Refleksi Transformasi

Namun satu hal yang dapat aku resapi, adalah ketika terjadi penggabungan, kamu dapat memilih dua hal: ikut berlari untuk mengembangkan almamater, atau tetap bertahan dengan benderamu sambil berdalih “saya yang paling lama di sini”.

Cilacap, DH – “TEAM 2010!!! IMT! IMT! IMT!”. Masih gaung terdengar dalam ingatan, bagaimana akang teteh menyambut kami, mahasiswa baru angkatan 2010, dalam kegiatan Orientasi Kegiatan Mahasiswa Baru (OKMB) empat tahun silam.

Prosesnya berjalan biasa saja, meski harus meraba-raba mindsetting untuk kehidupan di kuliah selama empat tahun di sana.

Tahun pertama, kedua hingga ketiga sukses dilalui dengan raihan IPK di atas tiga koma. Hingga selanjutnya masuk di tahun keempat, tahun di mana mahasiswa baru pun tidak mengerti bagaimana kemudian almamater ini menetapkan tujuannya untuk bertransformasi.

image

Ya, almamaterku hingga tahun ketiga adalah Institut Manajemen Telkom. Selain ada tiga institusi lain yang menjadi tanggung jawab Yayasan. Diantaranya Institut Teknologi Telkom, Politeknik Telkom dan Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Telkom.

Pada tahun 2013, arah transformasi mulai ditetapkan dan dijalankan. Maka lahirlah Telkom University.

Kelahiran yang berwujud penamaan, penetapan tata kelola manajemen, perubahan warna hingga identitas. Semuanya berubah….. semoga ke arah yang lebih baik.

Segala proses transformasi ini tentu bersinggungan dengan segala budaya dan lingkungan sosialnya yang berasal dari empat kultur tadi. Organisasi mahasiswa, pola hubungan staf dan dosen, hingga pola pikir perilaku masing-masing pengibar bendera almamater tadi.

Sampai-sampai kelahiran ini juga, tentu berpengaruh signifikan pada kelulusanku di tahun keempat. Anekdot yang kemudian muncul dari signifikansi ini adalah aku masuk ke dalam rumah “IM Telkom”, kemudian keluar dari rumah “Telkom University”.

Namun satu hal yang dapat aku resapi, adalah ketika terjadi penggabungan, kamu dapat memilih dua hal: ikut berlari untuk mengembangkan almamater, atau tetap bertahan dengan benderamu sambil berdalih “saya yang paling lama di sini”. (*)

Leave a comment