[FF Freelance] Where is My Man? (Part 5)

where is my man

Title            : WHERE IS MY MAN? PART 5

Writer                   : Endor Yochi

Main Cast    : Park Jiyeon (T-ara), Kim Myungsoo a.k.a ‘L’ (Infinite), Yang Yoseob (B2ST), Choi Minho (SHINee)

Other Casts : Lee Jieun a.k.a IU, Bae Suzy (Miss A), Park Sanghyun a.k.a Thunder Cheondung (MBLAQ), Seo Joo-hyun a.k.a Seohyun (SNSD)

Genre           : Romance, Comedy ( a little bit ), aneh, gaje, dsb

Length                   : Chaptered

Rating                   : Wah, kayaknya ratingnya udah mulai naik jadi PG-15 nih 😀 #readersmengerutkankeningcuriga

Previous part: Part 1, Part 2, Part 3, Part 4

Cerita sebelumnya..

“Mianhae.. Mulai sekarang aku janji tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Aku janji..”

Seohyun diam saja. Ia mulai menerka kalau Minho sudah tahu tentang penyakit yang dideritanya.

“Apa oppa benar-benar tidak akan meninggalkanku?” tanyanya kemudian.

“Ne, aku akan selalu ada di sampingmu mulai sekarang. Aku janji. Aku tidak akan meninggalkanmu..”

Seohyun tersenyum senang mendengarnya. Minho semakin mempererat pelukannya seolah tak ingin melepasnya lagi.

“Op.. Oppa..”

Suara itu menyadarkan keduanya. Minho terkejut bukan main ketika melihat seorang yeoja yang tak asing baginya sudah berdiri di samping mereka berdua. Air mata sudah membasahi kedua pelupuk mata yeoja itu.

“J-Jiyeon-ah?”

***

 

Jiyeon memandangi ponsel barunya dengan seksama. Sesekali ia tersenyum karena mengingat itu adalah benda pemberian Minho.

“Minho oppa memang benar-benar namja yang baik. Ahh, aku jadi ingin mencoba ponsel baru ini.” gumamnya seorang diri. Lalu setelah berusaha keras mengingat nomor hp milik Minho, ia pun mendial nomor tersebut.

“Yoboseyo. Nuguseyo?”

“Jeogi, apa ini nomornya Choi Minho?”

“Aniyo. Kau salah sambung.”

“Oh, jeoseonghamnida.”

Jiyeon menutup panggilannya, dan kembali menekan nomor yang berbeda.

“Nomor yang anda tuju tidak terdaftar..”

Aish, berapa nomornya? Kenapa tidak terdaftar? Jiyeon menekan nomor yang berbeda sekali lagi.

“Yoboseyo. Minho oppa?”

“Yoboseyo.”

“Jeogi.. Apa benar ini nomornya Minho oppa?”

“Nde. Nuguya?”

“Jiyeon imnida. Tapi sepertinya ini bukan suaranya Minho oppa.”

“Ne, aku Choi Woo Shik, hyungnya. Minho sedang keluar dan ponselnya tertinggal di rumah.”

“Minho oppa keluar? Eodiseo?”

“Aku kurang tahu. Tapi tadi dia sempat bilang kalau dia mau pergi ke taman. Apa kau ini yeojachingunya?”

“Uhh, ne.. Geureom, gomapseumnida, Wooshik Oppa.”

“Ne..”

Jiyeon menutup panggilannya. Ia tertegun sejenak.

”Ke taman? Sedang apa Minho oppa ke taman? Kenapa dia tidak mengajakku?” gumamnya heran. Lalu tanpa ba bi bu buer (?) ia pun langsung melesat keluar kamar dan menuju ke jalan raya. Beberapa menit kemudian Jiyeon sudah sampai di taman. Ia menoleh kesana kemari mencari-cari sosok Minho. #bayangin deh cewe imut ini celingukan, pasti kiut banget dah, kkee# namun namja itu belum bisa ditemukannya. Hingga sebentar kemudian tanpa sengaja ia malah melihat Seohyun.

“Oh, bukankah itu Seohyun? Sedang apa dia di sini?” gumamnya heran. ia baru saja hendak memanggil yeoja itu namun niatnya urung karena melihat Minho ada disana juga. Perlahan-lahan Jiyeon mendekat. Tiba-tiba saja pemandangan mengerikan terjadi. Minho memeluk Seohyun. Jiyeon menahan napas melihatnya.

“W.. Wae?” gumamnya sedih. Ia bahkan melihat namjachingunya itu menangis.

“Mianhae.. Mulai sekarang aku janji tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Aku janji..” kata Minho, membuat napas Jiyeon terasa sesak.

“Apa oppa benar-benar tidak akan meninggalkanku?” tanya Seohyun kemudian.

“Ne, aku akan selalu ada di sampingmu mulai sekarang. Aku janji. Aku tidak akan meninggalkanmu..”

Napas Jiyeon terasa semakin sesak mendengarnya. Hatinya sakit. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya dan didengarnya saat itu. Perlahan air matanya mulai membasahi kedua pipinya. Ia bahkan melihat Minho semakin mempererat pelukannya pada Seohyun seolah tak ingin melepasnya lagi.

“Op.. Oppa..” walaupun dengan susah payah ia mengucapkannya, akhirnya itulah kata yang berhasil keluar dari mulutnya.

Minho melepaskan pelukannya dan menoleh. Ia tampak terkejut sekali begitu melihat Jiyeon sudah berada di sana sambil menangis.

“J-Jiyeon-ah?”

“Opaa.. Apa yang oppa lakukan?”

“Jiyeon-ah, bagaimana kau bisa ada di sini?”

“Bukan itu yang ingin kudengar. Aku tanya, apa yang sedang oppa lakukan?”

“Jiyeon-ah, kau tidak mengerti.. Aku akan menjelaskannya padamu.”

Jiyeon menggeleng keras.

“Tidak perlu. Semuanya sudah jelas bagiku. Aku sudah mendengar semuanya dari mulut oppa sendiri.”

“Itu tidak seperti yang kau pikirkan~”

“Wae, Oppa? Wae? Apa aku pernah membuat oppa sakit hati? Kenapa oppa tega sekali padaku?”

Minho tak segera menjawab. Ia tahu saat itu suasana hati Jiyeon sangat kacau. Jadi ia rasa percuma saja jika ia membela diri pada saat seperti itu. Jiyeon masih terisak. Karena melihat Minho hanya diam saja, ia pun berbalik.

“Jiyeon-ah, eodiga? Jamkkanman!”

Tapi Jiyeon terus saja berlari menjauh. Minho menarik napas sepenuh dada melihatnya.

“Oppa, susullah dia. Jangan biarkan dia menangis.” Kata Seohyun.

Minho tak segera menjawab. Ia belum bisa memutuskan apa yang harus dilakukannya saat itu. Tiba-tiba Seohyun mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya.

“Seohyun-ah, gwaenchanha?” tanya Minho khawatir sambil memegangi Seohyun.

“Gwaenchanha. Sebaiknya oppa susul Jiyeon sekarang. Oppa harus menjelaskan semua kesalahpahaman ini padanya. Jangan pedulikan aku. Nan gwaenchanha..”

“Anii.. Aku tidak bisa meninggalkanmu dengan keadaan seperti ini. Aku sudah berjanji padamu.”

“Oppa, jebal.. Aku tidak ingin menghancurkan hubungan kalian berdua..”

“Jangan khawatirkan soal itu. Aku bisa menjelaskannya pada Jiyeon nanti. Sudahlah jangan membantah lagi. Kajja, kuantar kau pulang. Kau harus lebih banyak beristirahat.”

Seohyun tak menyahut lagi. Ia hanya menurut saja ketika Minho membimbingnya pergi.

***

 

Myungsoo yang sedari tadi menyaksikan kejadian itu dari kejauhan hanya bisa menghela napas. Ia berjalan mengikuti kemana Jiyeon pergi. Bagaimanapun juga ia tahu seperti apa perasaan Jiyeon sekarang. Myungsoo melihat yeoja itu kini telah terduduk di bawah pohon seorang diri sambil menangis dengan menelungkupkan wajahnya di atas kedua lututnya. Dengan perlahan Myungsoo mendekat dan duduk pula di sebelahnya.

“Uljima..” katanya.

Jiyeon yang masih terisak itu mengangkat wajahnya perlahan. Ia pikir Minho yang datang. Tapi begitu dilihatnya itu Myungsoo, ia kembali menenggelamkan wajahnya.

“Sedang apa kau di sini? Pergilah..” katanya sambil terisak.

“Aku bukan tipe orang yang akan meninggalkan seorang yeoja yang sedang menangis seorang diri.”

“Lalu apa maumu? Apa kau ingin menertawaiku? Kau puas kan karena keinginanmu untuk mempersatukan mereka telah terwujud? Aku tahu kalau yeoja yang kau maksud waktu itu adalah Seohyun. Aku sudah tahu semuanya. Sekarang kalian menang, dan aku yang kalah. Kalian sudah mendapatkan apa yang kalian inginkan. Sementara aku.. Aku sudah kehilangan sesuatu yang kumiliki..”

Myungsoo terdiam mendengar perkataan Jiyeon. ia menarik napas.

“Apa kau masih akan tetap mempertahankan sesuatu itu jika ada orang lain yang lebih membutuhkannya daripada kau?” tanyanya kemudian.

“Kau mudah saja mengatakan itu karena kau tidak ikut merasakannya sendiri. Bagaimanapun juga kau tidak akan mengerti seberapa besar aku membutuhkan Minho oppa..”

“Tapi kau juga tidak mengerti seberapa besar orang lain membutuhkannya. Dan bahkan bisa saja orang lain itu jauh lebih membutuhkannya karena baginya itulah kesempatan terakhir untuknya.”

Jiyeon tertegun sejenak dan mengangkat kepalanya kembali.

“Apa maksudmu?”

“Sebenarnya Seohyun sudah lama memendam perasaannya pada Minho. ia tidak bisa mengungkapkannya. Ia bahkan terpaksa menolak Minho saat namja itu menyatakan perasaannya padanya waktu dulu. Dan ia pun terpaksa harus pindah ke Daegu agar perasaannya segera menghilang. Tapi ternyata ia tetap masih belum bisa melupakannya.”

“Tapi.. Kenapa dia melakukannya? Kenapa dia berusaha menjauh?”

“Seohyun.. Sepupuku itu mengidap kanker stadium dua. Satu-satunya alasan yang bisa membuatnya tetap bersemangat untuk bertahan hidup hanya satu. Yaitu Choi Minho. Jadi, jebal.. Tolonglah Seohyun. Biarkanlah dia bahagia dengan keinginannya. Setidaknya untuk yang terakhir kalinya..”

Jiyeon terhenyak mendengar semua perkataan Myungsoo barusan. Jadi.. alasan Minho oppa melakukan ini karena itu? Seohyun mengidap kanker? Jiyeon merasa sesak napas. Ia bingung harus berbuat apa saat itu. Apakah ia harus tetap marah dan tetap mempertahankan Minho atau merelakan Minho untuk sementara waktu.

“Jiyeon-ah..”

Jiyeon mendongak. Ia agak terkejut ketika Myungsoo memanggilnya seakrab itu.

“Apa kau bisa mengabulkan permintaanku?” tanya Myungsoo lagi.

Jiyeon tak segera menjawab. Ditatapnya kedua mata namja itu lekat-lekat. Terasa ada getaran aneh di dadanya saat ia menatap kedua pasang mata itu. Begitu menghangatkan hatinya dan seolah tak mau jauh dari pemilik sepasang mata itu. Beberapa saat kemudian Jiyeon pun mengangguk. Myungsoo tersenyum melihatnya.

“Gomawo..” katanya pula.

Entah kenapa Jiyeon jadi turut tersenyum pula melihatnya. Ia merasa dirinya jauh lebih baik sekarang.

“Kau sudah merasa lebih baik?” tanya Myungsoo lagi.

“Uhh, ne..”

“Geureom, kalau begitu aku pergi.”

“Jeogi..”

“Wae?”

“Tetaplah di sini sebentar.. Uhm, setidaknya kau harus berada di sampingku sampai aku benar-benar merasa lebih baik.”

“Tapi kenapa aku harus melakukannya?”

“Itu.. Bukankah tadi kau bilang kalau kau bukan tipe orang yang akan meninggalkan seorang yeoja menangis sendirian?”

“Tapi bukankah sekarang kau sudah tidak menangis lagi?”

“Geu.. Tapi suasana hatiku masih sedih. Bagaimana kalau tiba-tiba sewaktu kau pergi aku menangis lagi? Apa kau mau bertanggung jawab?”

“Mwo?”

“Sudahlah, pokoknya kau harus tetap berada di sini dulu. Arraseo?”

Myungsoo tak menjawab. Dalam hati ia tertawa geli melihat sikap Jiyeon seperti itu. Mana mungkin kau akan menangis lagi kalau suaramu saja sudah mulai kembali keras seperti biasanya begitu. Dasar paboya! Bilang saja kalau kau ingin bersamaku di sini, pikirnya geli. Namun diam-diam ia merasa nyaman juga berada di tempat itu bersama Jiyeon. Angin semilir datang berhembus menerpa keduanya hingga tanpa mereka sadari keduanya sudah cukup lama berada di sana.

***

 

Yoseob terlihat sedang bersiul-siul menyusuri jalan raya. Di bahunya tersandang softcase tempat ia menyimpan gitar kesayangannya. Namja itu berencana ingin bersantai sore di taman kota sambil bergitar ria seperti yang biasanya ia lakukan waktu masih berada di Amerika dulu. Setelah memakan waktu sekitar 15 menit, akhirnya ia menemukan sebuah tempat yang menurutnya cocok untuk ditempati, yaitu di bawah naungan pohon rindang dan di atas hamparan rumput hijau yang bersih. Namja itu meletakkan softcasenya sejenak dan mengeluarkan sebotol minuman dingin yang tadi sengaja dibawanya. Setelah itu ia mulai mengeluarkan gitarnya dan hendak memetiknya. Namun belum sempat itu dilakukannya, tiba-tiba saja ada seorang anak kecil berseru padanya.

“Hyung! Yoseob hyung!”

Yoseob pun menoleh. Ia melihat seorang anak lelaki berlari-lari kecil menghampirinya.

“Oh, Hyungsuk-ah? Kau di sini? Sendirian?”

“Anii.. Aku bersama noona. Tapi dia sedang membeli eskrim. Aku melihat hyung ada di sini jadi aku kemari. Hyung akan bermain gitar?”

“Ne, apa kau mau mendengarnya?”

“Tentu..”

“Duduklah, aku akan bermain gitar untukmu.”

Hyungsuk pun mendekat dan turut duduk di samping Yoseob. Sementara Yoseob pun mulai memainkan jarinya untuk memetik gitar.

“Sara ganeun iyuga geudae igie nae mameul damaseo

Hana dulssig nameun aryeonhan giyeogdeuri jeonhae jigireul

Naega georeun igil geu kkeuteseo manna heoragdoen i gire

Daman neol saranghago deo saranghan na bakke namji anhatneunde..”

 

“Alasanku hidup adalah karenamu, yang mengisi hatiku

Aku mengirimkan kenangan hampa yang tersisa satu per satu

Aku berjalan di ujung jalan ini, di jalan yang mengijikanku bertemu dengamu

Yang tersisa hanyalah diriku yang mencintai dan mencintaimu..”

By : Ali – Hurt

 

Yoseob terus melantunkan lagu syahdunya itu dengan penuh perasaan hingga tanpa ia sadari seorang yeoja telah berdiri di sampingnya sejak tadi melihat dan mendengarkan lagunya itu. Yeoja itu tertegun, ia tersentuh dengan lirik lagu dan suara yang didengarnya itu. Suara itu benar-benar membuat hatinya tersentuh. Hampir saja eskrim di tangannya terjatuh karena saking terpesonanya dia.

“Noona.. Kau hampir menjatuhkan eskrimku!” seru Hyungsuk tiba-tiba. Yoseob pun menghentikan petikan gitarnya dan menoleh. Ia sedikit terkejut ketika melihat ada seorang yeoja berdiri di sampingnya.

“Oh, kau? Bukankah kau yeoja jepit rambut itu?” katanya ketika ia menyadari pernah bertemu yeoja itu sebelumnya. Sementara yeoja itu tak kalah terkejutnya pula sepertinya. Rupanya ia pun baru sadar kalau ternyata namja di depannya itu adalah namja yang pernah berebutan jepit rambut dengannya waktu itu.

“Uhm, kau.. Sedang apa kau di sini?” tanyanya pula sedikit kikuk.

“Noona, ini hyung yang waktu itu mengantarkanku ke tempat noona sewaktu noona teledor tidak menjemputku.” Kata Hyungsuk membuat yeoja itu sedikit melotot karenanya. Yoseob pun berdiri.

“Oh, jadi Hyungsuk ini dongsaengmu?” tanyanya pula.

Yeoja itu tidak menjawab.

“Hyung, perkenalkan, ini noonaku. Namanya Jieun. Lee Jieun. Noona ayo bersalamanlah dengan Yoseob hyung.” Kata Hyungsuk lagi.

“Issh! Apa yang kau lakukan? Kajja, kita pergi dari sini. Jangan bergaul dengannya.” Kata yeoja bernama Jieun itu tiba-tiba sambil menarik tangan Hyungsuk. Yoseob terkejut melihatnya. Ia pun mengejar yeoja itu.

“Jeogi. Uhm, apa kau masih marah soal jepit rambut itu?” tanyanya sambil berjalan mengimbangi langkah Jieun.

“Anii..” sahut Jieun ketus.

“Mianhae..”

Jieun diam saja sambil terus berjalan sambil menggandeng Hyungsuk.

“Kenapa diam saja?” tanya Yoseob lagi.

Jieun masih diam.

“Kalau aku tahu kau noonanya Hyungsuk, pasti aku sudah memberikannya padamu.”

“Jangan ikuti kami.” Kata Jieun pula.

“Geureom, aku akan pergi. Tapi ijinkanlah Hyungsuk bermain bersamaku.”

“Mwo?”

“Jeogi, tapi aku sudah menganggapnya seperti dongsaengku sendiri. Jadi ijinkan dia bersamaku. Aku janji akan menjaganya. Dan aku akan mengantarnya pulang nanti.”

Jieun menghentikan langkahnya sejenak.

“Geurae. Tapi kita harus dengar keputusan Hyungsuk sendiri. Hyungsuk-ah, noona ingin bertanya, apa kau ingin pulang bersama noona, atau tetap di sini bersama seseorang yang belum lama kau kenal?” tanyanya pada Hyungsuk.

“Aku mau di sini bersama Yoseob hyung. Aku ingin mendengarnya bernyanyi lagi. Suaranya bagus, noona.” Kata Hyungsuk enteng tanpa beban, membuat Jieun melongo. Yoseob tersenyum geli penuh kemenangan melihatnya.

“Jadi kau lebih memilih seseorang yang baru kau kenal daripada dengan noonamu sendiri?” tanya Jieun lagi tak percaya.

“Yoseob hyung baik. Noona galak. Aku capek dimarahi noona terus.”

“Mwo? Kau benar-benar..” Jieun jengkel sekali dibuatnya.

“Jadi, bolehkah kami berdua tetap di sini?” tanya Yoseob pula.

Jieun tak segera menjawab. Ia merasa kesal sekali pada dongsaengnya itu.

“Geurae, kau boleh tetap di sini bersama orang asing ini. Tapi noona juga akan berada di sini bersamamu. Bagaimanapun juga noona tidak mau kalau tiba-tiba kau menghilang karena diculik.”

“Horeee.. Hyung, kita menang!” seru Hyungsuk melonjak kegirangan sambil beradu tos dengan Yoseob. Setelah itu keduanya pun berjalan kembali ke tempat yang tadi mendahului Jieun. Yeoja itu merasa kesal melihatnya. Tapi diam-diam ia sedikit geli juga melihat keakraban mereka berdua. Lalu ia pun berjalan pula menyusul keduanya.

***

 

Di malam yang penuh gemerlapan bintang dan terangnya cahaya rembulan, tampak sesosok manusia tengah merangkak menaiki atap sebuah rumah melalui jendela kamarnya. Sosok yang tak lain adalah Park Jiyeon itu mebaringkan tubuhnya pelan-pelan di atap rumahnya sambil menatap ke atas langit.

“Kau terlambat.”

Jiyeon menoleh mendengarnya. Rupanya Yoseob sedang berada di atap rumahnya juga. Jiyeon nyengir melihatnya.

“Memangnya kita sedang janjian? Kenapa kau mengatakan aku terlambat?”

Yoseob hanya tersenyum kecil menanggapinya.

“Yaa, Yoseob-ssi. Kenapa kau tidak belajar? Bukankah kau ini siswa teladan?”

“Siapa yang bilang begitu? Aku jarang belajar. Aku hanya belajar kalau mau ada ujian saja.”

“Mwo? Jinjja? Haha kalau begitu kau sama saja denganku. Tapi, kenapa otakmu tetap pandai? Padahal kita kan sama-sama jarang belajar?”

“Karena pada dasarnya otakku memang lebih encer darimu.”

Jiyeon mendengus mendengarnya. Tapi ia tak membalas ejekan Yoseob.

“Tumben kau tidak membalas ejekanku. Biasanya kau paling pandai dalam hal begituan.” Kata Yoseob pula.

“Aku sedang tidak berselera meledekmu. Aku sedang kacau hari ini.”

“Jinjja? Tapi sepertinya kau baik-baik saja? Apanya yang kacau? Maksudmu wajahmu yang kacau?”

“Yaa! Berhenti mengejekku! Aniyo.. Hatiku yang kacau karena aku harus merelakan Minho oppa untuk orang lain.”

Yoseob agak terkejut mendengarnya.

“Maksudmu, kau putus dengan Minho?”

“Ne..”

“Wae?”

“Dia harus bersama Seohyun.”

“Seohyun yeoja cantik itu?”

Jiyeon mendengus lagi ketika mendengar Yoseob memuji-muji Seohyun. Tapi mau tak mau ia pun menceritakan semua kejadian yang dialaminya tadi siang. Dan ia mengakhiri ceritanya itu dengan napas yang panjang. Yoseob tercenung ketika mendengar cerita Jiyeon. Dalam hatinya ada rasa iba dan senang. Iba karena merasa kasihan dengan nasib Seohyun, dan senang karena saat ini Jiyeon telah putus dengan Minho, walaupun mungkin hanya untuk sementara.

“Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanyanya kemudian.

“Molla. Aku hanya akan mengikuti aliran waktu saja. Walau bagaimanapun juga hatiku masih sedih dan ada sedikit rasa tak rela.”

Yoseob terdiam mendengarnya. Ne, arasseo.. pikirnya.

“Lalu kau sendiri bagaimana?” tanya Jiyeon tiba-tiba.

“Mwonde?” Yoseob balik bertanya.

“Apa kau sudah menyatakan perasaanmu pada yeoja itu?”

“Mwo? Yeoja?”

“Aigoo.. Bukankah kau membeli sandal, eh jepit rambut itu untuk menyatakan perasaanmu padanya? Aish, kenapa kau ini lemot sekali?”

“Ahh, geuge.. Aku..”

“Atau jangan-jangan kau ditolak ya? Aish! Bagaimana mungkin namja sepertimu ditolak oleh seorang yeoja?”

“Yaa! Yaa! Bicara apa kau? Siapa yang ditolak? Yang benar saja..”

“Oh, kalau begitu berarti kau diterima? Whoa.. Chukkhae, chingu!”

“Anii. Aku belum menyatakannya.”

“Mwo? Belum menyatakannya? Kenapa masih menundanya? Aish kau ini..”

“Yaa! Kenapa kau jadi ikut-ikutan repot memikirkan masalahku?”

“Uhm.. Ya karena aku adalah tetangga yang baik, makanya aku ikut repot memikirkan masalahmu.”

Yoseob tertawa mendengarnya.

“Wae?” tanya Jiyeon heran.

“Anii..”

Jiyeon mendengus.

“Yaa, ayo kita main tebak-tebakan.” Kata Yoseob kemudian.

“Joha. Mulailah. Aku pasti akan menjawabnya dengan sangat tepat.”

“Geurae. Dengarkan baik-baik pertanyaannya. Butir-butir hitam bertaburan di ladang putih~”

“Haa aku tahu! Jawabannya buku, kan?”

“Yaa! Pertanyaanku belum selesai. Dengarkan dulu sampai aku selesai mengucapkannya.”

Jiyeon nyengir dan mengangguk.

“Butir-butir hitam bertaburan di ladang putih, kemudian berubah menjadi ilmu pengetahuan. Kau, yeoja berbaju putih, kenapa mukamu selalu berantakan?”

Jiyeon yang kebetulan memakai baju warna putih itu melongo mendengarnya.

“Wae? Kenapa kau diam saja? Apa kau tidak bisa menjawabnya?” tanya Yoseob lagi.

“Yaa!! Itu namanya bukan tebak-tebakan, tapi itu pantun! Aish! Kau ini bodoh atau bagaimana sih?” seru Jiyeon pula memprotes.

“Kenapa kau memprotes? Yang penting itu kan melatih otak kita untuk menjadi kreatif. Sudahlah, kau bisa jawab pantunku atau tidak? Kalau kau tak bisa menjawab dalam waktu 10 detik, artinya kau kalah.”

“Mwo?”

“Satu, dua..”

“Yaa!! Kau tidak bisa begitu!”

“..empat, lima..”

“Aish!! Jinjjaa!! Yaa!! Bagaimana bisa aku berpikir dalam waktu secepat itu??”

“..tujuh, delapan..”

“Buah rambutan buah duku, AKU BERANTAKAN KARENA SELALU MEMIKIRKANMUUU!!” teriak Jiyeon kemudian. Napasnya ngos-ngosan karena berteriak sekuat tenaga. Yoseob tertegun mendengarnya. Namun tiba-tiba saja ia tertawa terbahak-bahak.

“HAHAHAHAHAHAHAHA…”

Muka Jiyeon memerah dibuatnya.

“Yaa! Kenapa kau tertawa?” katanya sedikit jengkel.

“Pantunmu.. Hahaha pantunmu terlalu mudah dan pendek!”

“Mwo? YAA!! Tapi paling tidak aku sudah berusaha berpikir setengah mati!”

Yoseob tak menjawab melainkan masih saja tertawa. Jiyeon jadi semakin kesal dibuatnya.

“Yaa! Kalau kau tak berhenti tertawa aku akan melemparmu menggunakan sandalku!” seru Jiyeon sambil berdiri dan melepas sandalnya. Tapi Yoseob ternyata masih belum bisa menghentikan tawanya. Maka Jiyeon pun benar-benar melemparkan kedua sandalnya kearah namja itu, sementara Yoseob berusaha menghindarinya. Jiyeon hampir saja merangkak menggapai atap rumah Yoseob kalau saja Leeteuk appaa tidak segera keluar dan menegur mereka karena mendengar kegaduhan yang mereka ciptakan itu.

***

 

Sebuah mobil berwarna merah tengah meluncur dengan kecepatan standart. Di dalam mobil itu terlihat serorang namja tampan dan seorang yeoja cantik. Mereka adalah Sanghyun dan Suzy. Baru saja Sanghyun pergi secara diam-diam untuk menjemput Suzy di rumahnya karena takut ketahuan dongsaengnya, Jiyeon. Kini kedua anak manusia itu sama-sama berdiam diri di dalam mobil dengan menyimpan perasaan yang berdebar-debar. Keduanya sama-sama canggung untuk memulai pembicaraan, padahal itu bukanlah pertama kalinya mereka pergi berdua. Karena merasa suasananya kurang mencair, Sanghyun pun berdehem.

“Jeogi.. Apa tadi kau sudah makan pagi?” tanyanya kemudian.

“Uhm, belum. Aku tadi tidak sempat makan pagi.”

“Jeongmal? Wah, kalau kau tidak sarapan pagi nanti perutmu bisa sakit..”

“Tadi aku kesiangan  jadi aku buru-buru karena takut oppa akan kelamaan menungguku.”

“Yaa, kau tidak perlu bersikap begitu padaku. Kajja, kita makan pagi dulu.”

“Ne?”

“Kau harus mengisi perutmu dahulu sebelum berangkat sekolah.”

“Tapi..”

“Tenang saja, aku akan menemanimu makan.”

Suzy tersenyum mendengarnya.

“Gomawo, oppa..” katanya.

Sanghyun hanya tersenyum dan mengangguk. Beberapa saat kemudian mereka pun sampai di kedai ramen milik Jieun. Setelah masuk, merekapun memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela. Sesaat kemudian Jieun datang membawa pesanan mereka.

“Kamsahamnida.” Ucap Sanghyun. Jieun hanya tersenyum dan mengangguk, lalu kembali ke tempatnya. Semenit kemudian datang lagi dua orang pengunjung.

“Oh, Minho oppa? Kau datang bersama Seohyun? Whoa sudah lama sekali aku tidak melihat kalian datang bersama.” Seru Jieun tiba-tiba.

“Ne, kau sendiri belum berangkat ke sekolah?” balas Minho pula.

“Uhh, ne sebentar lagi aku berangkat. Kalian berdua duduklah dulu..”

Sanghyun sedikit terkejut ketika telinganya mendengar nama Minho disebut. Ia pun menoleh ke arah dua pengunjung yang baru datang itu. Ternyata benar, namja yang baru datang  itu memang mirip dengan namja yang Jiyeon panggil waktu itu. belum sempat ia mengucapkan sepatah kata pun, tiba-tiba Suzy berseru,

“Minho sunbae?”

Baik Minho, Seohyun, Sanghyun maupun Jieun pun menoleh. Minho sedikit terkejut ketika melihat Suzy.

“Oh, Suzy?” katanya.

“Sunbae sedang apa di sini?”

“Aku.. hanya mampir sebentar kemari..”

“Apa sunbae datang bersama Jiyeon?”

“Uhm,, anii. Aku bersama Seohyun.”

“Seohyun?” Suzy melihat kearah yeoja di sebelah Minho. Yeoja itu membungkuk sedikit padanya. Suzy tak menyahut lagi.

“Jeogi, duduklah aku akan membuatkan kalian ramen spesial.” Kata Jieun kemudian. Minho dan Seohyun pun duduk di tempat tak jauh dari Suzy dan Sanghyun. Sementara Suzy kembali berpikir. Siapa yeoja itu? pikirnya penasaran.

“Apa kau kenal namja itu? Apa dia namjachingunya Jiyeon?” tegur Sanghyun tiba-tiba.

“Uhh, ne.. Dia namjachingunya Jiyeon.”

“Tapi siapa yeoja itu?”

“Molla, aku juga baru sekali ini melihatnya.”

“Ya sudah, tidak usah kau pikirkan. Ayo makanlah ramenmu.”

Suzy hanya mengangguk, lalu mulai memakan ramennya. 

***

 

Yoseob baru saja masuk gerbang sekolah ketika tiba-tiba saja seseorang merangkulnya dari belakang.

“Annyeong, Oppa!”

Yoseob terkejut sekali. Ia tertegun begitu tahu siapa yang merangkulnya itu. Jiyeon!

“M.. mwo? Op-Oppa?” tanyanya heran.

“Uhm, Sanghyun oppa bilang kau lebih tua dariku. Jadi tidak masalah kan kalau aku memanggilmu Oppa?” kata Jiyeon sambil melingkarkan tangannya ke lengan Yoseob. Yoseob yang masih shock itu terbengong-bengong dibuatnya.

“Yaa, gapjagi wae irae? Kau membuatku takut saja..” katanya sambil melepaskan pegangan tangan Jiyeon.

“Wae? Apa oppa tidak menyukainya?” tanya Jiyeon sambil memasang muka cemberut.

“Uhm, anii bukan begitu. Tapi aku hanya heran saja kenapa kau tiba-tiba menjadi aneh begini?”

“Saranghae, Oppa..”

“MWO??”

Yoseob bagaikan dihantam bantal besi (?) saat mendengar Jiyeon mengucapkannya. Ia melongo, merasa dirinya sedang bermimpi. Namun belum sempat ia mengatakan apa-apa, tiba-tiba Jiyeon tertawa terbahak-bahak.

“HAHAHAHA kena kau!! Hahaha wajahmu lucu sekali kalau sedang terkejut begitu!! Hahaha aigoo..”

Sekali lagi Yoseob merasa bagaikan dihantam bantal besi. Rupanya Jiyeon hanya mempermainkannya saja. Namja itu kesal sekali dibuatnya.

“Yaa!! Michyeosseo?? Jadi kau hanya mempermainkanku saja?” katanya.

“Hahahaha Yoseob-ssi kau lucu sekali! Hahaha sekarang kita impas karena kau telah menertawakanku semalaman, hahaha..”

“Aishh!! Jinjja!! Yaa!! Awas kau! Akan kubalas perbuatanmu! Yaa!! Jamkkan!!”

Tapi sayang sekali Jiyeon telah berlari mendahuluinya. Yoseob hanya bisa menggerutu di tempat. Namun mau tak mau ia pun tersenyum geli pula dengan tingkah Jiyeon sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Jiyeon menyusuri koridor masih dengan tawanya.

“Aigoo.. Kenapa dia bisa selucu itu saat terkejut. Haha namja itu benar-benar membuatku tak bisa berhenti tertawa.” Kata Jiyeon masih dengan terkekeh walaupun tidak sekeras tadi. Namun tiba-tiba saja tawanya terhenti karena ia berpapasan dengan seseorang.

“Neo michyeosseo? Kenapa kau tertawa sendiri?” tanya namja yang tak lain adalah Myungsoo itu keheranan. Jiyeon langsung memasang wajah arogannya.

“Ehm, itu bukan urusanmu.” Katanya sambil hendak melewati Myungsoo. Namun namja itu malah menahan tangannya. Jiyeon terkejut sekali dibuatnya. Entah kenapa jantungnya berdebar keras saat namja itu menyentuh tangannya.

“M.. Mwoya?” tanyanya sedikit gugup.

“Ikut denganku.”

“Mwo? Eodi?”

Myungsoo tak menjawab melainkan malah menarik pelan tangan Jiyeon dan mengajaknya pergi. Sementara Jiyeon hanya menurut saja biarpun ia penasaran. Bukan apa-apa, tapi ia hanya merasa shock dan speechless karena namja itu memegang tangannya. Myungsoo mengajak Jiyeon ke belakang sekolah. Karena saat itu masih lumayan pagi, jadi masih belum ada begitu banyak siswa yang datang, sehingga suasananya masih agak sepi.

“Waeyo? Kenapa kau mengajakku ke tempat ini?” tanya Jiyeon heran.

Myungsoo tak segera menjawab. Ia berdiri tepat di hadapan Jiyeon. Namja itu menatap kedua mata Jiyeon dalam-dalam, membuat Jiyeon agak takut dibuatnya.

“W.. wae?” tanyanya sekali lagi.

“Gomawo..” ucap Myungsoo kemudian.

“Un.. untuk apa?”

“Karena kau sudah merelakan Minho untuk Seohyun.”

Jiyeon terdiam. Ia kembali teringat kepada Minho, namja yang masih dicntainya itu. ia menunduk dalam-dalam.

“Apa kau masih sedih?” tanya Myungsoo lagi.

Jiyeon hanya menggeleng saja.

“Aku tahu kau masih sedih. Tapi yakinlah, akan ada sebuah hikmah di balik kesedihanmu itu.”

Jiyeon tak menjawab. Ia masih menunduk.

“Jiyeon-ah..” panggil Myungsoo pula.

Jiyeon mengangkat kepalanya perlahan dan menatap Myungsoo. Jiyeon merasa dadanya berdebar keras saat menyadari kedua wajah mereka yang lumayan dekat itu. Myungsoo, namja itu benar-benar namja yang sangat tampan. Entah kenapa Jiyeon sangat suka sekali saat ia memandangi wajah Myungsoo sedekat itu.

“Wae? Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Myungsoo kemudian.

“Ahh.. Aniyo..” sahut Jiyeon buru-buru sambil menundukkan kepalanya kembali. Namun Myungsoo menyentuh dagu Jiyeon dan mengangkat wajah yeoja itu. Entah apa yang dipikirkannya, namja tampan itu semakin mendekatkan wajahnya pada Jiyeon. Dengan dada yang bergemuruh, Jiyeon hanya bisa pasrah saja dan memejamkan kedua matanya. Merasa mendapatkan persetujuan atas apa yang akan dilakukannya, Myungsoo pun mendekatkan bibirnya pada bibir Jiyeon dan mencium bibir mungil yeoja itu dengan lembut. Keduanya merasa ada sengatan listrik yang menyengat tubuh mereka saat bibir mereka bersentuhan. Myungsoo mendorong sedikit tengkuk Jiyeon agar ciuman mereka semakin dalam. Dan entah karena merasa nyaman, ternyata Jiyeon membalas ciuman dari Myungsoo. Ia bahkan membuka sedikit mulutnya seakan memberikan jalan pada lidah namja itu untuk memasukinya. Dan sebentar kemudian akhirnya lidah keduanya pun berpagutan dan mulai saling melumat bibir. Sesekali terdengar suara decap dan lenguhan pelan dari Jiyeon di sela-sela ciuman mereka. Mereka terus melakukan itu selama beberapa menit, seolah tak ada niat untuk berhenti. Itu adalah ciuman pertama yang dialami Jiyeon bersama seorang namja. Dan tanpa diketahuinya, rupanya itu pun hal yang sama bagi Myungsoo. Itu adalah pertama kalinya ia mencium seorang yeoja. Seorang yeoja yang dicintainya. Ya, kini Myungsoo mulai menyadari dan mengakui kalau ia telah benar-benar jatuh cinta pada yeoja bernama Park Jiyeon itu.

***

 

Jiyeon memasuki kelasnya dengan sedikit linglung. Ia merasa baru saja melakukan perjalanan yang sangat jauh. Tubuhnya lemas dan pikirannya kacau. Yaa, apa yang baru saja terjadi padaku? Kenapa bisa-bisanya aku.. Aishh!! Mwoya? Bagaimana aku bisa sebodoh itu melakukan hal yang seperti itu dengan namja itu? haish! Jinjja.. Paboya!!”

“Yaa, Jiyeon-ah! Kenapa kau baru muncul? Aku punya berita penting untukmu.” Kata Suzy tiba-tiba. Namun Jiyeon yang masih sibuk berpikir itu malah diam saja sambil terus memegangi bibirnya.

“Yaa!! Mwohae??” tegur Suzy lagi.

“Uhh? Wae?” tanya Jiyeon pula masih setengah sadar.

“Tadi aku bertemu dengan Minho sunbae di toko ramen.”

Jiyeon tak menyahut.

“Dan dia datang bersama seorang yeoja. Dia bilang namanya Seohyun. Apa kau kenal dengannya?”

Jiyeon tertegun. Lagi-lagi ia teringat pada Minho dan juga Seohyun.

“Yaa, kenapa kau diam saja? Waeyo? Kenapa kau terus saja memegangi bibirmu? Apa bibirmu habis kejedot pintu?” ulang Suzy lagi.

“Mwo?” Jiyeon terkejut bukan main dan buru-buru menjauhkan tangannya dari bibirnya itu. Suzy jadi heran melihat sikap Jiyeon yang aneh itu.

“Yaa, wae geurae? Kenapa sikapmu aneh sekali? Apa ada sesuatu yang baru saja terjadi?” tanyanya.

“Mwo? Ahh, aniyo.. Amugeotdo aniyo..”

“Lalu, apa kau kenal dengan yeoja bernama Seohyun itu?”

“Uhh, ne..”

“Nugu?”

“Dia.. adalah yeojachingunya Minho oppa..”

“Mwo?? Yeojachingu?”

“Sudahlah, aku sedang tidak ingin membahas masalah itu. Aku sudah sangat kacau sekali hari ini. Aku baru saja melakukan…”

“Mwonde? Kau melakukan apa?”

“Uhm, anii.. anii.. Aku tidak melakukan apa-apa.”

“Jadi kesimpulannya, kau sudah putus dengan Minho sunbae?”

Jiyeon hanya mengangguk. Sementara Suzy mulai sibuk berpikir tentang alasan kenapa mereka berdua bisa sampai berpisah. Sedangkan Jiyeon, yeoja itu rupanya benar-benar sudah terpecah sama sekali konsentrasinya gara-gara kejadian barusan tadi.

***

 

Hal yang sama pun dialami oleh Myungsoo. Sejak kejadian tadi namja itu pun terlihat seperti orang linglung. Pikirannya melayang tak tentu arah. Namja itu masih teringat jelas bagaimana ia mencium Jiyeon yang bahkan mendapatkan balasan dari yeoja itu. Berkali-kali ia tidak sengaja menabrak siswa-siswi yang kebetulan berjalan berlawanan arah dengannya. Konsentrasi namja itu sepertinya juga buyar. Apa yang baru saja kulakukan? Kenapa aku bisa seceroboh itu? pasti yeoja itu sekarang sudah berpikir kalau aku sengaja ingin mempermainkannya. Aish! Paboya! Bagaimana aku bisa bertindak begitu tidak hati-hati? Bagaimana kalau Jiyeon marah dengan apa yang kulakukan tadi? Aisshh!! Jinjja.. Eottokhe?? Myungsoo meremas rambutnya dengan perasaan kalut. Hingga tanpa sengaja ia kembali menabrak seorang siswa hingga siswa itu menjatuhkan bukunya.

“Uhh, mianhae..” ucap Myungsoo sambil bermaksud mengambilkan buku siswa tersebut. Namun siswa itu terlebih dahulu telah mengambilnya.

“Gwaenchanha.” Katanya. Siswa berwajah imut itu menatap Myungsoo.

“Oh, bukankah kau ini anggota the Strangers?” tanyanya kemudian.

“Uhh ne. Nuguya?” Myungsoo balik bertanya.

“Aku siswa pindahan. Yang Yoseob imnida.”

“Oh, ne aku ingat pernah bertemu denganmu sebelumnya. Kim Myungsoo imnida.”

Yoseob tersenyum.

“Geureom, aku pergi dulu.” Kata Myungsoo pula, lalu langsung beranjak pergi begitu saja meninggalkan Yoseob.

“Sepertinya dia memang namja yang dingin. Apa setiap hari dia masuk ke dalam kulkas?” gumam Yoseob sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu kembali melanjutkan perjalanannya menuju perpustakaan sekolah.

***

 

Minho tampak baru sampai di sekolah karena ia harus mengantar Seohyun pulang ke rumah dulu. Namja itu benar-benar ingin menepati janjinya untuk selalu berada di samping Seohyun. Ia tak mau menyesal untuk yang kedua kalinya. Ia bahkan rela jika harus menyita semua waktunya hanya untuk merawat yeoja itu. itulah sebabnya ia mengajak Seohyun makan mie ramen pagi tadi karena yeoja itu bilang sedang malas memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Minho mencari cara agar Seohyun mau makan secara teratur dan menjaga kondisinya. Saat ini Minho sudah berada di koridor lantai satu ketika tanpa sengaja ia melihat Jiyeon tengah termangu-mangu seorang diri di depan kelasnya. Dengan sedikit ragu Minho pun berjalan mendekati yeoja itu.

“Jiyeon-ah..” katanya.

Jiyeon pun menoleh. Ia sedikit terkejut ketika melihat Minho yang memanggilnya.

“Oppa?”

“Gwaenchanha?”

“Uhh, ne..”

“Jiyeon-ah.. Tentang kejadian kemarin, jeongmal mianhae.. Aku~”

“Gwaenchanha, oppa. Arasseo.. Myungsoo sunbae sudah menceritakan semuanya padaku.”

“Ne?”

“Aku sudah tahu semuanya. Jadi.. Oppa tidak perlu khawatir.”

“Neo jeongmal gwaenchanha?”

Jiyeon menganggguk, lalu tersenyum lebar.

“Apa oppa tidak melihat keseriusan di wajahku yang imut ini?” katanya pula.

Minho tersenyum mendengarnya.

“Gomawo, Jiyeon-ah..” katanya.

“Uhm, jeogi.. Ini, aku mengembalikannya pada oppa.” Kata Jiyeon sambil menyodorkan ponselnya.

“Kenapa kau mengembalikannya padaku? Aku membelikan itu untukmu.”

“Ne, hanya saja aku merasa tidak nyaman kalau terus menyimpannya.”

“Gwaenchanha. Ponsel itu sudah menjadi milikmu. Aku tidak memiliki hak apa-apa lagi padanya. Kalau kau tetap memaksa untuk mengembalikannya padaku, aku justru akan merasa sangat bersalah padamu.”

Jiyeon tak menjawab. Minho tersenyum dan mengelus kepala Jiyeon.

“Mianhae, aku sudah mempersulitmu dengan keadaan ini.” katanya.

“Kalau begitu aku ada permintaan untuk oppa.” Kata Jiyeon kemudian.

“Mwonde?”

“Nanti sepulang sekolah ikutlah bersamaku. Aku akan membelikan ramen untuk oppa.”

Sekali lagi Minho tersenyum.

“Geurae. Akan kutagih janjimu itu.”

Jiyeon tersenyum senang mendengarnya.

“Geureom, aku masuk kelas dulu.” Kata Minho pula.

Jiyeon mengangguk, dan membiarkan Minho beranjak meninggalkannya. Jiyeon memandang kepergian namja itu dengan perasaan tak menentu. Apakah dia sudah benar-benar merelakan kepergiannya? Tapi bagaimana bisa? Jiyeon bahkan sekarang merasa dirinya jauh lebih tenang dan bebas. Ia sendiri tak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi padanya. Apa mungkin karena Kim Myungsoo? Apakah karena kehadiran namja itu yang membuat perasaannya jadi terombang-ambing seperti ini? Jiyeon menggelengkan kepalanya keras-keras, berusaha menepis sosok Kim Myungsoo dari benaknya karena ia tak mau mengingat lagi kejadian “dare” yang mereka alami berdua tadi.

***

 

_Author POV end_

To be continued..

 

“Thor, Myungyeon momentnya kok cuman dikit sih?”

Itulah comment yg paling sering muncul di part2 sebelumnya. Nah, kalo untuk part yang ini gimana? Udah puas belum? 😀 #bakk bukk! Gebukin author pake lemari besi.

Mian yah kalo ngepostnya terlalu lama, soalnya part ini ngirimnya nyusul, author masih sibuk ngurusin tugas  kuliah #gananyawoy!

Dan haaahhhh pas nulis part yang ini jujuuur sekali author ngerasa gimanaa gitu, hahaa soalnya author masih newbie buat nulis adegan begituan (?) hahaha. Masih perlu banyak belajar lagi 😀 PLAAKK!!

Baiklah, langsung komentarnya saja deh readers 🙂 dan selamat menebak ria sendiri siapa yg bakal menang dalam persainagan ini, 😀

Kamsahamnida, annyeong!! 😉

48 thoughts on “[FF Freelance] Where is My Man? (Part 5)

  1. Myungyeon sama2 first kiss ya?jadi slama minji pacaran gak pernah kiss,bgus it pacaran yg sehat namax,suka bgian yoseob bikin ngakak.

  2. kenapa jiyeon gampang bgt nglepas minhoo?
    minhoo jga kayany uda mulai cuek ke jiyeon!
    yah,konflikny kan jd kurang greget gtu!hehehe

  3. jd sbel ma Min Seo..
    kyaknya nanti Yoosoeb ma Jieun.. #asbak
    JiSeob moment bikin ngakak 😀
    Omo .. MyungYeon kisseu..
    Myungsoo suka eoh ma Jiyeon..

  4. Huahhh kiss scene myungYeon..
    Cepat banget belum aja jadian udh ngelakuin Kiss scene nih MyungYeon kekekeke

  5. aduh seneng banget sama part ini asli 😀 jadi senyam-senyum geli begini/? 😀 kekeke
    lanjut baca aja deh 😀 kekeke

Don't be a silent reader & leave your comment, please!