Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) Burung Rajawali

Elang brontok atau Nisaetus cirrhatus inilah yang sering kali disebut sebagai burung rajawali. Pantas jika elang brontok dinamai juga sebagai rajawali. Ukuran raptor ini memang besar dengan rentang sayap yang lebar. Perawakan burung elang brontok juga tegap dan gagah.

Elang brontok selain dikenal sebagai burung rajawali, terkadang juga disebut sebagai burung garuda. Burung yang bersaudara dekat dengan elang jawa (Nisaetus bartelsi) dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Changeable Hawk-eagle atau Crested Hawk-eagle. Sedangkan dalam bahasa latin nama resminya adalah Nisaetus cirrhatus yang mempunyai sinonim Spizaetus cirrhatus.

Nama elang brontok dimungkinkan lantaran bulunya yang berwarna bercak-bercak. Sedangkan nama dalam bahasa Inggris Changeable Hawk-eagl didapatkan elang brontok lantaran warna bulunya yang sangat bervariasi dan berubah-ubah.

Ciri-ciri dan Kebiasaan. Elang brontok yang kerap disebut burung rajawali mempunyai panjang tubuh sekitar 57-79 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor). Warna bulunya sering berubah-ubah sehingga sering menyulitkan identifikasi.

Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus)

Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus)

Normalnya, elang brontok (Nisaetus cirrhatus) memiliki bulu berwarna coklat di bagian atas, putih di sebelah bawah tubuh dan ekor coklat kemerahan, dengan garis-garis hitam melintang pada sayap dan ekor yang tampak jelas saat terbang. Juga memiliki coret-coret berwarna hitam yang membujur di leher serta bercak-bercak kecoklatan di dada.

Burung elang brontok (Nisaetus cirrhatus) umumnya hidup sendiri dan berpasangan hanya di musim berbiak saja yang berlangsung antara bulan April sampai sekitar Agustus atau Oktober. Mangsa raptor ini mulai dari reptil, burung, hingga mamalia kecil.

Sarang burung rajawali ini besar berukuran 95 – 105 cm dengan kedalaman 35 cm – 120 cm yang terbuat dari ranting. Sarang dipasang di pepohonan dengan ketinggian antara 10-50 meter dari permukaan tanah. Dalam sekali musim berbiak, elang brontok hanya bertelur sebutir. Telurnya berwarna putih dengan bintik kemerah-merahan.

Suara burung raptor ini nyaring dan keras dengan nada bekepanjangan seperti yiip-yip-yip-yip, kwip-kwip-kwip-kwii-ah, atau kii-liiuw.

Habitat, Subspesies dan Persebaran. Burung elang brontok mempunyai habitat mulai dari padang rumput, hutan, kebun, sumber air yang dikelilingi pohon, perkebunan teh, hutan dekat perkampungan, bahkan hingga di pinggir perkotaan. Umumnya hidup di daerah berketinggian di bawah 1.500 m dpl meskipun terkadang ditemukan juga hingga di ketinggian 2.200 m dpl.

Daerah sebaran burung elang brontok cukup luas. Selain di Indonesia rajawali ini hidup juga di Bangladesh, Brunei Darussalam, Kamboja, India, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam.

Di Indonesia elang brontok atau sang rajawali ini tersebar mulai dari pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara. Sedikitnya terdapat 5 subspesies elang brontok di Indonesia, yaitu:

  • Nisaetus cirrhatus limnaetus, tersebar di Sumatra, Jawa dan Kalimantan serta di semenanjung Malaysia.
  • Nisaetus cirrhatus cirrhatus, tersebar di Sumatra dan Kalimantan selain di India.
  • Nisaetus cirrhatus floris, hanya ada di Flores dan Sumbawa
  • Nisaetus cirrhatus
    vanheurni, tersebar di pulau Simeulue Sumatra
  • Nisaetus cirrhatus andamanensis, tersebar di kepulauan Andaman

Populasi dan Konservasi. Populasi elang brontok diduga masih cukup aman. Karenanya birdlife internasional bersama IUCN Redlist hanya memasukkan raptor ini dalam status least concern atau beresiko rendah.

Di Indonesia, burung yang masih berkerabat dekat dengan elang jawa (Nisaetus bartelsi) dan elang flores (Nisaetus floris) ini termasuk satwa yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya, dan PP No 7 Tahun 1999, serta PP Nomor 8 Tahun 1999.

Meskipun hingga kini hanya menyandang status least concern, pun dilindungi di Indonesia namun bukan berarti kelestarian burung pemangsa ini aman. Dengan kondisi habitat yang makin sempit, tingkat perburuan dan perdagangan liar, ditambah dengan kemampuan bertelurnya yang hanya satu butir dalam satu musim berbiak, kelestarian elang brontok tetap membutuhkan perhatian dari kita semua.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo: Accipitriformes; Famili: Accipitridae; Genus: Nisaetus; Spesies: Nisaetus cirrhatus.

Referensi dan gambar:

Baca artikel tentang burung dan alam lainnya:

Tentang alamendah

Panggil saja saya Alamendah, tinggal di Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Seorang biasa yang ingin berbagi dengan sobat.
Pos ini dipublikasikan di burung, satwa dan tag , , , , , , , . Tandai permalink.

54 Balasan ke Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) Burung Rajawali

  1. Ping balik: Burung Kuau Raja Si Raksasa Seratus Mata | Alamendah's Blog

  2. Ping balik: Elang Bondol Maskot Kota Jakarta yang Makin Langka | Alamendah's Blog

  3. Ping balik: 5 Elang, Film Keluarga tentang Petualangan Pramuka « Nurul fauzianti hakim

  4. Ping balik: Elang Jawa yang Langka | kuekacang

  5. Wow berkata:

    Mantep deh pokoknya

  6. MBAH JINGGO berkata:

    AKU PUNYA 1 ELANG JAWA DAN 1 ELANG BRONTOK

  7. Ping balik: Ekek Geling Jawa Burung Langka Endemik Jawa Barat | Alamendah's Blog

  8. Ping balik: Elang Wallace (Nisaetus nanus) Si Coklat Berjambul | Alamendah's Blog

Tulis Komentar Sobat

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.