Mengelola Karyawan Superstars

by @rezawismail

Hirarki seringkali disalahartikan di masa kini padahal hirarki cenderung bekerja dengan baik di dalam suatu lingkungan yang stabil. -Mary Douglas

Andi, seorang karyawan dalam divisi liabilitas pada sebuah bank, merasa ada yang kurang dalam tim kerjanya. Dinamika kelompok yang ada rawan konflik dan kurang kompak dalam bekerja sama, sehingga kinerja tim secara keseluruhan kurang maksimal. Padahal kelompoknya terdiri dari para lulusan terbaik dengan tingkat kecerdasan yang tinggi. Namun tim ini kalah produktif dengan tim kerja dari divisi lain.

Budi, seorang karyawan yang berasal dari divisi kredit pada bank yang sama tempat Andi bekerja, memiliki sebuah tim kerja yang sangat produktif meski para anggota kelompoknya berasal dari beragam tingkat kecerdasan. Maka dari itu, dibuatlah hirarki kekuasaan dengan struktur birokrasi yang berjenjang untuk mengkoordinasikan keberagaman kemampuan dari para anggota tim ini. Ada yang berperan sebagai pemimpin kelompok, pengawas, dan seterusnya hingga pelaksana. Interaksi di dalam grup berjalan harmonis dan sinergis dengan adanya pembagian wewenang yang jelas dan bertingkat. Kerja sama antar anggota kelompok berjalan dengan baik.

Sementara dalam kelompok yang terdiri dari para bintang (superstars), mereka menuntut kesetaraan dan persamaan derajat karena merasa sama-sama memiliki keahlian yang tinggi. Susunan batasan kekuasaan menjadi kabur dan akhirnya sering terjadi benturan ego yang menimbulkan pertentangan dan konflik. Penyelesaian perselisihan memakan banyak waktu dan menghabiskan energi tim sehingga tim ini bekerja secara tidak optimal.

Riset psikologi terbaru oleh Adam Galinsky dari Universitas Northwestern telah mengkonfirmasi bahwa hirarki dibutuhkan dalam sebuah tim khususnya yang terdiri dari para bintang (superstars) atau anggota kelompok yang berkemampuan tinggi. Penelitian sebelumnya pada para pemain bintang di beberapa tim basket NBA juga mengungkapkan peningkatan kinerja, koordinasi, dan kerja sama di dalam tim terbangun berkat struktur hirarki yang ada dalam kelompok.

Richard Ronay dan Eric M. Anicich dari Universitas Columbia, Katharine Greenaway dari Universitas Queensland, Morris dan Alice Kaplan yang merupakan profesor di sekolah manajemen Kellogg telah mengadakan beberapa eksperimen untuk memverifikasi temuan ini. Hirarki dibutuhkan untuk meningkatkan koordinasi dalam mengerjakan tugas bersama dengan kesalingketergantungannya para anggota di dalam sebuah kelompok kerja.

Sinergi yang tercipta berkat pembagian otoritas yang birokratis membantu efisiensi penanganan konflik dan efektivitas kerja sama dalam sebuah grup. Entah itu kelompok kerja, tim olah raga, partai politik, bahkan juga hirarki ditemukan memperbaiki produktivitas pada beberapa jenis hewan yang berkelompok. Tidak mesti pada serangga yang memang memiliki struktur hirarki yang inheren tapi juga pada binatang ternak seperti ayam. Ketika ayam-ayam petelur yang berkualitas tinggi dikumpulkan, kuantitas produksi telurnya malah menurun. Jadi, sebaiknya memang kesetaraan pada para anggota kelompok harus diminimalisir dengan menerapkan struktur hirarki yang berjenjang.

Meskipun begitu, terkadang kesetaraan dibutuhkan dalam situasi tertentu. Yaitu kondisi dimana perubahan lingkungan bergerak dengan cepat dan tim dituntut untuk lebih fleksibel sehingga birokrasi dalam suatu hirarki akan menghambat dan memperlambat respons yang harusnya sigap menanggapi perubahan tersebut. Tapi tetap saja, figur otoritas diperlukan untuk memimpin dan mengarahkan para anggota kelompok tanpa harus diperdebatkan.

Dan di dalam suatu keadaan yang mesti berjalan dengan stabil seperti di aktivitas produksi dan rutinitas pekerja di dalam sebuah perusahaan misalnya; hirarki akan sangat-sangat dibutuhkan. Misalnya saja, sekelompok sales persons akan menjadi lebih produktif jika memiliki team leader, sales supervisor, dan marketing manager yang selalu mengawasi dan mengelola kinerja grup para tenaga penjual tersebut. Konflik akan cepat diselesaikan, pembagian tugas dan wewenang yang jelas akan sangat membantu terciptanya kerja sama yang strategis.

Teori hirarki menyatakan ketika wewenang didistribusikan, konflik antar anggota menurun dan koordinasi demi produktivitas meningkat. Sistem pemegang kewenangan yang bertingkat akan mendorong kestabilan dan kedisiplinan. Teori ini didukung oleh eksperimen Milgram yang menggunakan figur otoritas untuk memotivasi kepatuhan seperti dalam tulisan saya sebelumnya.

Jadi, sebuah tim elit pun membutuhkan rantai komando agar bisa bekerja dengan efektif. Hirarki yang egaliter dicontohkan dengan baik oleh militer, terdapat pembagian otoritas berdasarkan pangkat untuk memenangkan perang dengan disiplin yang memfasilitasi kelancaran koordinasi dan penyatuan kekuatan yang beragam dari para anggota tim. Dinamika kelompok dengan sinergi yang berkinerja tinggi membutuhkan sebuah struktur hirarki yang membagi kekuasaan dalam suatu grup agar produktif.

Akhirnya Andi belajar berkelompok bersama Budi 🙂

Baca juga:
Teknik Motivasi Intrinsik: Teori Determinasi Diri
Memotivasi Kepatuhan: Eksperimen Milgram
Dari Customer Service Menuju Customer Loyalty
Tips Motivasi Sales Tanpa Komisi