Diposkan pada Novel, Review, Tantangan Membaca Haru

Review – The Wind Leading To Love

image

Judul: The Wind Leading to Love
Penulis: Ibuki Yuki
Diterbitkan oleh: Penerbit Haru
Jumlah halaman: 342 halaman
Tahun terbit: Februari 2015 – cetakan pertama

Sinopsis:
Rasa sakit itu merupakan bukti kalau kita masih hidup.

Suga Tetsuji depresi.
Menuruti saran dokter, dia mengasingkan diri di sebuah kota pesisir, di sebuah rumah peninggalan ibunya. Namun, yang menantinya bukanlah ketenangan, tapi seorang wanita yang banyak omong dan suka ikut campur bernama Fukui Kimiko.

Fukui Kimiko kehilangan anak dan suaminya, menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab kematian mereka berdua. Dia menganggap dirinya tidak pantas untuk berbahagia.

Setelah menyelamatkan Tetsuji yang nyaris tenggelam, Kimiko menawarkan bantuan pada pria itu untuk membereskab rumah peninggalan ibunya agar layak jual. Sebagai gantinya, wanita itu meminta Tetsuji mengajarinya musik klasik, dunia yang disukai anaknya.

Mereka berdua semakin dekat, tapi….

Review:
“Musik memang bagus.
Siapa.pun bisa menyendiri di dalamnya hanya dengan menambah volume suara. Tak ada yang perlu dipikirkan. Tak ada yang perly dirasakan. Yang perlu dilakukan hanyalah memasrahkan tubuh pada alunan lagu.”

“Rasa sakit itu merupakan bukti kalau kita masih hidup.”

Buku yang berisi musik klasik dan kota pesisir. Buku yang diberi rate dewasa. Buku yang berisi permasalahan orang-orang yang sudah dewasa.

Kimiko bibi-bibi cerewet dan semangat. Suga Tetsuji pria kota yang terlihat tidak bahagia dengan hidupnya. Mereka berdua dipertemukan karena ketidaksengajaan. Berkat sikap suka ikut campur Kimiko mereka menjadi dekat. Bahkan menjadi partner dalan mendengarkan lagu klasik. Lagu kesukaan Tetsuji, ibunya dan anak Kimiko. Kimiko belajar musik klasik pada Tetsuji dan sebagai gantinya Kimiko harus membereskan rumah peninggalan ibu Tetsuji agar menjadi layak jual.

Kukira ini novel romance biasa. Yang banyak kisah manis di dalamnya tanpa ada unsur membuat kepala pusing. Hehehehehe. Tapi percintaan yang dialami oleh dua orang yang bahkan sudah sama-sama menikah, meskipun suami Kimiko sudah meninggal, ternyata tidak sesederhana kisah cinta remaja. Selain karakter juga pengalaman hidup sebagai orang dewasa yang mempengaruhi hubungan mereka, situasi di sekitar juga berpengaruh besar dalam hubungan mereka.

“Manusia maupun benda akan mengalami perubahan. Tidak ada yang bisa menghindari hal itu.

Jika itu benar, maka kita hanya bisa berusaha untuk melewati semua perubahan itu tanpa rasa takut. Tentu saja sambil mengharapkan sebuah masa depan yang lebih baik.”

Di sini, karakter Tetsuji berkembang menjadi lebih baik. Ia yang awalnya datang ke Miwashi dengan predikat ‘depresi’ dari dokter bisa sembuh dari penyakit tersebut. Ia makin berani memutuskan masa depan cintanya. Setelah sebelumnya hanya pasrah dan tak mampu berbuat apa-apa. Setidaknya, Tetsuji jadi bersemangat hidup lagi.

Dan ternyata di balik karakter Kimiko yang cerewet, ingin tahu dan suka ikut campur, ada titik di mana ia hanya berpura-pura. Ya, berpura-pura bahagia. Mengajarkan aku bahwa orang dewasa nggak pernah sepenuhnya jujur dengan perasaan mereka. Banyak yang pura-pura bahagia hanya untuk menenangkan orang-orang di sekitarnya.

“Suara ombak adalah nada, empasan ombak adalah ritme melodi.”

“Suara ombak adalah surga. Ritme ombak yang mencapai pantai adalah undangan untuk mabuk kepayang.”

Setting novelnya cantik. Membayangkan pesisir Miwashi yang indah membuat aku ingin ke pantai. Hanya untuk merenung di pinggirannya. Pasti menyenangkan. Hehehehehehe. Dan penggambaran suasana pantai yang disamakan dengan musik benar-benar membuat gila dan mabuk kepayang.

Musik klasiknya. Ini pemicu kedekatan mereka juga. Meskipun awalnya sedikit konyol. Kimiko kesulitan mempelajari musik yang juga disukai anak lelakinya itu. Musik yang bisa jadi sangat membosankan bagi orang yang tak menyukainya.

Endingnya berjalan dengan jalan yang tak terduga. Ada kenyataan-kenyataan yang bisa ditebak sebelumnya. Ada kenyataan yang bahkan tak sempat terpikirkan juga oleh tokoh-tokohnya. Benar-benar cerita yang menguras emosi dan tenaga. Hehehehehe

4 of 5 star for this book.

 

 

NB:
Kalo pengen lihat review buku Haru dan Springku yang lain, bisa klik klik di sini atau review buku selain buku haru bisa mampir ke sini.

Penulis:

Penggila Buku Penimbun Buku Elf Clouds String Yesung and Henry Fans Everlasting Friends of Super Junior

4 tanggapan untuk “Review – The Wind Leading To Love

  1. looks like u prefer read the japan story than the English, sering baca novel terjemahan tapi bukan Jepang, palingan Inggris kayak serial percy jackson, evermore, tunnels, dll. pernah bacakah? thumbs up for those stories, u won’t regret

    1. Sebenernya pengen banget baca serial english. Tapi… belum bisa belinya. Kekekekekeke

      Kalo baca ebook malasnya ampun2. Karna hp sumber sosmed yang ganggu baca banget. Hehehehehe

Tinggalkan komentar