(Masa) Kalah Sama Panci?

Pagi ini aku menuliskan kisah perjuangan tim Batutis menyelenggarakan Seminar Parenting. Tentu belum semuanya yang kami ceritakan. Hanya beberapa saja yang terjangkau oleh radarku. Masih banyak cerita perjuangan dari anggota tim lainnya.

H-5 Seminar Parenting, kondisinya cukup menantang. Kami masih kekurangan 30 seat untuk mencapai angka 100. Memang, banyak yang nanya dan berkomitmen mau datang di hari-H saja alias go show daftar on the spot. Kalau dikalkulasi, jumlahnya mungkin sudah mendekati angka 100. Tapi dari sisi kepastian, itu yang belum bisa dipegang.

Ternyata, mengumpulkan 100 orang untuk ikut seminar parenting, bukan perkara mudah juga di Cileungsi. Cerita dari Nurhablisyah mungkin bisa jadi membuat Anda geleng-geleng kepala. Ketika ia menawarkan seminar parenting kepada ibu-ibu komplek yang sedang arisan, serta merta ibu-ibu menawar harganya agar ada diskon. Khas ibu-ibu yang berprinsip ekonomi garis ketat. Seketat ikat pinggang. “Kalau bisa diskon, kenapa tidak?”, begitu prinsipnya kira-kira. Padahal harga tiket seminarnya hanya Rp 50.000, dan masih ditawar lagi.

Seminar Parenting 7 Maret 2015 @Clubhouse Metland Cileungsi

Seminar Parenting 7 Maret 2015 @Clubhouse Metland Cileungsi

Kalau boleh dikomparasi, tidak ada seminar yang bisa seharga itu. Apalagi untuk pembicara sarat pengalaman yang sudah malang-melintang hampir 10 tahun di pendidikan kaum dhuafa seperti Bu Siska Massardi. Ia sudah kenyang asam-garam kasus kehidupan yang beragam dari peserta didiknya yang sangat complicated. Core competence beliau di bidang praktek meteode sentra di tataran sekolah dhuafa jadi value yang mahal ilmunya. Bu Siska Massardi membuktikan lewat metode sentra bahwa anak-anak dhuafa, jika dipakaikan tools pendidikan yang biasa dipakai di sekolah mahal, ternyata mereka bisa hebat juga kultural kapital-nya. Kok bisa? Nah, itu ilmu yang aku sebut ilmu mahal. FYI, seminar parenting yang hampir-hampir mirip, biasanya harga tiket ada di kisaran Rp 125.000- Rp 175.000.

Begitu Nurhablisyah tidak laku jualan tiket seminar, serta-merta datanglah tawaran lain kepada ibu-ibu di arisan tersebut, masih di tempat kejadian perkara (TKP) yang sama. “Ibu-ibu, siapa yang mau beli panci?…..” begitu kata seorang agen panci menawarkan dagangannya. Lalu serta-merta ibu-ibu tadi menyemut dan langsung pada beli panci yang harganya di kisaran Rp 150.000 – Rp 200.000-an.

Seminar vs Panci skornya: 0-1. Padahal dengan harga Rp 50.000, seminar itu memberikan banyak keuntungan. Selain sertifikat, snack, copy materi, ada juga goodie bag dari Energen dan Wardah. Kurang apalagi coba? Udahlah Rp 50.000, banyak bonusnya pula. Kalau dihitung sebenarnya panitia menyelenggarakan seminar parenting yang orientasinya bukan mencari untung finansial. Bisa dapat untung darimana margin-nya kalau Rp 50.000 lalu dapat fasilitas bonus sedemikian rupa? Anda bisa hitung sendiri. Itu baru keuntungan jangka pendek. Belum lagi kalau bicara keuntungan jangka panjang, tentu secara keilmuan, ada penambahan wawasan bagi Anda dalam mendidik anak agar terbangun kecerdasan jamaknya. Semangat utama penyelenggaraan seminar parenting ini adalah memperluas pemahaman ayah-bunda, ibu guru dan tenaga pendidik tentang bagaimana belajar bersama di dalam keluarga secara menyenangkan. Basis utamanya memakai tools analisis ilmu metode sentra.

Begitulah realita di masyarakat kita. Ketika isu pendidikan yang seharusnya dilihat sebagai investasi jangka panjang untuk anak dan keluarga besar mereka, justru kalah sama panci. Panci menjadi top priority, sementara pendidikan anak, ada di nomor sekian. Maka, DI SITU KADANG SAYA MERASA SEDIH!!!

Masa Kalah Sama Panci?

Masa Kalah Sama Panci?

Tapi, apakah kesedihan di atas dijadikan alasan untuk menyerah? Tentu tidak. Sebagai orang yang bekerja di tv–dimana kreatifitas adalah modal utama untuk menang– aku malah makin tertantang untuk menaklukkan peserta seminar parenting di masa mendatang. Aku tak ingin menyalahkan ibu-ibu yang cs sama panci. Mungkin saja kami belum mampu mengemas teknik marketing kami dengan lebih menarik. Kami tidak bisa mengontrol faktor eksternal. Kami harus lihat lagi ke internal kami, seberapa siap, seberapa kreatif, seberapa cerdas, seberapa unik, seberapa dahsyat memberitahu acara ini ke khalayak. Di situ “PR” yang sesungguhnya. Kalau kami “lebih menggila” dan “lebih kreatif”, tentu kami bisa mengalahkan panci. Seminar Parenting di Metland ini baru awal dari perjuangan. Once kami sudah dapat pengalaman bagaimana selahnya, apa saja masalah yang akan dihadapi, dan bagaimana alternatif solusi yang bisa dibuat, tentu kami akan jauh lebih siap lagi nanti. Ini baru testing the water, belum apa-apa. Tim kami sangat kecil. Namun dalam waktu kilat sudah bisa dapat sponsor yang branded dan juga banyak yang mau partisipasi memberikan barang/ produk untuk doorprize, tentu itu merupakan catatan prestasi yang menggembirakan juga.

Main Peran

Hari Minggu lalu, aku, Andin, dan Afiqah mencoba menyebarkan flyer ke beberapa tempat. Pertama masjid. Kami pilih masjid Darussalam di Kota Wisata. Alhamdulillah respon orang yang diberi flyer cukup positif. Positif dalam arti apa? Paling tidak, mereka membaca flyernya lalu terlihat antusias. Ada juga yang bertanya balik lebih detail.

Lalu kami pindah ke sebuah cluster yang di depannya sedang ada bazar lelang baju artis. Di sana banyak ibu-ibu yang jualan baju artis, berjilbab, sedang rumpi. Namun, setelah Andin mendekat ke sana, rasanya tak ada chemistry. Orientasi mereka beda. Ditambah seketika itu juga di panggung hiburannya langsung penyanyinya mengajak goyang dumang. Maka, cepat-cepat kami kabur dari sana, sambil aku tutup telinga Afiqah agar tidak kena “lagu racun” itu. Kadang kalau dipikir-pikir secara mendalam, Cita Citata lewat lagunya itu selain merusak logika berpikir, ia juga melakukan kebohongan publik. Perhatikan lirik lagunya:

Ayo goyang dumang

Biar hati senang

Pikiranpun tenang

Galau jadi hilang

Ayo goyang dumang

Biar hati senang

Semua masalah jadi hilang

Kalau kami yang kesulitan mengisi quota peserta seminar parenting, lalu kami bergoyang dumang, rasanya goyang tersebut tidak bisa menyelesaikan masalah. Masalahnya tidak jadi hilang. Ia akan tetap menjadi masalah. Action sesuai kebutuhanlah yang membuat masalah selesai. Cita Citata lewat lagunya mengajak orang untuk lari dari masalah. Ini sesuatu yang tak diajarkan di Batutis Al-Ilmi. Di Batutis, kalau siswa ada masalah, segera selesaikan, segera bicara! Hanya pengecut yang lari dari masalah. Itu yang dinamakan #sikap dan #karakter.

Destinasi berikutnya kami datang ke rumah sakit Hermina. Kami menitipkan flyer di meja resepsionis beberapa gepok. Kami izin terlebih dahulu ke resepsionis, dan ternyata dipersilakan tanpa masalah. Mudah-mudahan ada ibu-ibu yang tepat sasaran yang membacanya.

Selanjutnya kami jalan ke Giant Metland. Kerumunan manusia melimpah-ruah di sana. Maklum, Tgl 1 Maret, gaji baru turun. Banyak ragam manusia di sana. Kami mengamati mana kira-kira tipikal orang yang concern dengan pendidikan anaknya. Kami hanya memberikan flyer kepada orang-orang yang kami yakini merespon positif. Dari sini kami jadi tahu, bahwa waktu terbaik untuk memberikan flyer adalah ketika orang selesai belanja. Kalau kita berikan sebelum belanja, mereka tidak akan fokus. Fokusnya masih di list belanja yang ingin diselesaikan. Tatapannya jadi kosong pas baru datang.

Kami belajar berempati, bagaimana rasanya menjadi penjaja brosur produk di mal-mal. Bagaimana ditolak, didiamkan, dikacangin, atau bahkan direspon dengan positif. Pengalaman yang luar biasa. Main peran yang bermanfaat sore itu bersama manda Andin dan Afiqah.

Terakhir, kami berkunjung ke rumah trio Nurhablisyah, Imam Dermawan, Bang Farzan. Kami datang dalam rangka membahas urusan teknis di hari-H dan persiapan lainnya. Kami bertemu dengan panitia dari TK Salman Al-Farisi. Orangnya gesit juga. Kami berbagi peran kepanitiaan. Meski tim kecil, tapi Insya Allah solid dan banyak yang mau jadi relawan di saat hari-H. Mudah-mudahan lancar hingga akhir eksekusi di hari Sabtu, 7 Maret 2015. Amin.

Menjadi panitia seminar parenting kali ini benar-benar pengalaman yang seru buat keluarga kami. Liburan kami diisi dengan aktivitas marketing keliling. Sesuatu yang beda, dan belum pernah kami jalani sebelumnya. Tekad kami sudah jelas: Kami tak mau kalah sama panci!

Semoga Allah SWT merestui perjuangan kami. Semangat!!

2 responses to this post.

  1. Wah bener, harus tetep semangat bang! Jangan sampai kalah 0 – 2 sama panci lagi hehe..
    Mana nih artikel cerita kegiatan hari H-nya? Ditunggu lo bang Aad.. Salam sukses selalu

    Reply

Leave a comment

childhoodoptimizer

"Optimalkan masa kecil anak, agar hidupnya selamat, kelak!"

One's Blog

Ucapan berhamburan - Tulisan akan bertahan

Ollie dan Dunianya

"I read, I travel, and I become"

penjelajahmimpi

Terus menjelajahi mimpi, karena semua berawal dari sini

Chae's Blog

Life begins at the end of your comfort zone

Muhammad Jhovy Rahadyan

Be The Best Of Ourself

Ardisaz

Game Development and Game Industry news in Indonesia

Kiki Barkiah

Ummi diary

Fitri Ariyanti's Blog

Mengolah Rasa, Menebar Makna

DIENG PLATEAU

PARADISE OF CENTRAL JAVA

Febri Photography

Kadang keindahan diawali oleh kegilaan

dinysullivan92

This Is My Life

Tentang Hidup

Hidup sekali, Hiduplah yang berarti..

Seorang Pemuda Pendamba Ridho Ilahi

Pecinta Dzikir dalam Alunan Fikir

Seni Hidup

=Ketidaksempurnaan Itu Cantik=

Story of Jingga

Biarlah tertulis apa adanya

literasi . seni . lestari

untaian patahan kata bertaut menjadi narasi beresensi

direizz

Just another WordPress.com site

Komunitas Ngejah

Desa Sukawangi - Kec Singajaya - Kab Garut

sihaik

This WordPress.com site is the bee's knees

Azinuddinikrh's Blog

barangkali kau benar, hanya malaikat dan gemericik air lah yang dapat membawaku pergi berlalu

rumah matahari

"sebab tiap kata adalah rumah doa, maka semoga hanya ruh kebaikan yang menjadi penghuninya."

Ayunda Damai

- a bibliophile & learner

Kicau Kaki

Melangkah, memotret, menulis

serbaserbitoyota

information & news

Scientia Afifah

bacalah, dan bertumbuhlah!

Yanto Musthofa

Pengabdian pada bangsa, dedikasi pada profesi, dan segala pikiran serta pengalaman kehidupan adalah harta pusaka yang hilang bila tidak diabadikan. Jangan sia-siakan. Lestarikan dan wariskan dalam buku!

nimadesriandani

Balanced life, a journey for happiness site

Rindrianie's Blog

Just being me

rizasaputra

tempat kuring ngacapruk

Moh Darodjat

Muhammadiyah Gerakanku

Ruli Blogger

Wordpress.com

Faiz' Journey

Mushonnifun Faiz Sugihartanto's Journey

JaTiara

Menulis itu soal rasa bukan hanya tentang tata bahasa

Imaji Tiada Batas!

Hidup sederhana, berkarya luar biasa.

Ridwanologi

Ruang Pandang Ridwan Aji Budi Prasetyo

unspoken mind

if you can't tell, just write

Arip Yeuh!

Harimau berburu, burung terbang, dan protagonis kita ini terus menggerutu

jemari anneo

"LEPASKAN YANG RAGU, GENGGAM YANG PASTI".

RGS no tsubuyaki

dengan semangat Bangun Indonesia!

just a treasure

jika kau bertanya apa hartaku yang paling 'berharga', maka kau sudah menemukannya. :)

Penyukajalanjalan

Jelajahi dunia selagi bisa

Mirna's Blog

My Life, My Story