Peran Seorang Tuna Netra


tuna-netraPeran Seorang Tuna Netra

Saya kira sudah menjadi pemandangan yang biasa, saat kita melihat seorang tuna netra yang berjalan di pinggir jalan untuk mengharap belas kasihan dari para pengguna jalan. Mereka duduk di pinggir jalan dengan sebuah kaleng, mangkuk, atau wadah lainnya untuk mengumpulkan receh dari orang-orang yang melewatinya. Ada juga yang berjalan menghampiri mobil-mobil yang berhenti dengan dipandu oleh orang yang bisa melihat.

Tuna netra sering kali dijadikan alasan untuk meminta belas kasihan. Kekurangan sering kali dijadikan alasan untuk tidak bekerja dan tidak berkarya. Boro-boro memberikan kontribui kepada orang lain, untuk dirinya sendiri masih mengharapkan orang lain. Yang menjadi pertanyaan ialah apakah mereka tidak bisa atau tidak mau? Atau memang kita yang tidak pernah memberikan kesempatan kepada mereka?

Saya punya tetangga yang tuna netra, bahkan suami istri sama-sama tidak bisa melihat. Mereka memiliki beberapa orang putri yang cantik- cantik. Namun mereka bisa hidup dengan layak tanpa haru berharap belas kasihan kepada orang lain. Mereka bisa menghidupi anak-anaknya tanpa harus menjadi peminta-minta.

Ah, itu belum seberapa. Ada seorang tuna netra yang berusaha mengumpulkan dana untuk disumbangkan ke suatu yayasan, dia tidak hanya memikirikan diri sendiri tetapi dia memikirkan orang lain lain. Dia tidak meminta belas kasihan dari orang lain, tetapi dia memberikan kontribusi kepada orang lain. Dan lebih hebatnya lagi dia bisa mengendarai sebuat pesawat terbang dalam rangka pengumpulan dana tersebut.

Anda boleh memiliki keterbatasan, karena manusia tidak ada yang diciptakan sempurna, tetapi tidak boleh menjadi alasan untuk memberikan kontribusi kepada orang lain. Insya Allah kita bisa, karena kita umat Islam adalah umat rahmatan lil’alamiin.

***

Oleh: Rahmat

Sumber : http://www.motivasi-islami.com