Perkembangan perdagangan Vagina Vs Perdagangan Nasi Goreng


Tadi pagi saya menonton berita yang kebetulan sedang agak rame belakangan ini gara-garanya ditemukannya seorang wanita cantik yang meninggal di salah satu kost-kostan di kawasan Tebet, Jakarta. usut punya usut ternyata si Wanita yang meninggal itu adalah seorang penjual Vagina alias seorang wanita penghibur yang menjajakan jualannya lewat situs internet dan media sosial. Setelah ditelusuri lebih lanjut ternyata si pembunuh wanita itu adalah pelanggannya yang ternyata selain tidak puas akan pelayanan si wanita juga merasa tersinggung karena si wanita menghina pelanggannya yang bau badan. Nah, disini saya tidak akan membahas tentang bau badannya si lelaki pembunuh itu, yang akan saya bahas adalah sama seperti bahasan di berita televisi tadi pagi yang menitik beratkan pada pendagangan vagina via media sosial. Pembahasan saya tidak akan terlalu dalam karena lagi malas mikir serius. Saya hanya memuat opini saya saja berupa sebuah wawancara monolog dimana saya sebagai si penanya dan saya juga sebagai si penjawab..hehehe.. aneh ya.. Ok..let’s start…

Menurut anda, pekerjaan sebagai wanita penghibur atau pelacur itu bagaimana, baik atau jelek?

ya.. kita melihat dari sudut pandang mana dulu. Kalau saya melihat dari sudut pandang saya yang tidak tau motif dibalik keputusan mereka terjun ke dunia prostitusi, jelas-jelas saya menyatakan bahwa pekerjaan sebagai wanita penghibur adalah pekerjaan yang sangat tidak baik. Tetapi kalau saya tau motif mereka terjun ke dunia prostitusi ya mungkin pandangan saya bisa berbeda.

Apakah anda setuju lokalisasi ditutup?

Jelas saya setuju, asalkan ada embel-embel dibelakangnya. Tidak sekedar ditutup tetapi penutupan juga harus memikirkan solusi-solusi lainnya. Karena tanpa adanya solusi maka prostitusi yang awalnya terpusat di suatu lokasisasi, kemudian lokasasi itu ditutup maka akan sporadis menyuburkan kawasan prostitusi lain di tempat lain yang berpencar dan tersembunyi. Jadi penutupan itu boleh saja asalkan ada solusi kedepan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Menurut anda, kenapa sih praktek pelacuran masih saja marak terjadi?

Bagi saya, pelacuran itu sama saja dengan berdagang. Selama ada pembeli maka barang dagangan akan selalu ada dan semakin banyak peminat maka barang daganganpun akan terus bertambah. Ya seperti dagang nasi goreng di pinggir jalan di kawasan kampus. Semakin banyak mahasiswa yang mencari makan nasi doreng, maka semakin banyak saja pedangan yang berjualan. Jadi, pelacuran terjadi karena masih adanya pembeli. Ya kalau begitu, bukan hanya penjual saja yang disalahkan tetapi si pembelinya juga menjadi salah satu penyebab maraknya perkembangan pelacuran.

Lalu, siapa yang salah, si pembeli atau penjual?

yang salah itu ya keduanya karena sama-sama tidak bisa memendam nafsu dan ego.

Kalau anda bandingkan dengan praktek prostitusi di luar negeri, bagaimana?

Waduh, saya tidak terlalu tau tentang praktek prostitusi di Luar negeri. Saya hanya tau di Amsterdam yaitu di red-light district yang katanya adalah pusat pelacuran di Belanda. Tapi menurut saya, karena di negara-negara Eropa sex sebelum menikah sah-sah saja jadi mereka bebas saja melampiaskan nafsu dengan pacar mereka masing-masing. Tidak perlu sewa wanita penghibur.

Jadi, menurut anda lebih baik Indonesia membebaskan warganya untuk berhubungan sex sebelum menikah?

wah, beda sudut pandang kalau itu. Tapi, memang ya semakin warga dikekang dengan sebuah peraturan dan doktrin semakin penasaran juga warga tersebut untuk semakin mencoba untuk melanggar. Tapi, semakin berpendidikan,bermoral dan ber-etika seseorang maka semakin mengerti apa yang baik dilakukan dan apa yang tidak baik untuk dilakukan. Jadi, saya tidak seberapa bisa menjawab pertanyaan ini karena perbedaan sudut pandang.

Solusi apa yang menurut anda paling baik untuk kondisi ini?

Belum terpikirkan solusi pasti dan paten. Tetapi menurut saya ada beberapa solusi jangka panjang yang perlu dilakukan untuk menekan angka pelacuran:

  • Memperluas lapangan kerja khususnya yang mepekaryakan wanita.
  • Memeratakan persebaran penduduk dan persebaran lapangan pekerjaan sehingga meminimalisir jumlah pengangguran. Karena menurut saya, semakin nganggur seseorang semakin mudah bagi seseorang tsb untuk berpikiran negatif.
  • Memberikan pelatihan dan ketrampilan serta bimbingan rohani dan moral kepada orang-orang dikawasan lokalisasi.

ada juga beberapa solusi jangka pendek yang mungkin dapat menekan pelacuran:

  • Membatasi penjualan kondom. Pembelian kondom hanya diijinkan untuk pria yang sudah menikah dan didampingi oleh istrinya ketika membeli. Kalau perlu harus membawa surat nikah dan KTP.heheh..
  • membatasi penjualan baju seksi yang dapat mengundang nafsu lelaki.. :p

Lalu untuk penjualan diri melalui media sosial, menurut anda bagaimana?

ya memang khan sedang marak on-line shope. Ya tidak masalah sih sebenarnya. Itu khan hanya berbeda media jualan saja toh. Visi dan misinya masih sama yaitu berjualan. Menjual diri. Selama ada pembeli ya mereka masih akan tetap berjualan.

lalu?

ya, kadang saya merasa bingung juga ya dan jadinya pikiran saya suka berubah-berubah. Tapi, kenapa sih orang-orang sukanya ngurusin nafsu orang. Kalau saya berpikir untuk diri saya sendiri, ya saya cuek saja sama mereka. Biarin toh, mereka mau nyewa pelacur kek atau mau bagaimana kek dengan nafsu brutal mereka. Itu urusan mereka, bukan urusan kita yang suka ribut-ribut membahas mereka,toh mereka tidak pernah ribut-ribut dengan kita khan.

Tetapi, belajar dari permasalahan yang ada di lokalisasi Dolly bahwa adanya prostitusi yang terlokalisasi di suatu kawasan perumahan tersebut justru akan berdampak buruk pada perkembangan anak-anak di sekitar kawasan tersebut. Sehingga menurut saya, dari pada sok suci ingin memberantas prostitusi hingga keakarnya (dan terbukti bagaimana susahnya) lebih baik pindahkan saja lokalisasi ke kawasan khusus yang jauh dari jangkauan anak-anak. Misal di suatu pulau khusus seperti di Nusakambangan. Atau dimanalah yang pasti jauh dari kehidupan anak-anak yang masing ingin belajar tentang hal-hal yang positif.

Kesimpulannya wawancara kita kali ini apa?

Nah itu yang saya tidak tau, silahkan disimpulkan sendiri.

Sekian wawancara kita kali ini, terima kasih atas perhatiannya.

About Women

I am nobody who really want to be somebody. Extremely introvert cheerful and easy going girl.. :) Thanks for visiting this blog... ^^

Posted on April 17, 2015, in experince. Bookmark the permalink. 9 Comments.

  1. Kesimpulannya adalah sama urgent-nya menata penjual vagina dan pembelinya. Pemberantasan akan kaffah jika kesinambungan antara mempersempit gerak bisnis prostitusi dengan perluasan lapangan pekerjaan bagi perempuan.
    Sekian. Nggak terlalu mikir serius, nanti malah pusing. Lha mereka aja nggak ngurus kita, eh kita sok sok ngurus mereka. Wkakaka 🙂

  2. Mbak, saya mereka kan nggak jual vagina, yang dijual adalah jasa penggunaannya.

    Mengenai kondom, akses kondom di negeri ini cukup mudah, tapi angka HIV/AIDS juga sangat tinggi. Ini menandakan banyak orang hang nggak suka pakai kondom, bahkan ketika mereka menggunakan jasa pekerja seksual. Yang menyedihkan, yang banyak kena HIV itu para Ibu-ibu yang dapat oleh2 dari suaminya. Nah kalau dipersulit lagi, ya makin tinggi pertumbuhan HIV/AIDS nya.

    Soal lokalisasi, saya setuju kalau dipisahkan ke tempat yang jauh dari pemukiman, karena kontrol HIV/AIDS nya lebih mudah. Dengan Lokalisasi, PS juga bisa memaksa pengguna jasa mereka untuk menggunakan kondom.

    • Tapi mbak,menurut saya justru penyakit HIV/AIDS yg tertular melalui sex bebas itu ada untuk membuat mereka jera dan takut berbebas2 ria begitu. Hehe.. dng kondom dibatasi, si psk maupun si pengguna sama2 takut kalau tertular.. itupun kalau mereka takut,kalau ndak takut ya sudahlah… 😊

      • Mbak Tantri, di Indonesia masih banyak orang yang belum tahu tentang HIV/AIDS, sehingga masih banyak yang melakukan perilaku seks berisiko. Ketika mereka aware, manusia akan lebih bisa mengambil tindakan preventif. Kondom sebaiknya tidak perlu dibatasi, itu alat kontrasepsi dan hak manusia untuk mendapatkan hak tersebut. Pembatasan kondom tak akan mengontrol nafsu manusia; pemberian kondom gratis juga ga akan bikin manusia mendadak pengen coitus sembarangan (di kantor saya kondom tersedia gratis). Kuncinya ada di pengetahuan.

        Kalau akses terhadap kondom susah, nanti kehamilan pada remaja bisa semakin tinggi & populasi bisa meledak.

        Lagipula prostitusi itu sudah ada sejak jaman dahulu, jadi memberantas prostitusi itu tak akan bisa.

        Panjang ya; kalau ngomongin HIV/AIDS memang saya penuh semangat.

        • Memang kalau menyandingkan kedua mslh tsb (menekan angka prostitusi dan menekan penularan hiv/aids) akan panjang jadinya dan agak susah dicari solusinya scr bersama. Kondom bs menekan penularan hiv tapi juga secara tdk langsung merestui&membebaskan seks bebas dan prostitusi. Kalau di negara Barat seks bebas dan prostitusi tdk dibatasi jd kondom penting untuk menekan hivaids. kalau di negara Timur slh satunya Indonesia hal itu dibatasi dan dilarang2. Shg muncul wacana untuk menekan prostitusi dan d beberapa kota lokalisasi sdh ditutup.
          Di surabaya pernah dibuat ATM kondom untuk mncegah HIVAIDS, jd orang bebas beli kondom di ATM tsb tetapi muncul kontroversi d sjumlah lap.masyarakat yg tdk setuju atas dasar norma Agama. Jadi mmng agak panjang ceritanya kalau menyangkut ke2 hal diatas secara bersamaan.
          Jadi ya beda orang akan beda sudut pandang dan beda pendapat untuk 2 hal itu. Tapi memang, semestinya solusi dng memindahkan lokalisasi k suatu pulau atau area yg jauh dr perumahan adlh lebih tepat menurut sy kalau tujuannya untuk menyelamatkan orang2/anak2 kecil yg tgl disekitar lokalisasi sekaligus tdk perlu pembatasan kondom supaya hivaids tdk mudah tersebar,tetapi bukan untuk menekan angka prostituzi. Tapi akan juga muncul masalah baru lg seperti di kasus penutupan Dolly… ya begitulah, agak susah juga. Walikota sby jg bingung sama mslh Dolly.. 😁

  3. Bukannya sex bebas di sekitar kita sekarang pun menjadi hal “bebas”?

Leave a comment