Kencan Buta (Untuk Usia Tertentu)

“Kenapa sih lu selalu melakukan hal-hal yang paling randomn?”

Itu adalah pertanyaan dari Mey-chan saat aku menceritakan bahwa aku mengikuti sebuah ajang “Speed Dating”. Aku cuman bisa menjawab dengan “Entahlah, aku tidak terlalu memikirkan sesuatu. Kurasa itu juga sebuah langkah klasik buat cewek single.”

Perasaan “tidak terlalu memikirkannya” itulah yang melandaku saat aku mendaftar untuk mengikuti acara  “Speed Dating” itu. Perasaan itu juga yang melandaku saat mengajak teman baikku Rie-chan untuk mengikuti acara tersebut. Perasaan itu juga yang aku sesalkan saat on the spot dan mengetahui bahwa itu adalah sebuah acara temu lajang usia tidak siap menikah (18-22 thn) untuk mengangkat sebuah cause “Say No to Free Sex”.

Aku dan Rie-chan hanya bisa membuat sebuah mimik muka mesem-mesem.

Pada saat itu aku merasa tidak menjalani hidup aku sendiri, tapi lebih seperti tiba-tiba terjerumus dalam film komedi sarkastis tentang kehidupan wanita lajang seperti “The Bridgitte Jones Diaries”. Lalu meskipun cause yang diangkat itu cukup baik yaitu “Say No to Free Sex”, aku saat ini berada dalam usia yang tidak bisa relate dengan keinginan untuk celibate hingga “waktu yang tepat”.

Karena logisnya ini adalah “waktu yang tepat” untuk mengambil sebuah langkah drastis.

Lalu aku merasakan sedikit rasa bersalah saat pembicara acara itu di penutupan membuat sebuah pidato pendek bahwa “… saat akan melakukan hal itu, coba pikirin anak lu. Melihara binatan peliharaan aja gak becus, apalagi bayi.”

Aku merasa bersalah karena aku merasa bosan. Aku merasa bosan mendengar laki-laki yang bilang “Bayi itu gak gampang diurusnya”, “Bayi itu tanggung jawab besar”, “Bayi itu butuh biaya besar”.

Di akhir acara, aku (dengan mimik muka mesem-mesem) memutuskan bahwa aku sudah tidak mengerti dengan ketakutan seorang usia 20-awal. Aku sudah di usia 20-akhir (26 kalau mau tahu) dan aku memutuskan tidak bisa lagi terlibat dengan ketakutan untuk menikah, atau ketakutan untuk mempunyai bayi, atau ketakutan tidak memiliki kemapanan finansial (meskipun aku sendiripun tidak mapan secara finansial).

Aku juga memutuskan untuk lebih memikirkan apakah sebuah acara blind date itu pantas atau tidak diikuti. Terutama oleh seorang wanita 20-akhir dan wanita 30-awal.

We have no more time for fears.

Jadi kalau seseorang punya info tentang temu lajang untuk wanita-wanita fun and fearless kabar-kabarin saja 🙂

-nyaw, menjadi lebih pemilih dalam artian yang bagus-

Leave a comment