Elha Husnan

Man Syakka Wajada

Aliran Sesat

Seumpama ada pertanyaan untuknya, “kamu ikut aliran mana?”, sudah pasti Warimin tidak bakalan mau menjawab. Bukan karena tidak beraliran, sehingga dia bungkam dari pertanyaan tersebut. Orang yang senantiasa mengambil kesimpulan atau mengasosiasikan sikap diam dengan jawaban ya pasti tidak pernah belajar kaidah fiqh. Bahwa disana disebutkan, laa yunsabu li sakitii qoulun, Orang yang diam tidak diidentikan dengan perkataan apapun. Warimin sendiri belum pernah mempelajarinya, dalam arti mendalami text book-nya. Dia hanya sesekali mendengarkan ujaran itu dari teman-teman se-cangkrukannya di TWS.
Diam Warimin atas pertanyaan seputar aliran itu dikarenakan dia merasa lebih aman dengan ketiadaan-jawaban. Ketakutannya tersbut berkaitan dengan kekhawatiran kalau saja nanti dia dituduh berafiliasi dengan aliran-aliran tertentu yang oleh sebagian kalangan dituduh sesat. Menurut hemat Warimin, setiap aliran mengandung potensi kesesatannya masing-masing dengan porsi yang berbeda satu sama lain. Tinggal dilihat dari sudut siapa yang menilai. Aliran A, misalnya, bisa jadi disebut sesat oleh B karena perbdaan-perbedaan dalam tata-cara ritual. Sebaliknya, aliran B dianggap kafir oleh A. Begitu seterusnya tanpa ujung pangkal, dan persoalan-persoalan di sekitar penyesatan dan polarisasi aliran tidak pernah akan menemukan solusi penyelesaian.
Gus Mus (KH. Musthofa Bisri) pernah berpuisi;
“Di sini…
Berbaur seribu satu aliran
Di sini
Sunnah, Syi’ah dan Mu’tazilah
Masing-masing bisa menjadi bid’ah
Di sini…
Berhala pemutlakan pendapat
Terkapar oleh kekuasaan fitrah”
Begitu tepatnya apa yang telah dilakukan oleh Obama, Presiden terpilih Amerika serikat itu. Dia mengelak dari menjawab secara eksplisit, ketika ditanyakan apakah dia termasuk Black Moslem. Secara formal, dia menghindari “amukan” mayoritas masyarakat Amerika yang non-muslim. Dari sikap itu juga, akhirnya dia mendapatkan banyak keuntungan politis. Kenapa Obama mengelak dari “stigma” bahwa dia muslim? Karena menjadi muslim di tengah mayoritas yang non-muslim adalah suatu pilihan yang teramat sulit. Meski telah ditemukan beberapa bukti tentang kemusliman Obama. Warimin sendiri menyimpan foto Obama sedang memakai surban di hadapan seorang tua yang kira-kira juga seorang Syekh.
Begitulah, situasi yang kurang lebih serupa juga dialami oleh Warimin. Di tempatnya, mengungkapkan dengan terus terang apa aliran yang dianut adalah sebentuk kerawanan tersendiri. Dia bisa saja dituduh sesat karena mengikuti aliran A, dan konsekwensinya dia harus berhadapan dengan aparat sebab, tentu saja, aliran yang sesat akan “meresahkan masyarakat”.
Warimin tidak habis pikir, kenapa keyakinan seseorang harus diatur oleh senjata?
Tapi mungkin saja, karena segi keyakinan dan keagamaan seseorang kini telah dianggap tercemarkan semua, entah oleh hal abstrak yang disebut globalisasi (gombalisasi?), atau sebab perkara-perkara yang kasat mata yang biasa disebut sebagai tabu dan maksiat yang kian merajalela. Pada intinya, segi keyakinan dan keagamaan kini mulai didesak dan merasa terdesak sehingga harus berkolaborasi dengan senjata.
Namun heran, pada suatu hari, Warimin terkaget-kaget melihat beberapa petugas berseragam dan bersenjata lengkap mendatangi TWS, tempatnya biasa mangkal. Lebih mengejutkan lagi, karena pertanyaan pertama mereka adalah “ada orang yang bernama Warimin?”. Sontak warimin mengangkat telunjuk, “saya, Pak!”.
“anda ditangkap karena diduga telah menyebarkan aliran sesat”, cetus salah satu dari seragamers itu.
Tanpa basa-basi, Warimin mendekati mereka dan menyerahkan kedua tangannya untuk diborgol. Melihat kelakuan Warimin, teman-temannya lebih heran lagi. Kok bisa-bisanya, tanpa klarifikasi lebih lanjut dia dengan seenaknya menyerahkan diri.
Selidik punya selidik, pada malam sebelumnya ternyata Warimin telah ditelepon oleh Bapak Kepala Kepolisian. Dia memohon ijin agar Warimin berkenan ditangkap anak buahnya besok dengan tuduhan telah menyebarkan aliran sesat. Warimin manut saja.
“Apakah benar anda telah menyebarkan aliran sesat?”, Tanya salah seorang penyidik.
“Mungkin”, jawab Warimin ketus.
“lho kok mungkin?”, Tanya penyidik yang lain.
“Iya. Kalau yang dimaksud sesat adalah menghalalkan kopi dan mengajak teman-teman cangkruk di TWS”, celetuk Warimin sembari senyum-senyum sendiri sebab telah menemukan cara untuk melarikan diri, yaitu dengan mengubah diri menjadi kecoa lagi. Hwahaha!!!

Graha Al Quran Palembang, 16 Desember 2008
(Lia Aminuddin ditangkap lagi)

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Information

This entry was posted on 18/12/2008 by in Monolog.

Author

Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

Jejak

  • 82.936 hits