[FF Freelance] I Give My All for Name Card – Chapter 1

coverffmyall1

Title                  :  I Give My All for Name Card – Chapter 1

Author              :  Kim Rae Na (kairens.wordpress.com)

Cast                 :  T.O.P Bigbang a.k.a Choi Seung-hyun

Kim Eun Na (OC)

Seo Joohyun

Cho Kyuhyun

Genre               :  Romance, Angst,

Rating               :  PG-16

Disclaimer         : Ini adalah FF Pertama, jadi ceritanyaa.. ya gitu deh. Semoga suka.

000000000

“Oppa,” suara lirih gadis itu akhirnya tertangkap oleh daun telinganya. “Mianhae. Mianhaeyo.” Bahkan sekarang ada nada lain di suara itu. Rintihan sesak yang ke luar darinya memang selalu menimbulkan efek lain. Cho Kyuhyun yang sebelumnya tampak angkuh kini kehilangan prinsip. Ia tolehkan kepalanya menuju Eun Na.

“Oppa, jebal. Kita putus saja.” Kyuhyun tampak tidak terkejut. Sudah biasa mendengar kata-kata itu. Tapi, ada yang tampak aneh dalam kalimat itu. Jebal? Apa memang begitu kejam sampai harus ada kata ‘tolong’ di antara kata-katanya? Apa memang ada sesuatu yang lain yang memang pantas untuk disandingkan dengan kata itu?

“Eun Na-ya. Kim Eun Na. Sebenarnya apa yang sedang kau rencanakan?” tanya pria itu dengan tatapan marah.

“Aniyo. Aku tidak merencanakan apapun. Hanya saja, sekarang aku lebih yakin.” ucapnya mengambang. Ia berhenti menangis dan menarik nafas, “Oppa, kau tahu aku bagaimana. Dan aku tahu kau bagaimana. Tapi kita tidak pernah tahu apa yang seharusnya menjadi jawaban bagaimana untuk mendefinisikan kita. Maksudku be-”

“Kemudian apa yang membuatmu berubah pikiran? Bukan─lebih tepatnya, siapa yang telah membuatmu berubah pikiran? Dan apakah dia yang berhasil membuatku merasa sangat marah terhadapmu?”

“Ini karena kau, Oppa.” Eun Na mengangkat wajahnya. “kaulah orangnya. Kau yang telah membuatnya menjadi seperti ini. Kau kan yang membuat kejadian ini selalu bersifat ‘sudah biasa terjadi’?”

“Apa maksudmu?” Kyuhyun memilin alisnya, mencoba berpikir tentang beberapa kemungkinan yang mungkin sudah diketahui Eun Na.“Kau memergokiku memutuskan pacar-pacarku? Begitu?”

“Kau memang tidak pernah kehilangan keahlianmu Cho Kyuhyun-sshi. Bahkan kau mengakuinya di depanku.”

“Kau berbeda Eun Na,”

“Seberapa bedanya? Bukankah aku juga kau perlakukan sama?”

“Kau yang membuatku begitu Eun Na-ya.”

Eun Na menghembuskan nafasnya. “Kau dan aku bahkan punya alasan yang sejenis. Kemudian bisakah kita mengakhiri segalanya?”

“Kau tidak tertarik dengan alasanku?”

“Aniyo. Aku lebih tertarik untuk meninggalkanmu dan tempat ini.” Eun Na merapikan bajunya dan bersiap untuk berdiri dari kursi yang didudukinya. Tapi saat melihat Kyuhyun dari ekor matanya, ia melambatkan kegiatannya. Berharap mendapatkan kata-kata perpisahan yang cukup bagus dari mulut Cho Kyuhyun.

“Baiklah..” ah, harapan Eun Na sepertinya terkabul. “Aku tidak tertarik dengan orang yang meninggalkanku tanpa tamparan. Kau… pergilah yang jauh. Supaya aku tidak bisa mengejarmu.”

000000000

*Eun Na POV

Kau pernah mengalami ini? Saat kau berada dalam kekuatan minimum untuk bersabar, kemudian yang kau lihat adalah pantulan dirimu dengan penuh keangkuhan? Ya, aku mengalami ini. Bersabar adalah hal mudah bagiku. Tentu saja karena aku tidak mencintai Cho Kyuhyun. Namja itu, aku sering memergokinya berkali-kali dengan bermacam-macam yeoja. Tapi sedikitpun, aku tidak pernah memikirkannya dalam-dalam. Namun anehnya ada suatu masa dimana aku merasa tersadar bahwa aku tidak pantas diperlakukan demikian.

Tapi ini lucu. Bahkan aku tidak berhenti menangis sampai sekarang dan anehnya aku tidak merasa menyesal. Tapi ini bukan suatu rasa yang disebut bahagia kan?

Hanya saja aku memikirkan kenapa kejadiannya seperti ini. Andai saja ini lebih indah…

Kata-katanya tadi membuatku jadi berpikir. Kejadian yang kulihat tidak mungkin tanpa alasan. Untuk memperbaikinya?  Ini memang tidak terlambat, tapi terlalu aneh bila harus ditulis ulang.

“Agasshi, bisakah kau pergi dari sini? Di sini sedang ada syuting.” Suara berat seorang pria menyadarkanku dari lamunanku.

“Uh? Maaf.” Sepertinya sekarang wajahku juga seaneh dengan kata-kata yang kukeluarkan. Ternyata melamunkan diri sendiri terlihat sangat menyedihkan ya? Bahkan bisa membuatmu tidak tersadar bahwa kau menjadi sebuah kesalahan di suatu tempat. “Aku akan segera pergi,” Aku melangkahkan kakiku tanpa memandang mata namja yang berusaha menilai diriku itu. Dari suara dan logat yang digunakan, aku bisa menarik kesimpulan kalau dia adalah tipe pekerja keras yang dingin dan tidak bergaul dengan orang yang tidak setipe dengannya. Ah ya, dia tidak bertanya padaku kenapa wajahku menangis. Benar-benar tidak sosialis!

“Agasshi,”

“Ye?”

“Kau menjatuhkan ini,”ujarnya masih dengan tatapan yang sama. Reflek, aku membalik tubuhku. Mataku bertemu dengan matanya. Tatapannya mengancamku─bukan, lebih tepatnya─menghipnotisku.Dia mengajakku bermain mata. Aku tahu matanya mengajakku bicara. Tapi aku sama sekali tidak memberikan respon. Aku hanya menarik benda yang kemungkinan kujatuhkan dari tangannya.

“Kenapa?” ucap namja itu kemudian pergi meninggalkanku yang mematung seorang diri. Aku mengalihkan tatapanku ke benda yang kuraih dari jemarinya. Sebuah kertas.

“Kartu nama?”

000000000

Eun Na berjalan menuju Kyunghee University dengan wajah yang tidak bisa diceritakan lalu berjalan dengan cueknya melewati Kyuhyun yang bahkan tidak tahu kenapa juga berperilaku yang sama. Tidak ada senyum, apalagi sapa. Yang ada? Tidak ada apa-apa!

“Eun Na-ya, apa kau putus dengan Kyuhyun?” tanya Rae-im dengan pandangan takjub ke arahnya. Rae-im datang dari arah depan tempatnya berjalan. Untung saja ia mengucapkannya setelah beberapa meter agak jauh dari posisi Kyuhyun.

“Kau punya namja lain?” tanyanya penuh selidik.

“Apa aku terlihat menyembunyikan sesuatu?”

“Siapa yang tahu. Baiklah-baiklah. Aku menyerah. Aku akan menunggumu saja.”

“Apa ada namja yang berusaha menggodamu?” tanyanya dengan wajah girang berharap yang keluar dari mulut Eun Na adalah jawaban terbaik yang diharapkannya.

“Namja?”

Ingatan Eun Na kembali ke pertemuan dengan seorang namja tadi malam. “Ah… tunggu sebentar.” Eun Na mengobrak-abrik isi tas yang dibawanya. Dia mengeluarkan dua buah benda.

“Aku bertemu dengan seorang namja aneh. Ini kartu namanya.” Ia menyodorkan kartu nama itu kepada Rae-im dan meminum botol yang berada di tangan lainnya.

“Yaa─apa kau berpacaran lewat kartu nama? Siapa namja ini?”

“Tidak tahu. Aku hanya tahu dari televisi tentang namja itu.”

Rae-im kemudian memperhatikan kartu nama itu dan keluar suara pekikan dari mulut kecilnya itu.

“Sudah kuduga kau akan seperti itu! Kau berhutang padaku.” ucap Eun Na penuh kemenangan. Melihat sahabatnya girang seperti itu, pasti itu telah menjadi suatu kesenangan tersendiri untuknya.

“Kau gila Eun Na! Bagaimana kau bisa mendapatkan semua ini? Yaa─yaa jangan pergi kau! Tunggu aku!” Rae-im berlari mengejar Eun Na yang telah melangkah lebih jauh dari tempatnya semula.

“Eun Na-ya. Apa yang telah kau lakukan selama ini? Ceritakan padaku! Bagaimana bisa kau bertemu dengannya? Kau akan sedang menjalin hubungan dengannya?”

Pletak! Eun Na menjitak kepala Rae-im. “Tentu saja tidak! Apa kau tidak mau bertemu dengan orang itu? Terus kenapa kau susah-susah masuk jurusan seni?”

“Tentu saja aku senang! Aku akan menyimpannya. Tahukah kau dia masih muda? Dia baru bekerja dua tahun yang lalu setelah ayahnya meninggal tapi sudah membuat Korea sukses dua kali lipat. Dia benar-benar bertangan dingin.”

“Ah! Jangan menatap matanya. Sangat tajam.”

“Kau sudah melihatnya? Jinja? Eun Na-ya. Sebenarnya seberapa jauh kau dengannya?”

“Tidak ada apa-apa. Serius.”

00000000

Choi Seung-hyun, pria itu berjalan dengan tegapnya menuju ke dalam sebuah café yang terlihat berkelas. Keras. Disiplin. Dingin. Tak Terduga. Merupakan serangkaian sifat yang membentuk dirinya. Sifat yang mungkin memang dimiliki keluarga Choi bahkan sejak tiga generasi sebelumnya. Ayahnya, Choi Siwon, jelas-jelas memang memiliki karakter itu. Tapi ada yang berbeda dengan Choi Seung-hyun. Ia lebih garang. Wajah dan tubuhnya menunjukkan itu.”

“Presdir Choi, apa kabar?” ucap wanita itu dengan senyum intriknya. “Sudah lama tidak berjumpa.” Ia menyilangkan kakinya saat Seung-hyun duduk di hadapannya.

“Tentang tawaran itu, masihkah berlaku?”

“Tentu saja Seo Joohyun-sshi. Kalau tidak untuk apa aku bersedia menemuimu? Yeoja licik sepertimu, kurasa berhak untuk mendapat tawaran itu. Bukankah itu sangat menantang hasratmu?” ucap Seung-hyun tanpa basa-basi.

“Kau ternyata masih sama tidak sopannya seperti dahulu Seung-hyun-a. Kau semakin membuatku penasaran.”

“Nikmatilah rasa penasaranmu itu, Seo Joohyun-sshi. Kalau kau menikmatinya, berilah aku sesuatu yang sebanding dengan apa yang ada pada diriku supaya aku merasa terhibur dengan perlakuanmu.”

“Kau tahu Seung-hyun-a, aku begitu berkelas.     Kau bahkan tahu itu lebih banyak. Kau tahu juga kan berapa kemungkinanmu untuk jatuh karena prediksimu terlalu tinggi? Nah, sebaiknya kau mulai pikirkan itu. Aku tahu otakmu hanya berfungsi untuk itu.”

“Untuk hal-hal lainnya, kau tidak perlu bertemu denganku. Sehingga percakapan kita tidak seharusnya sampai di sini kan? Aku tahu kau menahan harga dirimu. Aku pergi dulu, Seohyun-a.”

Pria itu selalu seperti itu. Pergi dengan meninggalkan pesona. Membuat Seohyun hanya merasa kalah. Seohyun, bahkan ia merasa sedikit cerah ketika Seung-hyun mengucapkan ‘Seohyun-a’ di telinganya. Ia mengumpat saat namja itu pergi.

000000000

“Selamat pagi, Presdir Choi,” sapa sekretarisnya saat Seung-hyun memasuki kamar kerja di kantornya. Ia enggantikan appanya yang telah pergi dua tahun lalu karena sakit dan tanpa diduga meninggal karena mendapat serangan jantung.

“Apa hari ini aku punya janji pertemuan?” tanyanya datar. Selalu dengan wajah dan ekspresi yang sama. Dingin.

“Tidak. Tapi mendadak ada yang harus anda temui. Ia memiliki kartu nama dengan kode A di pojoknya. Maaf, Presdir. Tapi saya sungguh-sungguh tidak bermaksud menyinggung agasshi itu.”

“Ya, aku tahu.”

“Apa anda merubah kode? Ia sepertinya bukan termasuk dalam orang yang seharusnya memiliki kode A.”

“Tidak. Lanjutkan pekerjaanmu.”

“Baik, Presdir.”

“Oh ya, kira-kira dia akan datang kapan?”

“Kurasa 15 menit lagi.”

“Baiklah. Gomawo.” Kemudian ia benar-benar menghilang.

Gomawo? Sejak kapan pria itu bisa mengucapkan kata terimakasih bahkan dalam bahasa non formalIni gila. Sebenarnya seberapa hebatkah agasshi itu? Sungguh, bahkan ia harus menjadi pendampingnya untuk menjaga kestabilan sikapnya! Semoga saja Tuhan!,
batin Shin-hye.

Beberapa menit kemudian seorang yeoja masuk ke dalam ruangan itu. Ia mendekat ke arah Seung-hyun yang sedang membaca sebuah laporan.

“Anyeonghaseyo, Rae-im imnida.”

Choi Seung-hyun melepas kacamatanya. Ia mengalihkan matanya ke gadis itu. Seung-hyun menampilkan wajah mengintimidasinya seolah-olah mengatakan ‘siapa kau’.

“Aku teman Eun Na. Kau mengenalnya kan? Ia memberiku kartu namamu.” Ternyata Rae-im mengenali kode-kode yang keluar dari mata itu. Yaa─kenapa Eun Na tidak memberitahuku kalau matanya setajam itu?, batinnya.

“Eun Na? Jadi dia mengalihkannya padamu? Menarik.”

“Mengalihkannya padaku? Maksud anda─”

“Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit menceritakan sesuatu padanya. Dan, ada keperluan apa sampai menemuiku? Sepertinya aku pernah melihat wajahmu. Ah─putri Lee Donghae-sshi?”

“Ye, sajangnim. Saya di sini mau minta maaf tentang appa saya. Maaf beliau tidak bisa melanjutkan syuting drama karena sakit. Maaf saya sebagai anak satu-satunya belum pernah mengucapkan maaf akan hal itu. Pasti anda tahu dari asisten appa kan? Saya sungguh minta maaf. Appa sepertinya akan sembuh beberapa bulan lagi jadi bisa dipastikan harus menggantinya dengan sutradara lain.”

“Tidak apa-apa Rae-im-sshi. Aku juga minta maaf telah membuat ayahmu bekerja sampai sakit.”

“Ah, kanshamnida” ucapnya dengan senyum terkembang. “Sajangnim, bolehkah aku tahu sesuatu?”

“Apa yang ingin kau ketahui? Oh ya, ayahmu akan digantikan dengan Shim Changmin-sshi. Kau mengenalnya bukan?”

“Aku sudah mendengar rumor itu, sajangnim. Aku hanya ingin tahu sesuatu…” ucapnya ragu-ragu. Ada rasa ketakutan tersendiri untuk menanyakan hal semacam ini.

“Katakanlah,”

“Em… kau dan Eun Na, sejauh apa hubungan kalian?”

“Eun Na?”

“Ya. Teman yang memberiku kartu namamu adalah Eun Na. Apa dia memperkenalkan dirinya dengan nama lain? Kau seperti tidak mengenal namanya.”

“Ah, bukan begitu. Aku hanya memastikannya saja. Aku tidak tahu kata yang tepat untuk mendeskripsikan hubunganku dengannya dib─”

“Eun Na telah memutuskan pacarnya.Padahal dia telah menjalin hubungan dengan pacarnya itu selama kurang lebih tiga tahun. Aku hanya merasa sayang jika hubungan mereka kandas begitu saja. Yang sebenarnya ingin kutanyakan adalah… apakah ini ada hubungannya denganmu?”

“Dia putus dengan pacarnya? Karena aku? Ini semacam lelucon untukku. Aku…” Tiba-tiba saja Seung-hyun menarik kesimpulan bahwa ada kesalahpahaman antara mereka bertiga. Dan yang terlintas di pikirannya adalah untuk membuat semuanya semakin rumit dengan permainan kata-kata yang mungkin akan menafsirkan makna lain.

“Eun Na itu… wajahnya seperti peri. Tapi apakah kau tahu ia begitu liar?” Yang terlintas di pikirannya adalah saat Eun Na menarik kartu namanya dengan begitu tergesa-gesa. Jadi apakah kata-kata itu semacam kesalahan?

“Maksudmu?” tanyanya penuh pemikiran. Saat itu yang terlintas di pikiran Rae-im adalah Eun Na begitu… ah bagaimana mengatakannya. Begitu liar? Di tempat tidur?

“Pikirkanlah, orang dewasa sepertimu pasti mengerti.”

“Kau jangan bercanda, sajangnim. Eun Na tid─”

“Baiklah, pikirkanlah sendiri. Aku sedang sibuk. Susulah dia. Sepertinya dia sedang berada di Café yang sering dikunjunginya itu.” Ini adalah prediksi─lebih tepatnya─khayalan semu tentang gadis itu.

———to be continued

6 thoughts on “[FF Freelance] I Give My All for Name Card – Chapter 1

    • iya,,, emang sengaja gitu. biar sewaktu Eun Na sema Seung-hyun nya kerasa. Mian membuat chingu bingung^^ gomawo sudah membaca 🙂

    • gomawo chingu^^
      aku juga kebayang karakter TOP versi ini gara-gara liat dia waktu photoshoot. Aku lupa majalah apa. Tapi dia emang namja keren suer ehe^^

Don't be a silent reader & leave your comment, please!