pga$ menjad1-JAD1 (2) (130115_231217)

gifi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja keuangan kuartal PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) pada kuartal III-2017 cenderung flat. Analis memperkirakan, kinerja PGAS tahun ini juga tidak sebagus tahun lalu. Namun analis percaya, performa emiten ini akan meningkat di tahun depan.

Rencana holding BUMN migas pun dinilai bagai pisau bermata dua. Analis Indo Premier Sekuritas Chandra Pasaribu mengatakan, pembentukan holding antara PGAS dengan PT Pertamina bertujuan agar tidak terjadi dualisme pengelolaan gas domestik.

Rencana tersebut juga dapat mempercepat pembangunan infrastruktur gas. Dus, Chandra berharap PGAS bisa memperluas jaringan bisnisnya sehingga kinerjanya bisa terdongkrak.

Namun, dalam situasi tertentu, PGAS harus meminta persetujuan holding jika ingin menggelar aksi korporasi. Alhasil, “Fleksibilitas PGAS bisa terganggu,” kata Chandra, Kamis (21/12).

Di samping itu, PGAS masih berhadapan dengan sentimen negatif berupa putusan bersalah oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terkait monopoli distribusi gas di Medan, Sumatra Utara. Akibatnya, PGAS didenda Rp 9,92 miliar. “Ada kekhawatiran, investor melakukan aksi net sell terhadap PGAS,” imbuh Chandra.

Sentimen tersebut bisa memperberat langkah PGAS dalam memperbaiki kinerjanya di kuartal IV. Padahal di kuartal III-2017, kinerja keuangan PGAS kurang mentereng.

Laba bersih emiten ini hanya US$ 97,9 juta, melorot dari periode yang sama tahun sebelumnya, US$ 241,9 juta. Pendapatan PGAS pun hanya naik tipis dari US$ 2,15 miliar pada kuartal III-2016 menjadi US$ 2,16 miliar pada kuartal III-2017.

Kurniawan Sudjatmiko, Analis Ciptadana Sekuritas, mengatakan, kenaikan beban pajak tak sebanding dengan kenaikan laba. Hingga akhir kuartal III-2017, beban pajak PGAS mencapai US$ 88 juta, sedangkan di akhir kuartal III 2016 hanya US$ 50 juta. Perlambatan ekonomi nasional selama dua kuartal awal tahun ini juga menjadi penyebab mandeknya kinerja PGAS.

Namun, sebenarnya sudah ada perbaikan kinerja PGAS sejak kuartal III. Ini terlihat dari peningkatan volume distribusi gas dari 682 mmscfd pada kuartal II menjadi 803 mmscfd pada kuartal III. “Secara QoQ, laba bersih perusahaan naik menjadi US$ 48 juta di kuartal III-2017, padahal di kuartal II-2017 sempat merugi US$ 47 juta,” kata Kurniawan dalam riset 30 Oktober.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Arandi Ariantara menambahkan, dalam jangka pendek kinerja PGAS bisa membaik. Sebab, dalam dua tahun terakhir volume distribusi gas oleh PGAS selalu mencapai level tertingginya pada kuartal IV.

Dalam riset 9 November, ia mencontohkan di kuartal IV-2015 volume distribusi gas PGAS menyentuh angka 841 mmscfd. Sementara di kuartal IV-2016, volume distribusi gas PGAS mencapai 833 mmscfd.

Chandra memprediksi kinerja keuangan PGAS tidak akan sebaik tahun lalu. Akhir tahun ini, pendapatannya diperkirakan hanya US$ 2,82 miliar dan laba bersih US$ 257 juta. Tapi ia memprediksi pendapatan dan laba bersih PGAS naik menjadi US$ 2,95 miliar dan US$ 302 juta di tahun depan.

Kurniawan dan Chandra sama-sama merekomendasikan hold PGAS dengan target harga masing-masing Rp 1.760 dan Rp 1.840 per saham. Sedangkan Arandi memberi rekomendasi buy dengan target harga Rp 2.200 per saham. Kemarin (21/12), harga saham PGAS Rp 1.715, turun 2,28% dari hari sebelumnya.

dollar small

JAKARTA . PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) tengah mengebut sejumlah pembangunan infrastruktur gas di sejumlah daerah.

Dalam keterangan resminya, Sekretaris Negara PGN Heri Yusup mengatakan hingga saat ini sebanyak 78% infrastruktur pipa gas nasional dibangun dan dioperasikan oleh PGAS atau biasa disebut PGN. Menurutnya, komitmen PGN dalam pembangunan infrastruktur gas nasional dapat dilihat dari terus bertambahnya jaringan pipa gas bumi PGN di berbagai daerah.

Pada akhir 2014 lalu, panjang pipa PGN mencapai 6.161 kilometer (km), saat ini pipa gas PGN sudah lebih dari 7.200 km. Panjang pipa gas bumi PGN ini setara dengan 78% pipa gas bumi hilir seluruh Indonesia.

Sejumlah proyek infrastruktur gas bumi telah selesai dibangun seperti pipa gas bumi Batam sepanjang 18,3 km, kemudian di Pasuruan, Jawa Timur PGN menyelesaikan pembangunan pipa gas di ruas Kejayan-Purwosari sepanjang 15 km. Lalu ada lagi ruas Jetis-Ploso sepanjang 27 km, ada lagi di Kalisogo-Waru, Jawa Timur sepanjang 30 km.

“Saat ini PGN sedang mengebut pengembangan infrastruktur gas seperti di Bogor, Palembang, Cirebon dan banyak daerah lainnya. Termasuk penugasan dari pemerintah yakni membangun dan mengoperasikan pipa gas West Natuna Transportation ke Pulau Pemping, Kepulauan Riau,” katanya, Kamis (27/10/2016).

Selain itu, PGN juga aktif membuka pengembangan wilayah baru pengguna gas bumi, walaupun PGN harus dihadapkan risiko penyerapan gas bumi di daerah baru yang belum optimal.

Hingga saat ini PGN menyalurkan gas bumi ke lebih dari 116.600 pelanggan rumah tangga. Selain itu, 1.900 usaha kecil, mal, hotel, rumah sakit, restoran, hingga rumah makan, serta 1.580 industri berskala besar dan pembangkit listrik.

“PGN juga terus mendorong upaya diversifikasi bahan bakar kendaraan dari BBM ke bahan bakar gas. Saat ini PGN telah mengoperasikan 7 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG), ke 8 SPBG mitra, dan ke 5 MRU (SPBG Mobile),” tutup Heri.

http://industri.bisnis.com/read/20161027/44/596538/perusahaan-gas-negara-pgas-kebut-pembangunan-infrastruktur-di-sejumlah-daerah
Sumber : BISNIS.COM

 new-chin-year-dragon-02

INILAHCOM, Bandung – PT PGN (Persero) Tbk berkomitmen memperluas infrastruktur gas bumi nasional. Saat ini, 78% pipa gas di Indonesia miliknya PGN.

Sekretaris Perusahaan PGN, Heri Yusup mengatakan, sampai saat ini, total panjang pipa yang dibangun dan dioperasikan perseroan sudah mencapai lebih dari 7.200 kilometer (km).

Angka ini meningkat dibandingkan total panjang pipa pada akhir 2014 yang mencapai 6.616 km. “Dengan panjang pipa transmisi dan distribusi gas bumi tersebut, PGN mengoperasikan lebih dari 78 persen pipa gas bumi hilir di seluruh Indonesia,” kata Heri dalam workshop wartawan industri di Bandung, Jawa Barat, Jumat (14/10/2016).

Mulai tahun ini, kata Heri, hingga 2019 perseroan akan menambah infrastruktur pipa gas bumi sepanjang lebih 1.680 km. Proyek pipa tersebut tersebar di berbagai daerah, di antaranya proyek pipa transmisi open access Duri-Dumai-Medan, pipa transmisi open access Muara Bekasi-Semarang, pipa distribusi Batam (Nagoya) WNTS-Pemping, dan pipa distribusi gas bumi di wilayah eksisting dan daerah baru lainnya.

“Semuanya dibangun dengan investasi PGN sendiri tanpa mengandalkan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara),” ujarnya.

Heri menambahkan, total panjang pipa gas PGN pada 2019 ditarget 8.656 km. Penambahan infrastruktur gas ini dapat meningkatkan kemampuan pemanfaatan gas bumi sebanyak 1.902 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Pada 2015, kata Heri, PGN dapat menyalurkan gas bumi mencapai 1.591 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). “Dari penyaluran gas bumi PGN kepada pelanggan tersebut menciptakan penghematan bagi nasional sebesar Rp 88,03 triliun per tahun,” kata Heri.

Hingga sampai saat ini, PGN tak henti-hentinya membangun infrastruktur gas bumi di berbagai daerah di Indonesia. Tujuan utamanya satu, yakni agar gas bumi khususnya yang diproduksi di dalam negeri, yang ramah lingkungan, efisien dan aman serta mudah bisa dinikmati oleh masyarakat luas.

“Sebagai contoh, tahun ini saja PGN telah menyelesaikan pembangun pipa gas di Batam sepanjang 18,3 km, kemudian di Pasuruan, Jawa Timur PGN menyelesaikan pembangunan pipa gas di ruas Kejayan-Purwosari sepanjang 15 km. Lalu ada lagi ruas Jetis-Ploso sepanjang 27 km, ada lagi di Kalisogo-Waru, Jawa Timur sepanjang 30 km,” rinci Heri.

Pipa-pipa gas tersebut memasok gas bumi yang bersih dan efisien ke lebih dari 116.600 pelanggan rumah tangga. Selain itu, 1.900 usaha kecil, mal, hotel, rumah sakit, restoran, hingga rumah makan, serta 1.580 industri berskala besar dan pembangkit listrik.

PGN juga terus mendorong upaya diversifikasi bahan bakar kendaraan dari BBM ke bahan bakar gas. Saat ini PGN telah mengoperasikan 7 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG), ke 8 SPBG mitra, dan ke 5 MRU (SPBG Mobile). [ipe]

ets-small

 

Merdeka.com – Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), selama periode Januari hingga April 2016, telah menambah pipa gas bumi sepanjang 109 kilometer (Km) di berbagai daerah Indonesia. Dengan tambahan pipa tersebut, total panjang pipa perseroan sudah mencapai lebih dari 7.100 Km..

“Kami terus membangun dan memperluas jaringan pipa gas bumi di berbagai daerah eksisting serta aktif membuka wilayah-wilayah baru (pioneering). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan dan memperluas pemanfaatan energi baik gas bumi di Indonesia,” Direktur PGN, Dilo Seno Widagdo, seperti dilansir dari Antara, Jakarta, Jumat (24/6).

Dia menambahkan bahwa tambahan jaringan pipa gas bumi itu di antaranya pengembangan wilayah eksisting distribusi gas, seperti di Jawa Barat, Jawa Timur, Batam, dan Medan.

Beberapa proyek pipa gas bumi yang telah diselesaikan, antara lain, di Pasuruan, Jawa Timur, PGN merampungkan pembangunan pipa gas di Kejayan-Purwosari sepanjang 15 Km. Proyek pipa gas itu mampu memasok gas bumi sebanyak 17 juta kaki kubik per hari (mmscfd).

PGN juga telah menyelesaikan pembangunan pipa gas ruas Jetis-Ploso di wilayah Mojokerto dan Jombang sepanjang 27 Km yang dapat memasok 65 mmscfd.

PGN saat ini sedang menyelesaikan pipa gas ruas Kalisogo-Waru di Jawa Timur sepanjang 30 Km. Selain Jawa Timur, PGN menyelesaikan proyek pipa distribusi gas di Nagoya, Pulau Batam sepanjang 18,3 Km.

Di luar itu, Dilo menambahkan bahwa PGN sedang memperluas jaringan gas bumi, seperti di Cirebon, Bekasi, Bojonegara, Purwakarta, Subang, Medan, dan Pekanbaru.

“Kami sedang membangun proyek jaringan gas bumi untuk rumah tangga baik dibangun dengan biaya sendiri melalui program PGN Sayang Ibu, maupun penugasan dari Kementerian ESDM sebanyak 49.000 rumah tangga di Tarakan, Surabaya, dan Batam,” katanya.

Per April 2016, PGN mengoperasikan pipa gas lebih dari 7.100 km yang setara 76 persen dari total pipa gas hilir bumi nasional.

Gas tersebut disalurkan PGN ke lebih dari 116.400 pelanggan rumah tangga, 1.879 usaha kecil, mal, hotel, rumah sakit, restoran, dan rumah makan, serta 1.576 industri berskala besar dan pembangkit listrik.

Pelanggan PGN tersebar mulai dari Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara, hingga Papua.

Pada 2015, PGN telah menyalurkan gas sebesar 1.591 mmscfd yang menciptakan penghematan bagi nasional Rp 88,03 triliun per tahun. “PGN mulai 2016 hingga 2019 menargetkan penambahan pipa gas sekitar 1.680 km dan 110.000 sambungan gas bumi rumah tangga,” ujar Dilo.

new-chin-year-dragon-02

Jakarta (ANTARA News) – PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) menargetkan tambahan 34.073 pelanggan gas bumi di wilayah Jawa Timur.

Kepala Area PGN Surabaya Misbachul Munir dalam keterangan yang diperoleh di Jakarta, Minggu, mengatakan tambahan pelanggan baru tersebut seiring makin banyaknya infrastruktur pipa gas bumi yang dibangun PGN di Jawa Timur.

Menurut dia, pada 2016, PGN merampungkan beberapa proyek pipa distribusi gas di Jatim yakni ruas Jetis-Ploso pada koridor Mojokerto hingga Jombang sepanjang 27 kilometer dan ruas Kejayan-Purwosari di Pasuruan sepanjang 15 km.

“Dengan tambahan infrastruktur pipa distribusi gas bumi tersebut, kami dapat menambah pelanggan pengguna gas bumi baru,” katanya.

Misbachul mengatakan tambahan pelanggan baru tersebut berasal dari berbagai segmen yakni 27 pelanggan industri besar, 54 komersial, 9.992 rumah tangga dalam program PGN Sayang Ibu, dan 24.000 rumah tangga lainnya dari penugasan pemerintah ke PGN.

Di Jawa Timur, PGN sudah melayani penyaluran gas bumi sebanyak 20.777 pelanggan, yang terdiri dari 454 industri besar, 212 usaha komersial seperti mal, kafe dan restoran serta UMKM, dan 20.111 rumah tangga.

Jumlah volume gas bumi yang dipasok ke pelanggan Jawa Timur pada triwulan I-2016 mencapai 130 miliar British thermal unit per hari (BBTUD).

Sektor terbesar yang mengonsumsi gas bumi PGN adalah industri makanan sebesar 27 persen, disusul keramik 22 persen, kimia 15 persen, logam, dan gelas masing-masing sembilan persen.

“Sektor makanan, industri kayu, keramik, dan komersial seperti hotel, rumah makan, CNG industri, dan SPBG pada triwulan pertama tahun ini mengalami peningkatan konsumsi gas bumi,” ujarnya.

Misbachul menambahkan lagi, PGN terus berkomitmen memperluas infrastruktur pipa gas bumi dengan membuka wilayah-wilayah baru pengguna gas di berbagai daerah.

“Khusus di Jawa Timur, saat ini PGN sedang menyelesaikan beberapa proyek pipa gas bumi, salah satunya ruas Kalisogo-Waru sepanjang 30 km,” katanya.

Editor: Heppy Ratna

Emoticons0051

Jakarta berita1 – Penggunaan gas bumi banyak memberikan manfaat bagi penggunanya. Selain bersih, aman, produk dalam negeri, gas bumi juga lebih efisien dibandingkan menggunakan bahan bakar lain. Manfaat tersebut juga dirasakan PT Agri Timur Mas, produsen pupuk NPK di Gresik, Jawa Timur. Sejak 2008 perusahaan tersebut menikmati pasokan gas bumi dari PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN).

“Sudah delapan tahun kami pakai gas bumi sebagai bahan bakar untuk produksi pupuk NPK,” kata Maintenance Executive Agri Timur Mas, Indra Lesmana, Selasa (31/5).

Indra mengungkapkan, penggunaan gas bumi sangat membantu perusahaan dalam menghemat penggunaan bahan bakar, terutama pada 2008-2010 karena harga solar saat itu mencapai Rp 9.000-Rp 10.000 per liter.

“Penggunaan gas kami rata-rata mencapai 280.000 m3. Dengan menggunakan gas bumi yang saat itu harganya hanya sekitar Rp 4.000 per meter kubik, lebih dari 50% penghematannya,” ungkap Indra.

Ia menambahkan, dengan penggunaan gas bumi dalam 8 tahun terakhir ini, perusahaanya dapat menghemat sekitar Rp 15,12 miliar.

“Hitung-hitungan kami, selama pakai gas bumi dari PGN, kami bisa hemat Rp 15,12 miliar,” ucapnya.

Indra menambahkan lagi, yang membuat pihaknya lebih senang lagi, pelayanan yang diberikan PGN juga sangat bagus.

Sementara, Kepala Divisi Komunikasi Korporat PGN, Irwan Andri Atmanto mengatakan, PGN akan terus menggenjot penyaluran gas bumi ke berbagai segmen pengguna gas. Saat ini PGN menyalurkan gas bumi kepada sekitar 22 segmen pengguna gas bumi mulai dari segmen rumah tangga, industri, komersial, usaha kecil, pembangkit listrik, transportasi dan lainnya.

“PGN satu-satunya badan usaha di bidang gas yang menyalurkan gas bumi ke hampir seluruh segmen pengguna gas,” ujar Irwan.

Irwan menegaskan, PGN memiliki komitmen untuk terus memperluas infrastruktur jaringan gas bumi di Indonesia. Saat ini, panjang pipa gas bumi PGN lebih dari 7.000 km atau 76% pipa gas nasional. Adapun pelanggan PGN tersebar di berbagai wilayah mulai dari Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara, sampai Papua.

Sampai saat ini PGN telah menyalurkan gas bumi ke lebih dari 116.400 pelanggan rumah tangga. Selain itu, 1.879 usaha kecil, mal, hotel, rumah sakit, restoran, hingga rumah makan, serta 1.576 industri berskala besar dan pembangkit listrik.

Pada 2015, PGN menyalurkan gas bumi mencapai 1.591 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Dari penyaluran gas bumi PGN kepada pelanggan tersebut, menciptakan penghematan bagi nasional sebesar Rp 88,03 triliun per tahun.

“Produksi gas bumi nasional cukup besar, tidak diimpor atau dihasilkan dari perut bumi Indonesia, sangat sayang sekali bila kita tidak semaksimal mungkin memanfaatkannya,” kata Irwan.

 

Euis Rita Hartati/ERH

Investor Daily

doraemon

JAKARTA kontan. Prospek PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) diperkirakan akan lebih bagus setelah holding BUMN sektor energi terbentuk. Pasalnya, perseroan akan bisa bersinergi dengan holding dalam melakukan ekspansi bisnis gas.

Dalam rencana holding BUMN energi ini, Pertamina rencananya akan menguasai saham PGAS. Namun sebelumnya, perusahaan gas negara ini akan terlebih dahulu mengakuisisi saham anak usaha Pertamina di bisnis gas yakni Pertagas.

Sejumlah analis menilai rencana pembentukan pembentukan holding tersebut akan memberikan dampak positif bagi PGAS karena perseroan sebagai perusahaan yang memiliki kekuatan dalam distribusi gas bisa bersinergi dengan Pertamina yang memiliki sumber gas. “Kalau PGAS gabung dengan Pertagas akan jadi sinergi yang kuat,” ujar Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, Kamis (12/5).

Senada, Satrio Utomo, Kepala Universal Broker Indonesia menilai prospek kinerja PGAS akan semakin bagus ke depan dengan adanya merger tersebut. Proyek-proyek infrastruktur perseroan akan berjalan dengan baik.

Namun, Satrio mengatakan masih sulit untuk melihat prospek PGAS secara mendalam paska pembentukan holding tersebut. Menurutnya, pelaku pasar saat ini masih menunggu struktur yang digunakan untuk proses merger tersebut.

Kurang informasi terkait rencana holding BUMN energi tersebut membuat banyak orang berspekulasi membuat saham PGAS terkoreksi. “Ada yang bisa valuasi sahamnya bisa turun Rp 600, ada yang bilang skemanya lebih baik lewatright issue. Tapi sebaiknya kita tunggu saja skemanya seperti apa,” ujar Satrio.

Sedangkan menurut Hans, koreksi yang terjadi di saham PGAS bukan karena reaksi negatif pasar terhadap rencana pembentukan holding tersebut, melainkan karena kinerja PGAS melambat dan ditambah dengan adanya rencana pemerintah menurunkan harga gas.

Hans memandang proses penguasaan Pertamina terhadap saham PGAS tidak akan terlalu rumit. Hanya yang perlu diperhatikan menurutnya adalah bagaimana skema perseroan akan mengakuisisi Pertagas. “PGAS itu tidak hanya milik pemerintah tetapi sebagian sahamnya dimiliki masyarakat. Jadi skema akuisisi Pertagas ini yang harus diperhatikan,” tutur Hans.

Saat ini, Kementerian BUMN disebut-sebut telah merampungkan rancangan peraturan pemerintah (RPP) tentang Holding BUMN energi. Dalam rancangan tersebut, pemerintah akan memberikan penambahan modal ke Pertamina berupa pengalihan saham seri B pada PGAS sebanyak 13,8 miliar lembar atau 56,96%.

new-chin-year-dragon-02

JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) memenangi lelang pasokan gas bumi ke PT Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS) di Cilegon, Banten.

Direktur PGN Danny Praditya dalam rilis di Jakarta, Jumat (29/4) mengatakan, pasokan gas ke KNSS akan dimulai pada 1 Februari 2017.

“Ini merupakan bukti, di tengah persaingan ketat antara pemasok gas bumi di Cilegon, PGN kembali dipercaya konsumen karena memberikan layanan yang profesional dan memiliki fasilitas infrastruktur yang andal,” katanya.

Penandatanganan perjanjian jual beli gas (PJBG) telah dilakukan Kamis (28/4) di Cilegon, Banten.

KNSS merupakan perusahaan patungan antara PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dan Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation. Krakatau Steel menguasai 49 persen saham KNSS.

KNSS memproduksi dan menjual baja jenis cold rolled dan galvanized cold rolled untuk keperluan otomotif.

Presiden Direktur KNSS Naomassa Arita mengatakan, PGN memenuhi aspek komersial sebagai pemenang lelang, mulai dari harga yang kompetitif, kehandalan infrastruktur, komposisi gas, dan sumber daya manusia yang profesional.

“Produk kami didesain memiliki kualitas tinggi, sehingga harus cermat dalam memilih pemasok, terutama pemasok gas. PGN merupakan yang terbaik di antara semua peserta lelang,” katanya.

Ia mengharapkan pemerintah lebih memperhatikan industri baja sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi.

PGN adalah BUMN yang kini membangun dan mengoperasikan lebih dari 7.000 km pipa gas atau setara dengan 76 persen pipa gas nasional.

Dari pipa tersebut, PGN menyalurkan gas sebesar 1.591 MMSCFD ke 107.690 rumah tangga, 1.857 usaha kecil, mal, restoran, hotel, rumah sakit, serta 1.529 industri skala besar dan pembangkit listrik.

Pelanggannya tersebar di Sumut, Kepri, Riau, Sumsel, Lampung, Jakarta, Jabar, Banten, Jateng, Jatim, Kaltara, dan Papua.

PGN menargetkan pada 2016-2019 bisa menambah pipa sepanjang 1.680 km. (ID/ant/ths)

http://id.beritasatu.com/energy/pgn-menang-lelang-pasokan-gas-ke-knss/143651
Sumber : INVESTOR DAILY

dollar small

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara(Persero) Tbk (PGN) mulai 2016-2019 akan membangun sejumlah infrastruktur gas bumi, salah satunya pipa gas bumi sepanjang 1.685 kilometer (km).

Proyek ini akan menambah panjang pipa gas bumi PGN yang saat ini sudah lebih dari 6.971 km. Nantinya pada 2019 total panjang pipa PGN menjadi 8.656 km.

“PGN berencana membangun infrastruktur gas untuk peningkatan pemanfaatan gas domestik. Total penambahan panjang pipa gas yang akan dibangun oleh PGN mulai tahun ini sampai 2019 sekitar 1.685 km,” kata Direktur Utama PGN, Hendi Prio Santoso, di Jakarta, Senin (22/2/2016).

Hendi mengatakan, selain penambahan infrastruktur gas bumi berupa pipa, PGN juga akan menambah sebanyak 60 SPBG di berbagai daerah mulai DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Batam, Lampung, Riau, dan Sumatera Utara. Selain itu PGN juga berencana membangun Mini LNG system untuk Indonesia bagian tengah dan timur.

“Dengan penambahan panjang pipa tersebut (pipa sepanjang 8.656 km), dapat meningkatkan kemampuan pemanfaatan gas bumi sebanyak 1.902 juta kaki kubik per hari (MMscfd),” kata Hendi.

Hendi menambahkan, dengan pemanfaatan gas bumi sebanyak 1.902 MMscfd tersebut, dapat menciptakan penghematan sebesar Rp 110,9 triliun. Sepanjang 2015 penyaluran gas bumi PGN sebanyak 1.586 MMscfd, ini memberikan penghematan sekitar Rp 88 triliun ke pelanggan PGN.

Hendi mengungkapkan, infrastruktur pipa gas bumi yang dibangun sepanjang 1.685 km tersebut di antaranya adalah proyek pipa transmisi open access Duri-Dumai-Medan, pipa transmisi open access Muara Bekasi-Semarang, pipa Distribusi Batam (Nagoya) WNTS-Pemping dan pipa distribusi gas bumi di wilayah eksisting dan daerah baru lainnya.

 

Penurunan harga minyak yang sedang terjadi saat ini kata Hendi merupakan momentum yang baik untuk menggenjot pembangunan infrastruktur. Pada saat harga minyak turun juga mempengaruhi harga- harga material seperti pipa gas yang harganya juga turun.

“Situasi yang terjadi di hulu migas yang melambat memberi waktu untuk persiapan di hilir untuk meningkatkan infrastruktur,” kata Hendi.

Kepala Divisi Komunikasi Korporat PGN, Irwan Andri Atmantomenambahkan, pembangunan infrastruktur pipa gas bumi ini akan menambah jumlah pipa yang dikelola dan dioperasikan PGN yang hingga akhir Januari 2016 sudah lebih dari 6.971 km.

Pipa gas bumi ini tersebar mulai dari pipa transmisi Grissik-Duri sepanjang 529 km, Grissik-Batam-Singapura 446,78 km, Kepodang-Tambak Lorok atau Kalija I sepanjang 207 km, SSWJ sepanjang 1.002 km, transmisi Medan 30 km dan lainnya.

Pipa lainnya adalah pipa distribusi PGN yang tersebar di berbagai daerah, mulai dari DKI Jakarta sepanjang 759 km, Bogor 616 km, Tangerang 403 km, Bekasi 330 km, Cirebon 389 km, Sidoarjo 313 km, Surabaya 493 km, Medan 627 km dan banyak lagi di daerah lainnya.

“PGN merupakan satu-satunya badan usaha yang menyalurkan gas bumi ke berbagai segmen pengguna gas bumi mulai rumah tangga, industri, pembangkit listrik, kemersial seperti restoran, rumah makan hingga Usaha Kecil Menengah, SPBG, bahkan rumah sakit dan panti asuhan,” ungkap Irwan.

Sampai akhir 2015, PGN telah menyalurkan gas bumi ke 1.529 industri dan pembangkit listrik, 1.857 restoran, rumah makan dan UKM, dan lebih dari 107.690 pelanggan rumah tangga.

“Pengembangan infrastruktur dan pemanfaatan gas bumi ini, dilakukan PGN tanpa membebani atau mengandalkan uang negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),” tegas Irwan.

Utilities sector: The ministry of Energy and Natural resources is likely to appoint Pertamina together with Perusahaan Gas Negara (PGAS IJ; Rp2,680; Buy) to act as gas aggregator based on the proposed new regulation. Both parties will function to ensure development of pipeline infrastructure, determine gas price, and manage corporate governance of the gas industry. The new regulation for the gas is aimed to be finalized within this year. (Kontan)

Comment: This could be positive for PGN as the company will have strong influence on pricing and infrastructure. Moreover, this regulation is aimed to improved efficiency within the sector which highly disturbed by gas traders without building proper infrastructure.

 

 

Download PDF
Sumber : IPS RESEARCH

bird

PGAS (2.685)Rekomendasi: Spec BUY—Candle Perusahaan Gas Negara (PGAS) dibuka dengan gap-up dan ditutup dengan pola kicking. Volumemeskipun di bawah VMA5 namun masih relatif tinggi. Jika mampu bertahan darilevel 2.680 maka sebaiknya beli dengan target harga 2.800 kemudian 2.940.Support 2.640, cut loss jika break 2.490.
Sumber : IPS RESEARCH

Merdeka.com – Kinerja saham perusahaan BUMN dalam beberapa waktu terakhir mulai menurun. Ini sebagai dampak gejolak ekonomi global yang masih penuh dengan ketidakpastian. Bahkan, penurunan kinerja saham memaksa BUMN yang melantai di bursa memangkas modal investasinya.

Apabila selama ini saham perusahaan BUMN digadang-gadang sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saat ini, justru pelemahan harga saham BUMN menjadi salah satu pendorong pelemahan IHSG.

“Kita tahu kondisi eksternal sedang buruk. Untuk saham-saham BUMN yang sektornya sedang tertekan seperti mining (tambang) atau komoditi, boleh lah turun. Tapi di luar itu, seperti bank, telko dan beberapa lagi, harusnya bisa tumbuh atau kalau pun turun jangan terlalu signifikan,” ujar Head of Research PT Recapital Securities Andrew Argado, di Jakarta, Jumat (11/9).

Andrew menegaskan hampir semua saham BUMN kini jatuh tersungkur. Bahkan, 20 saham dengan sumbangan kapitalisasi pasar hingga 26 persen terhadap total kapitalisasi pasar nasional tercatat terendam cukup dalam di zona merah.

Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan mengatakan pelaku pasar sangat berharap ada upaya dari pemerintah melalui Kementerian BUMN untuk menyelamatkan kinerja saham BUMN. Namun sejauh ini harapan tersebut masih belum menemui tanda-tanda positif.

“Coba lah BUMN-BUMN yang secara kinerja sektoral sudah lemah seperti Antam dan lain lain bisa dicarikan jalan keluar. Diberi opsi bisnis lain, perlonggar kebijakan apa pun. Tapi selama ini kan (Kementerian BUMN) diam saja,” kata Haryajid.

Dia pun membandingkan kinerja Kementerian BUMN di bawah pimpinan Dahlan Iskan yang selalu berinovasi dan mencarikan strategi agar kinerja bisnis BUMN berjalan lebih optimal. Semangat ini yang belum terlihat dari Menteri BUMN Rini Soemarno.

reaction_1

Bareksa.com – Harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) akhirnya ditutup menguat 8,05 persen ke level Rp2.685 per lembar. Sedikitnya, delapan sekuritas asing tercatat melakukan pembelian saham emiten dengan kode PGAS itu.

Pembelian oleh sekuritas asing ini dipimpin oleh CLSA Indonesia (KZ). Secara total, KZ membeli 141 ribu lot saham PGAS senilai Rp37,4 miliar. Aksi beli ini setara dengan 10,4 persen dari total transaksi saham PGAS yang mencapai Rp360 miliar.

Sementara, di posisi kedua ditempati oleh Kim Eng Securities (ZP) yang memborong 104 ribu lot saham. Menariknya, sekuritas Macquarie Capital (RX) juga ikut melakukan pembelian.

Padahal, Macquarie tercatat sebagai sekuritas yang menyebabkan harga saham PGAS terjungkal 10,5 persen pada 7 September lalu. (Baca juga: Saham PGAS Anjlok 10%, Mandiri Securities & Maqcuarie Capital Penjual Terbanyak)

Aksi borong saham didorong oleh kabar mengenai pemangkasan harga gas di sektor hulu. (Baca juga:Sambut Pemangkasan Harga Gas Hulu, Saham PGAS Naik 5%)

Grafik Pergerakan Intraday Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), 11 September 2015

Sumber: Bareksa.com

Berbeda dengan PGAS, sekuritas asing tercatat melakukan penjualan bersih Rp25,34 miliar saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Padahal, mereka tercatat banyak membeli SMGR pada perdagangan kemarin. (Baca juga: Dikabarkan Penjualan Semen SMGR Agustus Melonjak 11%, Harga Saham Melesat 5%)

Berdasarkan pantauan Bareksa, investor asing banyak melakukan penjualan menggunakan Bahana Securities (DX) yang notabene-nya sekuritas lokal. Melalui DX, investor asing tercatat menjual 10 ribu lot saham SMGR senilai Rp10,6 miliar. Penjualan ini setara dengan 13,85 persen dari transaksi saham SMGR hari ini yang mencapai Rp76,5 miliar

Selain DX, investor asing juga melakukan penjualan melalui sekuritas Morgan Stanley (MS) dan Kim Eng Securities (ZP). Penjualan oleh keduanya mencapai 14 ribu lot atau setara dengan 18,56 persen dari total transaksi.

Harga saham SMGR ditutup tetap di Rp10.300 per saham.

Grafik Pergerakan Intraday Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), 11 September 2015

Sumber: Bareksa.com

valentineEVERYsmall

Bareksa.com – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menyambut baik kebijakan pemerintah untuk memangkas harga gas dari sisi hulu sehingga tingkat marjin perseroan tidak terganggu. Harga saham emiten berkode PGAS itu pada pembukaan perdagangan hari ini (Jumat, 11 September 2015) loncat 5 persen.

Corporate Secretary PGN Heri Yusup menjelaskan bahwa penetapan harga gas menyangkut dimensi luas, mulai sisi hulu (upstream), tengah (midstream), hingga hilir (downstream). Bila pemangkasan diambil dari bagian untuk pemerintah, hal itu akan menjadi positif bagi industri.

“Saya kira ini bagus bagi industri. Upaya pemerintah  ini untuk mendorong ekonomi. Kalau harga turun di hulu, tidak akan berpengaruh pada PGN,” ujarnya ketika dihubungi Bareksa.com hari ini (11/9).

Pada pembukaan pasar saham hari ini, PGAS melonjak 5 persen menjadi Rp2.625 pukul 9:32. Total saham yang berpindah tangan sebanyak 486.937 lot dengan valuasi Rp126,4 miliar. Hingga kemarin, harga saham PGAS sudah terpukul 58,6 persen sepanjang tahun ini dari Rp6.000 pada penutupan akhir 2014.

Penurunan harga saham PGAS lebih disebabkan risiko investasi hulu, seperti yang disebutkan dalam sejumlah riset sekuritas. Investasi PGAS di hulu mendorong kenaikan utang menjadi sekitar US$1,4 miliar per akhir Juni 2015 dari sekitar US$1 miliar per akhir Maret 2015. (Baca juga: Risiko Investasi Hulu Seret Saham PGAS Ambrol Lebih Dari 50%, Ungkap Macquarie)

Seperti diberitakan di media, penurunan harga gas dilakukan dengan mengurangi bagi hasil pemerintah. Hal tersebut akan dituangkan dalam Peraturan Presiden dan mulai berlaku awal tahun depan. Seiring pemangkasan ini, pendapatan negara di sektor minyak dan gas (migas) akan turun.

FSRU Lampung

Sementara itu, distributor gas milik negara ini masih berharap melanjutkan operasi dari floating storage and regasification unit (FSRU) Lampung. Meskipun demikian, PT PLN sebagai pelanggan utama masih belum menyepakati harga dengan PGAS.

“FSRU Lampung itu masalah business to business, ini tidak ada kaitannya dengan kebijakan pemerintah. Perkiraannya Oktober sudah mulai beroperasi kembali,” kata Heri.

Sebelumnya, ramai diberitakan bahwa PLN menginginkan harga yang lebih rendah. Namun, Heri mengatakan belum ada kesepakatan harga meski diyakini kontrak antar kedua BUMN itu dapat saling menguntungkan.

FSRU Lampung dengan kapasitas regasifikasi hingga 240 MMSCFD itu mulai beroperasi tahun lalu. Pengembangan FSRU merupakan bagian dari program mendukung penggunaan gas domestik oleh pemerintah.

Namun, operasi FSRU itu tiba-tiba berhenti awal tahun ini karena PGAS mencatat tidak ada permintaan dari pelanggan yang sebagian dikarenakan perlambatan pertumbuhan ekonomi. FSRU Lampung seharusnya menerima kargo LNG dari Tangguh di Papua Barat, melakukan regasifikasi dan mengirimkannya kepada pelanggan. Para pelanggan termasuk PLN dan sejumlah industri di Lampung serta Jawa Barat.

Heri menilai bahwa harga gas lebih stabil dibanding harga minyak yang terus berfluktuasi. Dari segi keamanan, distribusi gas menggunakan pipa, tidak memakai truk seperti untuk minyak sehingga mengurangi risiko di jalan.

doraemon

JAKARTA kontan. Perkembangan produksi gas di Lapangan Kepodang, Blok Muriah menemui babak baru. Perusahaan asal Amerika Serikat, McDermott International selesai memasang fasilitas utama produksi minyak dan gas bumi (migas) atau central processing platform seberat 3.086 ton di lokasi ini.

Kepala Sub Bidang Hubungan Masyarakat dan Protokoler Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Zuldadi Rafli menjelaskan, dengan pemasangan fasilitas produksi utama ini, artinya tinggal melanjutkan pada proses berikutnya yakni  pemasangan peralatan pendukung operasional. Nah, pemasangan peralatan pendukung ini membutuhkan waktu sekitar satu bulan.

Selanjutnya diharapkan pada kuartal kedua tahun ini McDermott International bisa melakukan uji coba. “Targetnya bulan April 2015 ini sudah bisa percobaan produksi di Lapangan Kepodang,” ujar Zuldadi Rafli kepada KONTAN, Minggu (11/1).

Meskipun lapangan migas ini akan mulai ujicoba April 2015, itu tidak menjamin hasil dari produksi bisa langsung digunakan. Sebab  produksi di Lapangan Kepodang masih bergantung pada penyelesaian jaringan pipa Kalija I oleh konsorsium PT Perusahaan Gas Negara Tbk dan PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR).

Jaringan itu berfungsi mengalirkan gas dari Lapangan Kepodang ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Tambak Lorok, Semarang. Jika pembangunan pipa dan pemasangan alat produksi berjalan sesuai jadwal, Lapangan Kepodang bisa memproduksi gas 20 mmscfd. Sedangkan, pada fase puncaknya, diharapkan produksi gas dari lapangan tersebut bisa mencapai 140 mmscfd.

Sementara itu, Juru bicara PGN Irwan Andri Atmanto mengatakan saat ini konsorsium PGN dan Bakrie and Brothers sudah melakukan pekerjaan pemancangan pondasi untuk fasilitas stasiun penerima gas alias Onshore Receiving Facility (ORF).

Selain itu, mereka juga sudah melakukan survei pemetaan bawah air laut atau survey bathymetry laut dan dilanjutkan dengan pemasangan pipa. Konstruksi pipa laut dimulai April sampai Juli 2015.

Adapun tahap penyelesaian pembangunan (mechanical completion) diharapkan bisa rampung Agustus 2015 mendatang. Artinya, produksi Lapangan Kepodang paling cepat harus menunggu selesainya pembangunan pipa sekitar bulan Agustus 2015 mendatang.

Seperti diketahui, proyek pipa gas Kalija I sepanjang 207 kilometer (km) ini awalnya hanya dikerjakan BNBR, namun mangkrak. Akhirnya BNBR menggandeng PGN. Saat ini, PGN menggenggam 80% saham PT Kalimantan Jawa Gas, dan sisanya BNBR.

Editor: Yudho Winarto

new-chin-year-dragon-02

JAKARTA kontan. PT Perusahaan Gas Negara (PGN) kian agresif menjaring pelanggan gas. Buktinya, PGN kini tengah menyasar kalangan pelaku usaha di wilayah Cirebon untuk memanfatkan jaringan gas (jargas) rumah tangga.

Juru bicara PGN Irwan Andi Atmanto mengatakan, saat ini pelaku usaha seperti Industri besar maupun Industri Kecil Menengah (IKM) di Cirebon tercatat melebihi 200 pelanggan. Ia bilang di akhir tahun ini akan ada 68 industri lagi yang akan memakai jargas tersebut.

“Pemakaian jargas dinilai ekonomis, untuk pelaku usaha di Cirebon sendiri hampir setiap bulan bertambah jumlah pelanggannya, target sampai akhir tahun ada penambahan 68 pelaku usaha yang akan jadi pelanggan,” kata Irwan kepada KONTAN, Selasa (7/10).

Ia mengklaim, pemakaian jargas rumah tangga ini akan lebih murah dibandingkan memakai gas LPG. Pasalnya, dilihat dari harga gas LPG 12 kilogram (kg) Rp 125.000, harga jargas bumi sendiri hanya Rp 36.000 per bulannya. “Berbeda jauhkan, kemungkinan jargas bumi ini memang lebih ekonomis dibanding pemakian gas LGP,” klaim Irwan.

Saat ini, untuk meningkatkan pemanfaatan gas bumi dan menekan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), PGN diminta oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mengoperasikan 4.000 sambungan rumah (SR) jargas di Cirebon yang terdiri dari 11sektor. “Saat ini yang sudah teraliri gas 150 rumah tangga,” jelasnya.

PGN sendiri kata Irwan, sampai akhir tahun 2014 ini akan menambah jaringan baru untuk rumah tangga di Cirebon dalam rangka Program PGN Sayang Ibu sebanyak 2.205 rumah. Sehingga nantinya dengan tambahan 4.000 dan 2.205 pelanggan baru itu, PGN akan memiliki pelanggan rumah tangga sebanyak 19.309 rumah di Cirebon.

“Sebanyak 13.104 pelanggan di Cirebon adalah rumah tangga, sisanya adalah pelanggan UKM dan industri” kata Irwan. Penggunaan gas bumi bagi rumah tangga akan mengurangi biaya subsidi LPG 3 kilogram dan menekan impor LPG. Untuk subsidi LPG 3 kg di APBN 2015 menghabiskan anggaran Rp 55 trilyun (T).

Terkait itu, Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM Heri Poernomo mengatakan, telah menyelesaikan jargas yang resmi beroperasi dan akan memenuhi kebutuhan 4.000 sambungan rumah (SR) yang terdiri dari 11 sektor.”Pembangunan jargas tersebut merupakan bukti dari komitmen pemerintah untuk mendukung percepatan konversi energi ke gas bumi,” kata Heri dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (7/10).

Jaringan gas tersebut antara lain memasok 512 SR berada di Kelurahan Kalijaga dan Harjamukti yang masuk dalam sektor 1. Sementara sektor 2 sampai 8 mencapai 2.350 SR yang berlokasi di Kelurahan Kalijaga.

Sektor 9 sebanyak 384 SR berada di kelurahan Kalijaga dan Argasunya serta sektor 10 dan 11 sejumlah 754 SR berada di kelurahan Argasunya.

Penyaluran gas ini merupakan kerjasama Kementerian ESDM dengan PT PGN yang mendapatkan penugasan dari Ditjen Migas untuk mengoperasikan jargas di 3 wilayah yaitu Rusun Jabodetabek 5.234 SR, Kota Cirebon 4.000 SR, dan Kabupaten Bogor 4.000 SR.

Menurutnya, cadangan gas bumi Indonesia diperkirakan cukup untuk dipergunakan selama 60 tahun ke depan. Sementara produksi minyak bumi, selama 5 tahun terakhir terus menunjukkan penurunan. Maka dari iru kata Heri , pemanfaatan gas bumi harus terus ditingkatkan, termasuk untuk sektor rumah tangga dan transportasi.
Editor: Yudho Winarto

Emoticons0051

JAKARTA- Perusahaan Gas Negara (PGN) berencana membangun pengisian bahan bakar gas (BBG) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang dekat aliran pipa gas PGN sebagai langkah mempercepat pembangunan infrastruktur di Jakarta.

“Jumlah infrastruktur Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan Mobile Refueling Unit (MRU) di Jakarta masih sangat terbatas hal itu bisa menjadi salah satu terobosan pengadaan infrastruktur,” kata juru bicara PGN Irwan Andri Atmanto di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, dari 700 km pipa PGN yang beroperasi di jakarta untuk kebutuhan rumah tangga, industri dan pusat perbelanjaan, ada 60 SPBU yang berpotensi disambungkan dengan pipa gas.

“Nanti modelnya di SPBU bisa dipasangi dispenser pengisian gas, bisa satu atau dua sehingga masyarakat akan lebih mendapatkan BBG,” katanya Pihaknya akan mengusulkan hal tersebut ke pemerintah supaya ada kerjasama dengan pemilik SPBU terutama yang berada di bawah naungan Hiswana Migas.

“Tentu terobosan ini butuh pembicaraan dengan pemilik SPBU, himpunan, dan BPH Migas sebagai regulator jembatan kerjasama,” kata Irwan.

Menurut Irwan, saat ini jumlah tempat pengisian BBG di Jakarta masih sedikit yakni baru ada 3 SPBG PGN, 14 SPBG mitra dan 3 MRU.

Tahun 2014 ini, lanjut dia, PGN juga akan menambah sekitar 12 tempat pengisian gas untuk mengatasi keterbatasan itu. “Intinya kita siap untuk menyambung saluran pipa gas ke SPBU, apalagi Pemprov DKI sangat mendukung konversi BBM ke BBG karena lebih murah dan aman,” katanya. (ant/gor)

 

http://investor.co.id/energy/pgn-akan-bangun-pengisian-gas-di-spbu/95013

Sumber : INVESTOR DAILY

gifi

JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) berencana menggandeng Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) untuk membangun 60 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di areal Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Lokasinya akan menyesuaikan dengan pipa 760 kilometer (km) milik PGN di DKI Jakarta.

Juru Bicara PGN, Irwan Andri Atmanto mengungkapkan, nantinya, 60 SPBG itu akan dibangun di DKI Jakarta; khususnya di daerah yang dekat dengan aliran pipa gas milik PGN. “Hampir ada di seluruh Jakarta, seperti Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara,” katanya kepada KONTAN, Minggu (14/9).

Irwan berharap, Badan Pengatur Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mau memfasilitasi rencana kerjasama dengan Hiswana Migas supaya bisa segera terwujud. “BPH Migas bisa membantu PGN menjadi jembatan ke pemerintah untuk bisa membangun SPBG,” jelasnya.

Jika kerjasama ini bisa terealisasi, Irwan memperkirakan setidaknya dalam waktu tiga bulan cukup untuk memasang pipa, memodifikasi lokasi, dan mendirikan bangunan SPBG di lokasi SPBU yang sudah berdiri. “Itu waktu yang dibutuhkan di luar izin dan pemesanan order alat,” terangnya.

Irwan menjelaskan, bentuk skema bisnis ini hingga ini masih dibahas oleh Hiswana Migas selaku pemilik SPBU dan PGN. Siapa yang akan menyediakan dispenser gas disetiap SPBU juga belum dipastikan. “Kami baru menyampaikan idenya,” ujarnya.

Dalam perkiraan manajemen PGN, untuk setiap SPBG yang dibangun PGN hanya membutuhkan investasi sekitar Rp 20 miliar. Artinya, untuk berinvestasi sebanyak 60 SPBG, dana yang dibutuhkan bisa mencapai Rp 1,2 triliun.

Total investasi sebesar ini tentu saja lebih murah ketimbang PGN berinvestasi sendiri. Sebab, dengan kerjasama ini, berarti PGN tak perlu lagi repot-repot membeli lahan sendiri.

Ide menggandeng pemilik SPBU itu bertujuan untuk mempercepat konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke BBG. “Apakah setuju atau tidak dengan rencana PGN, kami serahkan ke pemilik SPBU dan Hiswana Migas,” kata dia.

http://industri.kontan.co.id/news/pgn-mengajak-spbu-membangun-60-spbg

Sumber : KONTAN.CO.ID

Tinggalkan komentar