Masterpiece : my creative process

Berakhirnya GPMB XXX di 2014 juga menandakan 10 tahun saya bergabung dan berkarya di MBUI. Jika mengingat lagi dari sejak pertama bergabung, saya masih ingat sampai sekarang bahwa lagu pertama yang saya buat untuk MBUI adalah House of the Rising Sun, lagu bernuansa Jazz yang pernah dimainkan beberapa kali oleh Blue Devils di DCI. Itu lagu yang digunakan sebagai lagu Music Camp MBUI 2004, ketika belum genap setahun saya bergabung dengan MBUI. Jika mengingat-ingat lagi 10 tahun saya bersama MBUI, saya belajar banyak hal dalam membuat sebuah karya, baik itu bersama MBUI maupun bersama unit lain. Tentunya ada karya-karya yang menurut saya berhasil, memuaskan saya, mendapat tanggapan positif, namun ada juga karya-karya saya yang bisa dibilang kurang berhasil (walaupun mungkin mendapat tanggapan positif). Disini saya memberi judul ‘Masterpiece : my creative process’, karena ini merupakan karya-karya saya yang saya cukup puas dengan konsep/aransemen yang saya buat, tanpa melihat eksekusi akhir di lapangan, dan saya mencoba berbagi bagaimana perkembangan alur berpikir saya dalam membuat sebuah karya. Saya memilih 10 karya sesuai dengan 10 tahun saya mengenal dan menyayangi MBUI, dan saya urutkan berdasarkan tingkat kepuasan saya terhadap hasil akhirnya.

10.Naik Kereta Api (MBUI)

https://www.youtube.com/watch?v=hqOMhbE5jpo

Lagu pertama yang saya aransemen untuk kejuaraan, GPMB 2007. Awalnya lagu ini hanya dibuat iseng-iseng oleh saya dan Ditto, kemudian ketika akhirnya dijadikan lagu untuk GPMB, saya melakukan revisi lagi di sana-sini. Saya ingat waktu itu membuat lagu ini di studio Bang Marko Sebira, ditemani oleh Nimon, kurang lebih pengerjaannya selama 2 hari, kemudian disupervisi oleh Nimon. Pada GPMB tahun 2007, juri perkusi adalah James Ancona, beliau adalah mantan arranger perkusi Glassmen, kemudia menjadi asisten Jim Casella di Santa Clara Vanguard, dan ketika menjadi juri, beliau menjadi salah satu staff pit di Cavaliers. Lagu ini mendapat feedback yang sangat baik dari James Ancona, dan waktu itu perkusi MBUI berhasil meraih peringkat pertama di GPMB. Arranger lagu ini adalah Ditto di brass, Nimon di Pit, dan saya di Battery.

9.Andai Aku Bisa (MBWV SMUN 14 Jakarta)

https://soundcloud.com/laughs-per-minute/andai-aku-bisa-for-indoor

Pada tahun 2013 saya diajak untuk menjadi arranger untuk MBWV dari SMUN 14 Jakarta, pada tahun-tahun sebelumnya juga saya sempat terlibat beberapa kali dalam aransemen mereka, namun kali ini event yang akan mereka ikuti adalah TAMA Marching Percussion Contest. Di lomba kali ini mereka meminta saya untuk membuatkan paket yang isinya lagu-lagu dari (alm.) Chrisye. Mereka tidak memberikan patokan khusus seperti jalan ceritanya, ataupun lagu apa saja yang hendak dimainkan. Dari sini saya mengolah ide sendiri, saya dengarkan lagu-lagu Chrisye, dan coba mengerti arti dari lagu-lagu tersebut. Akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada 3 lagu yaitu, ‘Andai Aku Bisa’, ‘Kala Cinta Menggoda’, dan ‘Untukku’.

‘Andai Aku Bisa’ saya jadikan tema utama dalam paket ini. Alur ya saya buat adalah semacam flashback seseorang ke salah satu fase kisah cintanya. Secara garis besar, cerita yang ingin saya sampaikan adalah seorang yang tidak mungkin mencintai kembali orang yang masih mencintainya. Terjadi flashback bagaimana awalnya mereka bertemu dalam ‘Kala cinta Menggoda’, yang saya sampaikan dengan karakter musik yang berbeda jauh dari aslinya, saya membuat progresi layering musik yang semakin padat namun tetap lincah, layaknya perasaan kita yang baru jatuh cinta kemudian rasanya semakin membesar dan ‘menebal’. Harapan itu berubah menjadi semacam doa pada bagian ‘Untukku’. Disini saya mencoba membuat atmosfir lagu yang lebih dreamy, layaknya seorang yang berdoa sekaligus bermimpi dia akan bisa bersama orang yang dia sayangi tersebut. Ada sedikit layering dinamik untuk menambah sedikit tekstur dari battery, mewakili perasaan seseorang yang turun naik ketika sedang jatuh cinta dan berdoa. Namun pada akhirnya dia sadar bahwa dia tetap tidak bisa bersama kembali orang itu, sehingga saya memilih kembali ‘Andai Aku Bisa’ sebagai penutup. Jika di awal atmosfirnya lebih ke arah pleading, disini atmosfir yang coba saya buat lebih ke arah putus asa bercampur marah, namun akhirnya dia memilih untuk merelakan itu.

Pada lomba ini, MBWV memperoleh peringkat kedua untuk divisi sekolah, dan mendapat peringkat 1 untuk musik, yang dinilai oleh (alm.) Rene Conway. MBWV ‘tersandung’ dari segi visual. Juri pada lomba ini adalah Rene Conway untuk menilai musik, Kosin (Thailand) untuk penilaian visual dan Tom Float (USA, salah satu living legend Blue Devils) yang menilai General Effect.

8.Street Parade TIMBC 2012 (MBUI)

Apuse, Cublak-cublak Suweng, Sipatokaan

Pada tahun 2012 ketika MBUI mengikuti lomba TIMBC, saya dan Ditto dipercaya untuk membuat materi untuk mata lomba Street Parade. Ada 4 lagu yang kami pilih, yaitu ‘Apuse’, ‘Sipatokaan’, Drumline Cadence, dan ‘Cublak Cublak Suweng’. ‘Cublak-cublak Suweng’ dipilih sebagai materi untuk mini display menjelang akhir rute parade, sedangkan 3 lagu lainnya dimainkan bergantian ketika sedang berparade di jalanan kota Ubon Ratchatanni, Drumline Cadence (dibuat oleh Wahyu dan Ditya) digunakan supaya brass dan color guard bisa beristirahat sejenak ketika berparade.

Kalau diminta untuk memilih, saya pribadi sangat puas dengan hasil aransemen Sipatokaan, kemudian Cublak-cublak Suweng dan Apuse. Karena Sipatokaan dianggap lagu yang menyenangkan untuk didengar, groovy dan saya masih ingat ketika pasukan parade samapi kembali di depan hotel tempat menginap (akhir rute parade), disana kami semua berjoget bersama sambil memainkan Sipatokaan, sangat meriah, dan bahkan beberapa anggota band lain dari negara lain juga ikut berjoget bersama kami. Untuk Sipatokaan sediri, setelah saya dengarkan kembali, lagu asal Jawa Timur ini ternyata perkusi cenderung lebih kental warna groove gendang Jawa Barat dan Betawi, dibandingkan dengan karakter Jawa Timur sendiri. Pada lomba ini kami meraih tempat ke-2 di semua caption, dikalahkan oleh E-Sarn yang meraih nomor 1 pada semua caption.

7.James Bond Suite (Delta Corps Symphony Sidoarjo)

https://soundcloud.com/laughs-per-minute/james-bond-suite

Tahun 2013 saya mendapat tawaran untuk aransemen sebuah band yang jauh di Jawa Timur sana. Saya belum pernah bekerja sama dengan mereka sama sekali, waktu itu mereka berkeinginan untuk ikut Percussion Contest di Langgam Bali, dan mereka ingin diaransemen oleh Nimon, dan waktu itu Nimon memberikan kesempatan tersebut kepada saya. Karena dianggap masih sama-sama anak UI dan masih ‘satu-aliran’, maka DCS mau meng-hire saya untuk menjadi arranger. Tema yang ingin mereka mainkan adalah James Bond, namun -seperti MBWV- mereka membebaskan saya untuk memilih lagu dan membuat alur cerita.

Ketika itu saya kebetulan sedang suka ‘Skyfall’ yang dibawakan Adelle, maka awalnya saya membuat aransemen kasar lagu itu dan saya serahkan ke DCS, dan mereka suka. Kemudian saya mulai menggodok jalan cerita paket tersebut. Jalan cerita yang saya ambil sebenarnya sangat sederhana, saya hanya membayangkan sebuah film James Bond, beberapa adegan yang pada umumnya ada di film-film James Bond, setelah saya bayangkan adegan itu, saya mencoba berpikir layaknya seorang pembuat Soundtrack film, jika adegan A, maka kira-kira musik seperti apa yang cocok untuk menjadi musik latarnya? Beberapa adegan yang saya kira cukup ‘tipikal’ film James Bond adalah kejar-kejaran mobil, sisi flamboyan Bond dalam sebuah pesta, adegan-adegan bersembunyi yang atmosfernya menegangkan, tembak-tembakan, dan mengalahkan arch-enemy di dalam film tersebut. Secara garis besar, paket ini saya bagi menjadi 3 Movement besar (1a, 1b, 2, dan 3).

Movement 1a adalah adegan kejar-kejaran mobil, saya menggunakan kord dasar dari theme song James Bond yang melegenda, saya transfer ke marimba menjadi kord ostinato yang berulang dan drumset sebagai ‘bahan dasar’ menciptakan atmosfir tegang dan dikejar-kejar, di atasnya saya ‘lapisi’ Battery dan Pit lainnya untuk membuat alur emosi. Di kala kejar-kejaran itu, saya membayangkan Bond berhasil lolos sebentar, dan mengemudi pelan-pelan, diwakili oleh sedikit selipan tema James Bond yang terkenal. Ketika akhirnya musuhnya menemukan dia kembali, musik kembali ke ostinato di part sebelumnya. Pada Movement 1b, Bond terpojok, terpaksa keluar dari mobilnya, dan dilanjutkan adegan tembak-tembakan, awal bagian ini diantarkan oleh tenor sebagai jembatan musik, dan tidak melodi sama sekali, hanya auxillary percussion dari pit. Battery sedikit memberikan efek tembak-tembakan lewat aksen. Dan di akhir saya membayangkan ledakan yang besar dan akhirnya Bond berhasil lolos dari keadaan ini.

Setelah lolos, adegan berpindah ke sebuah pesta (Movement 2), Bond kembali menyamar, musik yang saya buat adalah semacam Rock-Jazz dengan half-time feel, dan menggunakan ‘Skyfall’ sebagai melodi utamanya. Bagian berikutnya (Movement 3), secara sederhana, hanya bercerita tentang bagaimana Bond berhasil mendapatkan tujuan utamanya dalam penyamarannya, kemudian muncul sang arch-enemy, dan konfrontasi terakhir diselesaikan dengan baik oleh Bond. Pada Movement 3 saya tetap menggunakan ‘Skyfall’ sebagai bahan dasarnya, namun saya ubah sedikit atmosfir lagunya supaya sesuai dengan jalan cerita yang saya inginkan.

6.Drumbattle IOMBC 2011 (MBUI)

https://www.youtube.com/watch?v=r9W6x36qaqQ

Tahun pertama saya dipercaya untuk mengkonsep sendiri drumbattle untuk MBUI. Ini merupakan lomba drumbattle ke-4 yang diikuti MBUI, 3 perlombaan sebelumnya saya selalu dibantu oleh Nimon baik dalam penggarapan konsep, pembuatan musik, penggarapan visual maupun pada pengerjaannya di lapangan, namun di tahun ini, semua dipercayakan kepada saya sendiri baik ketika membuat musiknya, membuat display & visual, dan ketika pengerjaan di lapangan pun Nimon tidak terlalu intens seperti dalam 3 drumbattle sebelumnya. Dalam pembuatan konsep display saya dibantu oleh Erwin, saya yang menentukan konsepnya, dan Erwin yangmenterjemahkan ke dalam bentuk display, dan untuk visual-visual body movement dan visual cymbal juga dibantu oleh teman-teman yang lain Ketika mengerjakan proyek ini, saya sangat terinspirasi dari Bluecoats 2010, dan saya mencoba lebih berani dalam mengeksplor aransemen cymbal. Semua mendapatkan tanggapan yang positif, banyak yang menyukai paket drumbattle UI 2011 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dan ternyata cukup banyak juga yang terinspirasi untuk lebih mengeksplor cymbal ketika melihat paket ini. Komentar yang sering saya dengar “wah kayak bukan UI!” (dalam artian jauh lebih rapih dari biasanya), dan komentar salah satu juri “just like looking at Indonesia’s Santa Clara Vanguard”.

5.Overture 2013 (MBUI)

https://soundcloud.com/laughs-per-minute/overture2013revisi

Tahun 2013 MBUI membawakan paket yang cukup kompleks dan sangat memiliki depth dari pesan yang ingin disampaikan. Pada awalnya, tema yang ingin diusung adalah tentang Pandawa Lima, namun bukan versi dari kebudayaan Jawa, tapi dari versi asli agama Hindu, tepatnya dari kitab Bhagavad Ghita. Konsep aransemen yang ditawarkan pun agak berbeda dibanding dari tahun-tahun sebelumnya, berisi 5 lagu, dibuka dengan Overture, dan sisa 4 lagu lainnya adalah berdasarkan pengembangan dari bagian-bagian pecahan Overture itu. Overture sendiri awalnya dibuat sebagai pengenalan terhadap kelima tokoh Pandawa, dimulai dari theme song yang menggambarkan ilustrasi Dewa Khrisna yang ingin mengisahkan kisah kepahlawanan kelima Pandawa, kemudian masuk ke bagian lagu Yudhistira (dikembangkan oleh Bang Marko dan Nimon, dan berubah menjadi ‘Kerok’), Bima (dikembangkan oleh Ditto dan saya, dan berubah menjadi ‘Ksatria’), Arjuna (dikembangkan oleh Bang Andreas dan Nimon, dan berubah menjadi ‘Tulus’), dan Nakula Sadewa (dikembangkan oleh Nimon, dan berubah menjadi ‘Alam’).

Konsep seperti ini menarik karena sebagai salah satu arranger Overture yang berdurasi 3:20, saya harus mampu mengangkat atmosfir tiap bagian tokoh dengan maksimal. Contohnya adalah Yudhistira karakter pemimpin yang menghadapi banyak masalah, lagunya kompleks baik ketukan maupun TIme Signature. Kemudian Bima, kuat, kasar, berat, ketiga kualitas tersebut juga harus sampaikan lewat aransemen. Lalu Arjuna yang flamboyan dan ahli strategi, saya sampaikan lewat layering di battery, di bawah melodi yang mengalun ada tekstur mars yang ringan dari battery. Dan terakhi Nakula Sadewa, lincah, sulit ditebak, saya sampaikan lewat metric modulation yang agak tersamar dengan birama dasar 3/4, ada sebagian ketukan di not 1/4 kemudian saya ubah menjadi feel 1,5 beat agar lebih mengalir, dan kembali menjadi lincah.

4.Scene Konstruksi & Kecelakaan Kerja MBiC 2 (MBUI)

https://soundcloud.com/laughs-per-minute/scene-konstruksi

https://soundcloud.com/laughs-per-minute/scene-kecelakaan-kerja

Di MBiC 2, saya dipercaya oleh Mbak Har sebagai produser, untuk menggarap konsep dan musik salah satu scene, yaitu scene tentang pekerja konstruksi, sangat menantang. Menantang karena ini akan dimainkan dipanggung, berbentuk semi-teater, dan durasi yang diminta sangat panjang (sekitar 8 menit). Dari scene konstruksi dan kecelakaan kerja ini ada 4 movement besar, yaitu Mov. 1, Mov. 2, Mov. 3 (Trepak dari Nutcracker Suite) dan Mov. 4 (kecelakaan kerja). Untuk aransemen battery ada Ditya yang membantu di Mov.1, dan Wahyu di Mov.3, sedangkan display dikerjakan sepenuhnya oleh Taufiq.

Cerita yang saya buat adalah tentang seorang pekerja konstruksi yang baru bangun pagi, kemudian dia berangkat bekerja dan mulai memasuki area kerjanya, kemudian lama kelamaan rekan-rekan kerjanya berdatangan dan mulai sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Lalu saya membayangkan seperti dalam adegan fil yang spot kameranya selalu berpindah setiap beberapa saat. Menyorot orang yang mengebor, orang yang memotong kayu, menggunakan alat berat dan lain sebagainya. Dari segi musik, saya gambarkan suasana seperti baru bangun pagi, kemudian bergegas berangkat, kesibukan yang semakin bertambah saya wakili denganinterlocking pattern di pit, antara wood instrument dan metal instrument saling tumpang tindih, ditambah warna suara ringan, berat, nyaring, teredam di battery sebagai tekstur suara di bawahnya. Kemudian bayangan kamera film yang zoom out menyorot konstruksi secara keseluruhan, diwakili dengan pola-pola unison di perkusi (sebelumnya partukulir, ketika kamera berpindah-pindah). Dan suasana menjelang istirahat, memainkan pola yang mirip seperti awal, dan instrumen yang berbunyi perlahan menghilang satu persatu, area pekerjaan menjadi semakin sepi. Ketika istirahat, suasana yang ingin ditampilkan adalah ada seorang pekerja yang sedang sedih dan lelah, teringat keluarganya yang jauh, diwakili oleh kord minor yang legato dari pit. Kemudian seorang teman datang, duduk di sebelahnya, menawarkan makan siang dan menemaninya ngobrol, nada yang dikeluarkan pit agak sedikit mayor, tapi masih dalam nuansa ballad.

Bagian berikutnya saya menggambarkan suasana setelah makan siang, tenaga dan stamina sudah pulih, mereka menjadi bersemangat bekerja kembali. Saya membayangkan energi, ketangkasan, kelincahan, dan semangat, oleh karena itu saya memilih ‘Trepak’ dari Nutcracker Suite untuk menjadi lagunya.

Setelah selesai dari scene konstruksi, saya harus membuat scene kecelakaan kerja. Suasana yang saya bayangkan adalah kelelahan, letih, kurang konsentrasi maka terjadilah kecelakaan kerja. Awalnya saya membuat suasana yang ‘berat’, dengan feel cut-time, warna suara yang berat dan kaku untuk menunjukkan kelelahan. Feel menjadi agak naik sebentar, namun keadaan malah menjadi kacau. Keadaan ini saya wakili dengan progresi dissonant chord -yang mudah membuat kita merasa tidak nyaman ketika mendengarnya- di pit, dan building dinamik & layering di battery. Puncaknya makin kacau, saling tumpang tindih, dan terjadi kecelakaan. Ketika terjadi kecelakaan, adegan yang saya bayangkan adalah seorang yang terjatuh kemudian semua gerak terasa lambat (slow motion), dan hanya ada suara degup jantung dari rekan-rekan kerja yang melihat seorang rekannya terjatuh.

3.Drumbattle TIMBC 2012 (MBUI)

https://www.youtube.com/watch?v=FEH1_McxzQE

Sama seperti di tahun 2011, untuk proyek Thailand 2012, selain dipercaya untuk memegang street parade, saya juga dipercaya untuk membuat konsep dan materi untuk drumbattle. Saat ini, cukup banyak putar otak karena ukuran lapangan drumbattle yang cukup kecil jika dibandingkan dengan drumbattle sebelum-sebelumnya. Setelah berpikir bagaimana supaya setiap section bisa ‘adil’ mendapatkan peran masing-masing dalam drumbattle, saya mulai mengeksplor secara visual kira-kira apa saja yang bisa saya lakukan dengan lapangan sebesar itu, muncul ide dari mulai bentuk memanjang ke belakang, permainan secara vertikal (naik turun badan) untuk lebih memperjelas bagian yang ingin ditonjolkan, sampai mencari gimmick (duet snare yang rumit, cymbal yang crossing ke depan dengan 2x melompat, sampai gerakan ala viper-nya SCV di ending lagu 2) untuk membuat penonton tepuk tangan.

Secara musik, saya berusaha ‘adil’ agar semua section mendapatkan jatahnya menunjukkan kebolehannya. Memutar otak untuk lagu 2 yang ingin saya buat berbeda tempo tanpa harus ada jeda/tetap tersambung dan tanpa ada accelerando. Saat itulah saya belajar membuat hitungan-hitungan matematis untuk melakukan metric modulation. Hasilnya, di lagu 2 ada perpindahan tempo tanpa jeda, dari tempo 124 BPM tersambung secara natural ke tempo 187 BPM.

Banyak sekali sambutan positif, sama seperti di IOMBC 2011, seperti “makin bukan kayak UI, tapi masih UI!”, atau “UI gila dan berani banget mainnya!”. Di babak penyisihan kami berhasil mendapatkan poin tertinggi bahkan di atas BKK dan E-Sarn, namun di final akhirnya dikalahkan E-Sarn.

2.Whiteout (MBWG)

https://soundcloud.com/laughs-per-minute/drum-corps-mbwg-whiteout

Kali ini, di tahun 2014, saya bermain di luar kandang untuk kejuaraan yang besar, saya bersama Ditto, Dedi, dan Anjar dipercaya untuk membuat konsep dan memberikan materi untuk MBWG ITB. Dari kelima lagu yang kami buat untuk MBWG, saya pribadi sangat puas dengan lagu ke-4, ‘Whiteout’. Secara garis besar, Ditto sebagai program director mengkonsep lagu ini dengan alur cerita tentang kekuatan asing dari luar yang jahat yang mencoba untuk memisahkan Anna dan Elsa, di tengah-tengah ada percussion feature, dan puncak dari lagu ini sendiri adalah ketika hening dan akhirnya Anna menjadi beku, seperti adegan di dalam film.

Secara musik, pertama kali mendengarpun saya sudah langsung suka dengan lagunya. Lagi-lagi disini saya memainkan metric modulation, yang terkesan berpindah tempo dari cepat, ke lambat, dan kembali ke cepat. Tempo cepat lagu ini adalah 170 BPM, saya menggunakan perhitungan matematis 4/6 x 170 BPM untuk perhitungan metric modulationnya, dan kembali lagi ke 170 BPM (menit 1:10-1:20, terkesan berganti tempo). Kemudian kesulitan yang lain adalah ketika PF, dimanapola 5/4 harus saya masukkan dalam ruang 3/4. Di lagu ini saya cukup banyak bereksperimen dengan hitungan-hitungan matematis, seperti main pola 5 dalam 2, 3 dalam 4, dan 4 dalam 3.

1.Enggo Lari (MBUI)

https://soundcloud.com/laughs-per-minute/movement-2-2012-enggo-lari

Tidak perlu panjang-panjang, pertama kalinya saya dipercaya membuat aransemen perkusi untuk kejuaraan, dan langsung kejuaraan berskala internasional. Secara garis besar, Enggo Lari adalah lagu dari kepulauan Maluku yang bercerita tentang anak-anak yang bermain petak umpet. Saya hanya dibekali “nih bikin pit dan battery Enggo Lari, konsepin PPF-nya dan genre lagunya Calypso”. Saya sendiri belum pernah membuat lagu berirama Calypso. Calypso sendiri adalah jenis musik yang asalnya dari kepulauan Karibia, tipikal lagu-lagu pantai yang kebetulan cocok dengan Maluku, sama-sama kepulauan.

Ide musik yang saya buat untuk bagian PF adalah, adegan kejar-kejaran anak kecil yang ketahuan tempat bersembunyinya, hingga sampai akhirnya dapat Inglo/Enggo/Markas/Home. Kebetulan di lagunya kord yang tersedia juga berkesan ‘naik’ tensinya, jadi cocok untuk dimasukkan ke dalam bagian PF. Satu hal yang membuat saya senang dan bangga adalah ketika di GPMB 2014 di akhir lagu Enggo Lari Junt Minalai berkomentar “I like the way you write your music, very smart!”. Komentar sederhana itu benar-benar membuat saya bersemangat untuk belajar lebih banyak lagi.

#####

Kini saya sendiri masih ingin mencoba banyak hal dan bereksperimen dalam membuat sebuah karya, beberapa hal yang perlu saya asah adalah tentunya teori dasar musik itu sendiri, seperti pembagian suara (voicing), layeringchord progression dan lebih bisa membayangkan bagaimana kira-kira nanti bentuk akhir di lapangan, karena kadang hasil akhir di lapangan dan di audio bisa sangat berbeda jauh. Dan sepertinya sudah saatnya saya mulai mencoba membuat aransemen brass dari lagu sederhana, sebetulnya pernah, membuat lagu ‘Surabaya’, yang diminta oleh DCAS untuk parade hari Pahlawan, namun memang masih terasa sangat datar dan monoton menurut saya.

Yang jelas, butuh kemampuan untuk mengenali karakter lagu asli (jika mengaransemen ulang), mengerti emosi yang ingin disampaikan, dan bersabar dalam pembuatannya, karena semua pembuat karya yang brillian di baliknya selalu ada tumpukan besar karya-karya yang gagal.


About this entry