[One Shot] What’s So Good?

wha4FF ini ditulis oleh GSB (@sadanema) , bukan oleh saya (Rasyifa), saya hanya membantu untuk membagikannya di FFindo. Tolong berikan apresiasi kalian melalui jejak komentar setelah membaca. Terimakasih~
*Untuk melihat Daftar isi FF lainnya yang pernah dititipkan melalui saya, Klik disini

Cast : Jung Cheonsa – Kris Wu

Author : GSB (@sadanema)

Genre : fluff

Rating : PG – 17

 

 

“ Gosh! What’s so good about them?”

 

Cheonsa hanya memutar matanya, sama sekali tak menghiraukan Kris yang baru saja datang membawa pesanan mereka –segelas iced chocolate dan segelas frappe caramello. Pandangannya masih terpancang ke arah layar tab-nya, tepatnya pada sebuah video yang menampilkan lima orang pria idolanya yang tengah berinteraksi dengan penuh karisma.

 

Meski seluruh perhatiannya tersita pada video berisi lima orang yang tengah bercoleteh riang di layar tab-nya, ia masih dapat merasakan pandangan tajam Kris yang mengarah padanya. Ia bahkan bisa merasakan hawa kurang baik yang menjalari tengkuknya.

 

“ Cih..lihat pria berambut belah tengah itu, oh my! Kau lihat pria bermata besar tadi? Ia terlihat seperti seorang transgender bagiku.”

 

Tak tahan mendengar ocehan Kris, Cheonsapun mengalihkan pandangannya. Ia mendengus kesal dan matanya menatap nanar pria di hadapannya. Pria itu baru saja menghina Taehyun dan Jinwoo-nya! Cih, ia bahkan tidak pernah menghina Jessica atau Kwon Yuri saat pria itu menyaksikan kedua wanita kesayangannya itu.

 

“ Apanya sih yang bagus dari mereka? Meski mereka digabung jadi satupun, mereka tetap tidak akan lebih tampan dariku,” ucap Kris tanpa rasa menyesal.

 

Pria itu mau mati ya?

 

“ Aku tidak mengerti kenapa kau sangat menggilai mereka.” Pria itu menggeleng-gelengkan kepala, memamerkan ekspresi miris. Cihh…pria itu pikir ia adalah pria paling tampan di muka bumi ini, huh?

 

Cheonsa masih menatap tajam pria di hadapannya. Demi Tuhan, jika saja ia sedang tidak berada di sebuah kafe yang banyak pengunjungnya, ia pasti sudah menjambak rambut pria itu sampai tak bersisa sehelaipun di kepalanya. Ia memejamkan mata, memperingatkan dirinya sendiri. Abaikan si brengsek itu, cukup hiraukan lima pangeranmu, pikirnya dalam hati.

 

 

Ia kembali menatap layar tab-nya. Tersenyum begitu kelima anggota band bernama ‘WINNER’ itu bersorak mengucapkan selamat hari valentine dengan penuh suka cita. Tanpa ia sadari Kris terus memperhatikannya sejak tadi. Pria itu benar-benar tak habis pikir, ia terus mengerutkan dahinya, memicingkan matanya kemudian memutar matanya sambil menghela panjang.

 

“ Serius Cheonsa, kau menggunakan wi-fi kafe ini hanya untuk melihat lima-pria-aneh-yang-entah-bagaimana-sangat-kau-gilai itu mengucapkan selamat hari valentine?” pria itu menatapnya dengan heran. Memangnya seaneh itu ya? Cihh, pria itu bertingkah seperti tidak pernah sangat idiot karena ‘all things about his lovely girls’.

 

Cheonsa mengabaikan Kris, ia sama sekali tidak ingin terlibat perdebatan. Ia meneguk iced chocolate-nya sambil menggerakkan jari telunjuknya di atas layar tab.

 

“ Mereka benar-benar norak,” kata pria itu.

 

Cheonsa memejamkan mata sebelum kembali menatap Kris. “ Setidaknya mereka melakukan sesuatu yang tidak dilakukan seseorang,” sahutnya menyindir.

 

 

“ Memang apa hebatnya mereka? Mereka mengatakan itu di depan kamera. Mereka tidak mengatakannya di depanmu sambil menatap matamu tanpa harus berpikir lebih baik mati daripada bingung karena terlalu gugup.”

 

Tepat setelah pernyataan Kris, Cheonsa mengutuk dirinya sendiri. Ia belum siap mendengar hal-hal aneh dari mulut pria itu. Hal-hal aneh yang kedengarannya indah di dalam drama, tapi akan terasa begitu rumit jika Kris yang mengucapkannya. Rasanya seperti ada hawa panas yang menjalari seluruh tubuhnya, kemudian sensasi mencengkeram di berbagai bagian tubuhnya; telinga, wajah, kepala, dada, dan perutnya yang membuat ia ingin menenggelamkan wajahnya di bantal.

 

 

“ Aku juga tidak memintamu untuk mengatakan apapun, kan? Jadi diamlah dan alihkan pandanganmu.”

 

Cheonsa mengembuskan napasnya susah payah. Ia kembali menatap layar tab-nya, namun tidak seperti sebelumnya, kini ia tidak bisa merasa tenang. Ujung jemarinya mendingin dan gemetar. Ia berusaha mengendalikan dirinya, namun sia-sia saja.

 

Ia menyerah. Ia mendengus keras sebelum memalingkan pandangannya ke arah Kris. Pria itu masih memandanginya. Pantas saja ia merasakan hawa aneh di sekujur punggungnya.

 

“ Kan sudah kubilang–

 

Bibir Kris membungkamnya, menenggelamkan ocehan yang tak sempat ia selesaikan. Gejolak aneh itu kembali datang dalam jumlah jauh lebih besar. Benar-benar membuatnya membeku dan merasa panas.

 

Pria itu melakukan pekerjaannya dengan sangat baik, ia terus membelai bibirnya tanpa memberinya waktu untuk bernapas. Sensasi gatal menjalari ubun-ubun dan merangkak turun menguasai wajahnya. Cheonsa tidak bisa melakukan apapun selain memejamkan mata, menikmati setiap gerakan yang pria itu lakukan. Sial, ini bahkan lebih menyenangkan daripada mendapat tiket konser gratis band kesayangannya.

 

Kris kembali menyapu bibir bawahnya, mengulumnya lembut sebelum menjauhkan wajahnya. Dengan sebelah tangannya, pria itu menangkup wajahnya, mengusap pipinya pelan.

 

“ Aku tidak yakin aku bisa mengatakannya,” ujar Kris sambil berpikir keras. Matanya terpejam. Menjadi romantis dan mengucapkan kata-kata romantis yang menjijikkan bukanlah gayanya.

 

Setelah cukup yakin Kris kembali membuka matanya. Ia menatap Cheonsa serius, membuat gadis di depannya semakin gugup.

 

 

Happy valentine my valentine, Jung Cheonsa, my angel, my everything.” Setelahnya Kris menghela panjang.

 

Mendengar ucapan seperti itu terucap dari mulut Kris, Cheonsa tak bisa menahan matanya yang mengerjap beberapa kali. Ia menggigit bibir bawahnya. Seingatnya ia tidak segugup ini saat mendengar ucapan itu dari band kesayangannya.

 

 

“ Kau masih mau membandingkanku dengan lima orang pria payah itu? Sekalipun kau menggabungkan seratus pria menjadi satu, aku akan tetap lebih baik, percaya padaku.” Selagi Kris bicara, embusan napasnya terus mengempas lembut membelai wajah Cheonsa.

 

“ Memang apa yang membuat mereka lebih hebat dariku? Aku bahkan sudah mengucapkan hal yang sama seperti yang mereka katakan di video tadi, versiku malah lebih baik,” tukasnya dengan rasa bangga.

 

Cheonsa tak menjawab. Kali ini ia benar-benar tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan Kris. Walau sebenarnya bisa saja ia menjawab kalau lima pria itu memiliki suara yang jauh lebih baik dari milik Kris.

 

“ Bahkan kau tak bisa–

 

“ Kalau saja kau memberiku cokelat, boneka beruang yang besar, atau hadiah lainnya, mungkin kau bisa lebih baik dari mereka,” selak Cheonsa.

 

Kris mendecak pelan. “ Aku bahkan bisa memberimu sesuatu yang lebih baik dari semua itu.”

 

“ Benarkah? Tapi aku tidak melihat kau membeli sesuatu untukku. Berhenti membual kalau membeli cokelat atau boneka saja tidak bisa.”

 

“ Aku heran, apa gunanya semua uang yang menumpuk di rekeningmu itu?” lanjutnya sambil memutar matanya.

 

Selagi Cheonsa mengoceh, Kris hanya diam menyaksikan perubahan ekspresi gadis itu. Ekspresi kesal, sinis, ingin muntah, semuanya.

 

“ Kau mengomel hanya untuk cokelat dan boneka beruang? Seriously?” Kris berdecak pelan, mengejek sikap kekanakan gadis itu.

 

Cheonsa mengalihkan pandangannya, walau tak bisa mengalihkan wajahnya sekalian. Salahkan Kris dan tangan besarnya yang masih menangkup wajahnya.

 

“ Dengar, aku bisa membelikanmu cokelat atau boneka beruang hanya dengan uang di dompetku. Aku tak perlu mengeluarkan isi rekeningku hanya untuk barang-barang seperti itu,” ujar Kris dengan sisa-sisa senyum geli di wajahnya.

 

“ Kau tahu apa gunanya semua uang di rekeningku?”

Cheonsa mendesah. Bisa tidak, pria itu langsung saja?

 

“ Memangnya apa?”

 

 

Kris memajukan wajahnya, menatap Cheonsa lebih dekat, membuat gadis itu menahan napasnya.

 

“ It’s for our future–– “ Kris menahan kata-katanya, ia menatap Cheonsa seksama. Mengamati wajah tercekat di depannya.

 

“––and our babies of course.” Pria itu mengusap wajahnya sebelum mengecup bibir Cheonsa–lagi. Membungkam Cheonsa yang baru saja ingin menyuarakan protesnya. Cheonsa memejamkan matanya, menikmati sensasi lembut dan hangat yang pria itu berikan.

 

“ Bagi semua orang, hari ini adalah hari valentine. But for me, as long as I’m with you everyday is valentine day,” bisik Kris di bibirnya.

 

 

Oh..sepertinya Kris benar. Sekalipun seratus pria digabungkan menjadi satu, pria itu akan tetap lebih baik. Kalau begitu apa hebatnya kelima orang personil band kesayangannya?

 

 

Ckk, mereka bahkan tak pernah bisa lebih baik dari pacarku. Astaga, apa yang kupikirkan? Lupakan! Sepertinya aku mulai kehilangan akal sehatku. Damn Kris!

Jung Cheonsa

 

 

 

 

END

Heii…aku balik.. ada yang masih inget? *sok memorable deh* oke deh…aku bingung mau ngomong apa. Sekedar info aja ff ini udh pernah dipublish di blog-ku khusus valentine project. Ya udh itu aja, makasih buat admin yg udh bantu publish dan makasih buat siapapun yang udah baca. Kritik dan saran kalian sangat aku harapkan..

 

Regards,

 

GSB

 

2 responses to “[One Shot] What’s So Good?

Leave a comment