mundur kursinya dan berdiri cepat.

Sehun tersenyum. Manik matanya melirik jendela dengan kaca bening di samping meja Ahyoung, karenanya mejanya dan meja Ahyoung berada di deretan paling samping. Tangan Sehun segera menarik tangan Ahyoung dalam waktu beberapa detik saat pecahan kaca di samping gadis itu pecah menjadi kepingan kecil. Dan sebuah bola sepak menggelinding di samping kaki Sehun.

Ahyoung membulatkan matanya. Terutama ketika kepalanya menabrak dada Sehun. Wajah gadis itu terasa memanas saat hidungnya merasakan aroma tubuh Sehun. Apalagi tangan Sehun masih menarik tangannya dan mengenggamnya erat.

“Apa ada orang di sa—oh! Maafkan aku, Sehun, Ahyoung! Kalian baik-baik saja, kan?”

Sehun menatap Chanyeol yang berteriak dari halaman lantas menganggukan kepalanya. “Kami tak apa-apa,” balasnya berteriak.

Sehun menarik tangan kirinya mengusap kepala Ahyoung lembut saat merasakan tubuh gadis itu bergetar pelan. Syok dengan apa yang terjadi. Sehun lantas merapatkan tubuhnya ke Ahyoung. Kepalanya disandarkan di pucuk kepala gadis itu dan matanya terpejam. Pria itu dapat mengendus aroma rambut Ahyoung.

“Bau rambutnya saja seperti jeruk,” gumam Sehun pelan dengan manik mata terpejam.

Ahyoung mengerjap pelan. Kepalanya mendongak dan menatap Sehun penuh tanya, “H—huh?”

Sehun melepaskan pelukannya di kepala Ahyoung dan mundur selangkah setelah mendengar gumam Ahyoung. Sehun menggaruk kepalanya yang tak gatal dan tersenyum canggung.

“U—uh, kurasa aku harus memanggil guru untuk memberi tahu kejadian ini. Pergilah ke UKS karena kurasa kau sedikit syok, Ahyoung. Nanti aku akan menyusul seraya membawa sandwich tuna keju yang kau suka,” ucapnya lalu berlari keluar kelas tergesa. Meninggalkan Ahyoung yang diam dan menatap punggung Sehun yang semakin menghilang dari penglihatannya.

.

.

Ahyoung pagi ini berangkat lebih awal dari biasanya. Ia ingin memastikan siapa pengirim jeruknya itu. Gadis itu mempercepat langkahnya melewati koridor yang sepi karena jam masuk masih satu setengah jam lagi.

Ahyoung mendongak menatap langit-langit koridor. Apa Sehun yang mengirim jeruknya dan apa benar pria itu menyukainya? Ahyoung tersenyum pelan memikirkannya. Entah kenapa ia senang jika Sehun menyukai dan gadis itu yakin Sehun menyukainya.

Bau rambutnya saja seperti jeruk.”

Ahyoung tersenyum mengingat gumaman Sehun. Lirih tapi jelas di telinganya. Bukannya itu artinya Sehun merupamakan Ahyoung seperti jeruk? Dan orang yang senang merumpamakan Ahyoung adalah jeruk ialah orang yang menjadi pengirim jeruk rahasianya.

Derap sepatu Ahyoung yang menggesek permukaan lantai membuatnya kian mempercepat langkahnya untuk menangkap sosok pengirim jeruknya. Gadis itu menyipitkan matanya setibanya di deretan loker miliknya. Ada seorang yang berdiri depan loker Ahyoung yang terbuka.

“Hei!” Ahyoung memekik keras dan berlari kecil menuju lokernya. Membuat sosok yang berdiri di depan lokernya terpaku diam.

Ahyoung hanya bisa mengulas senyumnya saat berada di samping lokernya. Sudut bibirnya kian naik mendapati sosok Sehun yang menoleh ke arahnya dalam diam. Manik mata Ahyoung bergerak menatap lokernya yang terbuka dan Sehun bergantian.

“Sudah kuduga,” ucap Ahyoung.

Sehun menghela napas panjang menanggapi ucapah Ahyoung. Pria itu meletakan kedua tangan di belakang punggungnya lalu mengendikan bahunya.

“Baiklah, kurasa aku penipu yang buruk,” ucapnya.

Ahyoung terkekeh mendengarnya. Gadis itu melangkah selangkah maju dan mengarahkan tangan kanannya ke belakang punggung Sehun. Mencoba mengambil apa yang disembunyikan Sehun.

“Kenapa kau tak mengaku saat aku bertanya padamu mengenai pemberi jeruk ini, huh?

Sehun hanya bisa menghela napas panjang saat Ahyoung berhasil mengambil apa yang ia sembunyikan di belakang punggungnya. Gadis itu lantas melempar dan jeruk yang disembunyikannya dengan senyum lebar.

“Karena kurasa itu tak akan menyenangkan, Park Ahyoung.”

“Tidak akan menyenangkan? Jawaban yang aneh. Apa jangan-jangan ini hanya hal iseng yang kau lakukan padaku, benar bukan?”

“Baiklah, aku aku bercanda mengenai jawaban itu,” balas Sehun lantas mengedikkan bahunya. “Kurasa aku hanya harus mencari timing yang tepat untuk mengatakannya padamu. Tapi kau menduga lebih cepat dari yang prediksiku.”

Ahyoung terkekeh pelan mendengar ucapan Sehun. Manik matanya lalu melirik jeruk oranye yang berada dalam genggaman tangannya. Gadis itu mendongak menatap Sehun dan memiringkan kepalanya.

Aha, aku mengerti. Tapi dari banyak hal yang ada di dunia ini, kenapa kau memilih jeruk?” tanya Ahyoung dengan dahi berkerut.

Sehun tersenyum simpul menanggapi ucapan Ahyoung. Pria itu lantas berbalik dan menutup loker Ahyoung. Ia lalu kembali memutar tubuhnya dan menyadar pada loker Ahyoung yang tertutup.

Sehun mendongak menatap langit-langit koridor seraya ekor matanya melirik Ahyoung kadang, “Karena jeruk adalah penggambaran perasaan yang sempurna untukmu, Park Ahyoung. Kau tahu? Ini semua karena baumu seperti jeruk di musim panas. Segar dan menenangkan.”

Ahyoung tersipu mendengar ucapan Sehun. Gadis itu lantas melangkah maju mendekati Sehun malu-malu. Wajahnya yang sedikit memerah itu dicondongkan ke arah pria itu.

“Jadi, kau tunggu apa lagi? Katakanlah Sehun.”

Sehun balas mencondongkan wajahnya ke arah Ahyoung. Sudut bibirnya ditarik membentuk senyum jahil saat wajahnya hanya berjarak beberapa centi dari gadis itu. “Katakan apa, huh?” tanyanya menggoda saat menatap wajah memerah Ahyoung. “Mengatakan ini? Park Ahyoung, aku menyukaimu.”

Ahyoung segera menarik wajahnya mundur usai Sehun mengucapkan kalimat itu. Gadis itu memalingkan kepalanya ke arah lain dengan wajah membara. Ia lantas memainkan buah jeruk dalam genggamannya. Menarik simpul pita merah muda dan membaca secarik kertas yang ditulis Sehun.

“Dan kurasa aku sudah menyukaimu, Sehun.”

Sehun hanya diam menatap Ahyoung dalam waktu sepersekian detik sebelum ia menarik Ahyoung dan memeluknya. Membuat Ahyoung diam dan menuduk dalam dekapan Sehun. Gadis itu melirik secarik kertas tulisan Sehun dan membacanya.


Kurasa yang kutahu dari jeruk sebagai dirimu hanyalah rasa manis, tapi kemarin aku mengetahui jika kau wangi seperti buah jeruk juga, Park Ahyoung.

Unknown.


Fin

A/N: Well, plot fanfiksi kali ini ringan sekali menurutku dan gak terlalu nguras pikiranku, walau ending-nya rada absurd dikit sih menurutku. Heheh. Dan hal yang paling aku harapan adalah semoga unsur fluff dari fanfiksi ini masih kerasa dan ngena feel-nya walau sederhana banget idenya dan mungkin gaje juga. Heheh :’3 Btw, minta comment as feedback boleh dong? Makaseeeh :’3

2 thoughts on “Citrus

  1. SEHUNNIIIIEEEE AKU JUGA BAU JERUK KOK. NGGA CUMA PAS MUSIM PANAS, AKU MAH TIAP MUSIM BAU JERUK B^) *kemudian mandi pake peresan sari jeruk* heuheu
    Ceritanya bagus dan menarik, kak, bikin lagi yang main cast nya suami aku si sehun yah pasti aku baca :””D fighting!!

    • Hahah. Iya deh percaya setiap saat bau jeruk jadinya makin disayang sama Sehun tiap saat.
      Aku usahain bikin ff yang cast Sehun ya kapan-kapan. And thanks for review ya~^^

Leave Your Comments Juseyo ^^